Belum juga Anna merasa tenang, tiba-tiba terdengar benda pecah belah. Anna bahkan sampai menutup telinganya. Dadanya bergemuruh hebat. Apa dia akan mati sekarang?
Syukurnya, Jordan yang kebetulan sedang mengerjakan pekerjaan di ruang keluarga mendengar keributan di kamar Anna dan langsung berlari begitu saja ke kamar adiknya ini.
Jordan tahu kalau sangat tidak sopan masuk ke dalam kamar adiknya sendiri tanpa permisi. Tapi dia sudah khawatir setengah mati. Alhasil langsung dia putar knopnya dan masuk begitu saja.
"Anna?!" Jordan memekik sekaligus terkejut sendiri saat melihat adiknya jongkok ketakutan di samping tempat tidur. Buru-buru Jordan berlari ke arah Anna, menarik adik perempuannya ini ke dalam dekapannya.
"Kak Jordan..."
"Tenang, it's okay. Kakak di sini." Jordan mendekap tubuh Anna erat bukan main. Dia tidak habis pikir kalau b*****h yang mengganggu Anna tak segan mencoba melukai Anna di rumahnya sendiri yang jelas pengawasannya ketat bukan main.
"Yang mengincar kamu orang dalam, Na. Kenapa kau melarang Kakak mengatakannya pada Papa? Ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Kakak tidak bisa diam saja."
Anna menggeleng. Dia sungguh takut sekarang. "Aku tidak mau Kakak sampai kenapa-kenapa. Kakak juga punya Kak Kania, sebentar lagi bayi kalian akan lahir. Aku tidak mau ada keributan. Tolong jangan diperpanjang, Kak.
Jordan menatap adiknya sedih. Ini sudah tengah malam, mungkin karena itu tidak ada yang sadar kecuali Jordan yang kebetulan memang belum tertidur.
"Ya sudah, Kakak temani tidur, ya?"
"Kakak temani Kak Kania saja. Aku takut kalau orangnya membuat keributan di luar. Nanti orang-orang terbangun, Kak."
Sebelum pergi, Jordan langsung mendekat dan memeluk Anna erat sekali. Getar pelan yang Jordan rasakan saat memeluk Anna membuat hatinya mencelos. Dia akan memberikan pelajaran pada orang yang sudah berani mengganggu Anna sejauh ini.
Ini sudah sangat keterlaluan. Anns sekali dijadikan objek yang harus disakiti. Padahal, Anna adalah manusia yang punya hak untuk hidup. Tapi orang-orang yang tidak beradab menginginkan nyawanya.
"Salah Kakak apa Na sampai kau selalu diincar seperti ini? Kami tidak akan memaafkan diri sendiri kalau kau sampai kenapa-kenapa, Na."
Anna memejamkan matanya dalam-dalam, menarik nafas sekuat yang dia bisa. Setelah berhasil, Anna mengendurkan pelukannya, sedikit menjauh dan menatap wajah Kakaknya yang rupawan ini.
"Mereka hanya melakukan teror, Kak. Mereka tidak berani melakukan hal lebih dari itu di rumah kita sendiri. Tapi yang kubingungkan, bagaimana penjaga bisa kecolongan? Ada banyak CCTV di rumah."
"Kamu di kamar dulu, Kakak akan melihat keluar."
Anna automatis langsung menggeleng hebat. Dia takut ditinggal sendirian. Bagaimana kalau nanti bukan lemparan batu yang berdarah-darah, melainkan lemparan peluru? Sungguh Anna tidak ingin mati sekarang. Masih banyak mimpi yang ingin dia gapai.
"Ikut keluar terlalu bahaya, Na. Kalau begitu, ikut Kakak ke ruang CCTV saja, ya?"
Kali ini Anna baru setuju. Anna yang memang masih agak gemetaran dituntun oleh Roger menuju ruang CCTV yang berada di lantai bawah.
Lampu yang masih menyala beberapa membuat Anna merasa lebih tenang. Hanya di atas keributannya, di bawah tidak ada apa-apa. Ini yang Anna khawatirkan. Dia takut kalau sampai ada keributan di bawah. Kakak iparnya sedang hamil, Anna takut kalau yang menjadi korban malah orang lain, bukan dirinya. Tidak. Jangan. Anna takut dibenci. Dia takut kalau terjadi sesuatu yang buruk dengan anggota keluarganya. Dan dia tidak bisa membayangkan kalau apa yang dia takutkan sampai terjadi.
Sampai di ruang CCTV, Anna merasakan dingin yang lebih mencekam dari suhu sebelumnya. Begitu duduk di kursi yang di sediakan di sana dan Jordan memantau luar, betawa terkejutnya Anna melihat kedua satpam yang menjaga di depan rumah Anna tergelak dengan darah yang melumuri wajahnya.
"K-kak?"
Anna bukan yang berteriak lagi, tapi dia langsung pingsan di tempat.
"Anna?! Sayang?!" Jordan memekik cukup kencang karena mata Anna perlahan terpejam seperti yang tidak seharusnya. Adiknya ini pasti shock.
Jordan mengumpat dalam hati. Dia biarkan ruang CCTV itu begitu saja dan bergegas membawa Anna pergi dari sana yang kebetulan Khris juga terjaga dan tengah menatap Kakak pertama dan Anna dalam gendongannya bingung.
"Eh, Anna kenapa, Kak? Kenapa digendong?" tanyanya bingung. Wajahnya yang panik kentara sekali.
Jordan tak punya banyak waktu atau apapun itu untuk menjawab adik mikir duanya ini. Yang ada, Jordan langsung melewati Khris begitu saja daripada banyak bicara.
Khris yang tidak tenang tentu saja langsung mengikuti Jordan yang membawa Anna ke ruang tamu. Dia tidak mungkin membawa Anna ke kamarnya lagi yang ada kaca pecahnya dihiasi dengan darah-darah yang membuat Anna muntah-muntah.
"Kenapa Anna di bawa ke sini? Memangnya di kamarnya kenapa? Lebih nyaman di sana, Kak." Khris menatap Jordan agak tidak suka. Entah kenapa malah jadi tidak jelas seperti ini. Harusnya Anna dibawa ke kamarnya sendiri saja. Di lantai bawah memudahkan orang untuk menemukan Anna. Masak begitu saja Jordan tidak mengerti.
"Kakak ini bagaiman?" Khris berkacak pinggang menatap Jordan kesal. "Anna tidak sadar tapi hanya dibiarkan begitu saja?! Ayo bawa ke rumah sakit!"
Jordan hanya diam yang berakhir membuat Khris naik pitam sendiri. Daripada menunggu terjadinya baku hantam, Khris angkat tangan sendiri. Dia mendekat ke arah Anna lantas menggendong adiknya yang bertubuh dingin itu. Sayangnya, begitu Anna sudah dalam gendongan, Jordan berujar pelan.
"Kau pikir Anna lebih aman di rumah sakit?"
Ganti Khris yang terdiam.
"Tadi ada yang melempar jendela kamar Anna dengan batu yang dipenuhi darah. Tapi adikmu itu diam saja. Tapi waktu mengecek ruang CCTV tadi, satpamnya tidak sadarkan diri dan wajahnya dipenuhi darah. Aku tidak tahu mereka hanya dibuat pingsan atau tewas sungguhan?"
Khris menelan salivanya kesusahan. Kemudian keluar, menyalakan semua lampu yang ada di lantai bawah, kemudian mengecek ruang CCTV seorang diri. Sudah ada yang menangani di sana. Jadi Khris hanya mengamati dan menganalisis dalam diamnya.
Sudah jelas yang membuat keributan ini adalah orang dalam. Keamanan rumah tidak main-main. Kalau ada yang bisa menebus keamanan rumah, maka lawannya ini sudah tidak main-main lagi.
Khris lantas melihat CCTV, melakukan reverse pada layar di depannya di bagian terdekat kamar Anna. Dan tahu apa yang terjadi?
"Bedebah...!" Khris memaki saat melihat orang memakai pakaian serba hitam mulai dari bawah sampai atas dan d**a-d**a seperti orang bodoh.
"Jingan! Awas saja kau k*****t!"
Sebelum pergi, Khris menyimpan beberapa video secara pribadi yang menurutnya bisa menjadi titik balik karena Khris merasa ada yang ganjal dan dia percaya bisa mendapatkan informasi dari sana.
Buru-buru Khris pergi dari sana. Dia akan mengumpulkan semua penjaga di rumah dan mempertanyakan semua tugas-tugasnya. Bagaimana bisa mereka kecolongan lagi di saat keamanannya sudah diperketat lagi?
Kalau begini jadinya, percuma saja membayar pengawal tapi Anna tetap terluka. Khris harus turun tangan sendiri. Dia yang akan menyelediki lebih lanjut. Sementara biar Jordan yang menemani Anna. Kalau mereka fokus ke Anna semua, bisa-bisa ada celah dan kesempatan yang diambil para b*****h itu. Khris tidak akan membiarkan itu terjadi. Dia akan mencari tahu lebih dalam. Sebenarnya motif dari semua yang terjadi kepada Anna itu apa.
Sungguh, Anna tidak pernah mencari masalah pada orang lain. Tapi, adiknya baru bahagia sebentar saja, sudah ada saja yang membuat Anna sakit seperti ini. Lawan yang tidak terlihat selalu menyerang mental Anna. Kalau tidak, langsung ke fisik yang menyebabkan kesalahan fatal pada tubuh Anna.
Perempuan itu sudah kehilangan banyak hal untuk apa yang tidak seharusnya dia terima. Khris tidak pernah terima dengan itu semua. Nyawa Anna bukan permainan yang seenaknya mereka permainksn bagai kehidupan perempuan itu tidak berarti sama sekali.
Anna adalah kesayangan keluarganya. Perempuan itu sakit sedikit, semua orang sudah. Apalagi Anna sampai kenapa-kenapa yang membuat keadaannya memburuk, sudah jelas imbasnya langsung ke keluarga juga.
Turun tangan sendiri, Khris keluar dengan tangan terkepal kuat. Ada dua ajudan juga yang mengkhawalnya untuk datang ke tempat para keamanan ditugaskan. Khris melihat sendiri apa yang terjadi pada orang yang berdarah-darah tadi. Ternyata, mereka hanya dibuat pingsan, kemudian diguyur dengan pewarna yang bukan darah tapi menyerupai darah. Sekarang kedua orang itu tengah diamankan. Mereka baik-baik saja, hanya shock karena terkejut.
Sementara Khris sendiri tentu belum puas mendengar semua itu. Dia masih butuh menganalisis lebih jauh tentang semua yang terjadi di sekitarnya.
"Penjahat pasti meninggalkan jejak." Khris bergumam penuh ketegasan. Dia menatap tajam orang yang terlihat masih shock itu. Mereka diberi air biar lebih fresh dari sebelumnya. Sampai akhirnya, Khris juga yang mengambil alih interogasi.
Masih dikhawal dengan dua ajudannya, Khris membawa mereka ke ruang khusus interogasi yang tentu saja dipapah oleh keamanan yang lain. Meksipun begitu, keamanan lainnya tetap ditugaskan sesuai dengan titik-titik penjagaan.
Menarik kursi agak kasar hingga menimbulkan decit yang mengganggu pendengaran, Khris baru duduk bersandar dengan tangan bertopang dagu. Matanya yang tajam tak segan menguliti mereka yang ada di depan matanya.
"Saya membayar kalian bukan untuk tidur." Khris berujar dingin. "Bagaimana bisa kalian lalai sampai adik saya celaka lagi?"
"Maaf, Mas Khris. Kami tidak tahu apa yang terjadi. Tahu-tahu tersadar sudah dikerubungi semua orang, dan ada noda merah di sekitar kami."
"Karena itu penjagaan diperketat!" Khris menekan perkataannya. "Tolong kerjasamanya, jangan sampai lengah. Kalau lawan bisa masuk ke lingkungan rumah, bisa jadi ada orang dalam yang membantu. Kalian tahu kan akibat dari berkhianat?" tatapan tak main-main yang Khris berikan membuat kedua orang pria paruh baya itu menciut.
Mereka sudah bekerja seperti yang seharusnya, tapi sayangnya mereka yang menginginkan kehancuran keluarga Abraham terlalu pintar, karena itu bisa meneror langsung di rumah. Khris tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Anna bepergian bebas. Sudah jelas Anna tidak akan aman. Anna tidak boleh pergi sendirian sekarang. Apapun yang terjadi, Anna harus ditemani. Minimal tiga orang. Kalau tidak, maka Anna tidak boleh keluar sama sekali. Dan itu terhitung sejak hari ini.
***
Semuanya berjalan seperti yang kedua kakak Anna lakukan. Jordan dan Khris sepakat melakukan gerilya dalam rumah. Mereka memutuskan untuk merahasiakan kejadian semalam pada papa dan mamanya. Bukan karena apa-apa, tapi kalau Barack Abraham sampai tahu, gunjang-ganjing yang ada. Makanya mereka sepakat untuk tidak memperbesar dulu. Ada saatnya sendiri untuk pembalasan hari kemarin.
Anna yang sedari sadar langsung dikerubungi orang-orang jadi pusing sendiri. Dia tidak paham kalau kejadian semalam akan berimbas pada kesehariannya seperti ini.
"Anna, di rumah saja dulu. Kakak yang akan mengantarmu langsung nanti." Khris mencegah Anna yang ingin pergi. Sayangnya, Anna sudah terlanjur berjanji pada kliennya dua hari yang lalu. Sangat tidak etis kalau langsung dibatalkan secara sepihak. Anna tidak mau kalau kliennya kecewa.
Iya, Anna sadar kalau Jordan dan Khris melakukan ini semua demi kebaikan dirinya. Tapi, Anna akan merugikan banyak pihak kalau sampai hari ini tidak jadi bertemu dengan kliennya lagi. Waktu diberi udang dan tangannya patah saja Anna sudah banyak melewatkan pekerjaannya.
Ayolah, dia baru saja merintis karier. Jangan sampai karena kebencian orang kepada dirinya yang tidak jelas dan tidak beralasan, karier Anna malah berantakan. Anna tidak mau kalau itu sampai terjadi. Masalahnya bukan apa-apa. Namun, Anna tentu saja memiliki pegawai. Kalau kariernya berakhirlah, automatis pegawainya jadi pengangguran. Padahal, noble purpose Anna adalah memberikan lapangan pekerjaan pada banyak orang-orang yang kesulitan ekonominya.
Sayangnya, Anna hanya diam sekarang. Dia tidak bisa melakukan apa-apa kalau sampai papanya sendiri angkat tangan. Anna tidak bisa berkutik kalau kariernya sudah dijadikan topik utama.
Tadi pagi, Anna sudah diberikan pengertian oleh Jordan dan Khris kalau mulai sekarang geraknya akan dibatasi. Anna tidak bisa menolak karena kalau Jordan dan Khris sampai bocor, Anna pasti langsung dilarang bekerja oleh Barack Abraham, karena itu Anna hanya bisa diam sekarang. Padahal, biasanya Anna masih punya alasan untuk pergi keluar. Tapi sekarang, Anna tidak bisa melangkah satu inci pun tanpa izin dari kedua kakaknya. Kalau sampai nekat, imbasnya pada karyawan yang bekerja di butiknya.
Seandainya Anna bekerja sendiri, dia tidak masalah kalau-memang harus tidak bekerja. Toh keluarganya kaya raya, dia juga akan menikah dengan Roger yang tak kalah kaya. Hanya saja, Anna pasti mati bosan kalau diam saja tidak melakukan apa-apa padahal dia punya keahlian yang patut diacungi jempol. Hidupnya akan kembali dibatasi lagi. Anna tidak suka kembali dibatasi seperti dulu.
"Kak Shilla sedang tidak enak badan, Kak. Harusnya Kakak khawatir pada Kak Shilla, bukan dengan aku terus. Ini Kakak sudah menyuruh empat ajudan untuk mengawalku. Apa masih kurang?"
"Anna?"
"Kalau takdirku memang mati di tangan mereka, mau seperti apapun Kakak melakukan pertahanan, pada akhirnya aku juga akan mati, Kak. Kenapa tidak ada yang mengerti?"
Khris hanya diam menatap Anna nanar.
"Semalam aku hanya shock. Aku pikir satpam di sana dilukai, tapi mereka hanya dibuat pingsan. Sekarang Kak Khris lihat, aku baik-baik saja. Hai, lihat aku!"
Sekali lagi, Khris hanya menatap Anna dalam diam. Dia ingin menyanggah tapi melihat wajah putus asa adik perempuan kesayangannya ini, Khris selalu tidak tega.
"Lagipula Kak Shilla sedang tidak sehat. Kakak harus mengutamakan istri Kakak dulu. Dan lagi, setelah aku menikah nanti, Kakak harus belajar tidak over protective padaku lagi. Kak Roger pasti tidak akan-"
"Roger suka, Na. Karena Roger menyayangimu. Dia juga tidak ingin jika kau sampai terluka sedikitpun. Kenapa kau melarang kami untuk menjagamu?"
Sekarang, malah Anna yang diam.
"Kau bilang apa, tadi?" Khris yang memang meminta waktu untuk berbicara pribadi pada Anna tentu saja perdebatan mereka tidak diketahui oleh siapapun Kecuali mereka satu sama lain.
"Kau bilang tadi kalau takdirmu tiada di tangan mereka, mau apapun pertahanan yang kami lakukan, kau akan tetap tiada? Bagaimana bisa kau mengatakan hal menyakitkan semudah itu? Apa kau tidak pernah menyayangi kami sebagai keluarga? Kami melakukan penjagaan ketat kepadamu karena ingin menjagamu, Anna. Kami tidak ingin kalau kau sampai kenapa-kenapa. Kenapa kau tega-teganya melakukan itu?"
"Kak? Aku-"
"Ya, pergi saja seperti yang kau inginkan. Pergi saja tanpa perlindungan." Khris beranjak yang membuat Anna terduduk di tepi ranjang.
Dia tidak bermaksud membuat orang kecewa. Tapi tanpa sadar, dia sudah melukai orang terdekatnya lagi.