47. Jealous

1071 Kata
Apa Anna pernah mengatakan ini sebelumnya? Sekuat-kuatnya perempuan menahan cinta, rasa cemburu sangat sulit terelakkan. Anna pernah begitu terkejut sampai rasanya mau melakukan apapun tidak semangat saat pertama kali bertemu dengan Roger kembali di malam lelaki itu menerima penghargaan. Waktu itu Anna pikir, dia benar-benar kehilangan Roger, kakaknya yang sedari dulu dia tunggu kepulangannya. Entah di saat kembali masih mengingat dirinya ataupun tidak, Anna hanya ingin melihat Roger. Dia sangat ingin bertemu dengannya. Namun di waktu itu, ada perempuan cantik yang tengah menggandeng lenggannya. Di detik itu rasa rendah diri langsung menyeruak dalam dadanya. Anna jelas tidak menyangka kalau yang diharapakan memang terjadi, tapi ada perempuan lain yang sudah mendampinginya. Di detik itu juga, Anna ingin pergi bukan karena menyerah akan perasaannya sendiri karena jelas perasaan orang lain tidak bisa dipaksakan. Namun apa yang terjadi? Itu hanyalah kebohongan kecil Roger untuk mengejutkan Anna, berniat mengerjai gadis kecilnya yang sudah bertahun-tahun dirinya tingalkan. Namun kenyataannya, Anna masih mengingatnya. Sekarang mereka sudah menikah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi dalam hubungan keduanya kecuali kedatangan orang ketika. Dan kalau boleh jujur, Anna sedikit tidak nyaman saat Lily datang meskipun perempuan itu hanya menjenguk dan tidak melakukan kontak fisik dengan suaminya sekalipun. Anna bertanya-tanya pada dirinya sendiri saat Roger tengah bercengkerama dengan Lily sementara dirinya sendiri hanya duduk di sofabed dan memainkan ponselnya yang sebenarnya tidak dirinya mainkan. Anna hanya menggeser-geser layarnya seperti orang kurang kerjaan agar tidak sedih-sedih amat. Dia tidak enak juga kalau mengusir Lily padahal perempan itu baik sudah mau menjenguk Roger. “Kau selalu datang saat aku susah ya, Ly. Waktu aku menikah, kenapa tidak datang? Padahal sudah kukirim undangan jauh-jauh hari.” Lily yang cegengesan langsung menjawab. “Ya maaf, Bapak. Kan saya sibuk pas tanggal itu, jadi tidak bisa datang. Lagi pula aku sudah mengirim ucapan selamat lewat telfon. Sama saja, kan?” “Tentu saja tidak. Aku ingin melihat temanku datang. Harusnya kau menjadi bridesmate bersama dengan teman-teman Anna yang lain supaya cepat mendapat jodoh sepertiku.” “Dih, sombong sekali Anda.” Lily mencicir sesekali Roger tertawa. “Aku sudah punya pacar tau, kau saja yang tidak tahu.” “Benarkah?” Roger bertanya pelan, tapi tatapannya meremehkan. “Kau tidak pernah menunjukkannya padaku.” “Kau menyukai Anna juga tidak pernah mengatakannya kepadaku. Kenapa harus kukatakan, itu kan bukan urusanmu.” Sejak namanya disebut-sebut, Anna mengangkat wajahnya, melihat ke arah mereka yang kenetulan Roger juga tengah menatapnya. Alisnya terangkat, jelas kalau Anna ingin tahu maksud dari omongan Lily tadi, tapi Roger hanya tersenyum dan menggeleng. “Apa tadi sudah sarapan?” Lily kembali bertanya setelah ada keheningan di antara semua orang. “Na, apa aku tadi sudah sarapan?” Anna menggeleng. “Belum.” Katanya. Lily mengangguk. “Kalau begitu aku kembali dulu, aku harus mengerjakan laporan, nanti dimarahi Pak Boss Galak.” Katanya. Roger tentu melotot karena boss Lily memang dirinya. Siapa lagi yang disebut boss kalau bukan Roger sendiri? Makanya langsung melotot begitu. “Aku tidak akan galak kalua kerjamu bagus.” “Ya?” Lily menelan ludah. “Jadi maksud Anda kinerja saya tidak bagus? Oh ya, silakan cari sekretaris baru. Saya akan mengajukan surat pegunduran diri besok. Bapak tenang saja.” “Okay, saya tunggu.” Kata Roger menanggapi. “Kalian ini bicara apa?” Anna bertanya agak khawatir. Pasalnya mereka langsung merujuk pada hal semacam itu yang seharusnya tidak dijadikan sebagai candaan. Mana tahu kalau sebenarnya mereka hanya bercanda sekalipun. Anna kan jarang bercanda, makanya kaku, tidak tahu menanggapi apa selain refleknya sendiri seperti ini. “Istrimu lucu sekali, Ger.” Lily berdiri, langsung menghampiri Anna, cipika-cipiki seadanya, kemudian berlalu pamit dengan Anna sendiri masih memikirkan maksud perkataan Roger dan Lili tadi. Mungkin memang orang yang jarang bergaul seperti dirinya akan sulit mengerti bercandaan orang-orang. “Kakak biasa bercanda dengan Lily?” Anna langsung bertanya saat Lily sudah tidak ada di dalam ruangan. Roger tersenyum, tangannya melambai yang membuat Anna bangkit dan menerima uluran tangan suaminya ini. “Kenapa? Kau cemburu?” “Ha?” Anna malah tertawa. “Siapa yang cemburu, Kak? Aku hanya bertanya.” “Iya, kami memang sering bercanda. Teman dekatku kan hanya dia, Na. Setelahnya ya tidak ada.” Jawab Roger jujur. “Apa aku sudah bertanya kalau perempuan yang pernah kakak cium itu Lily?” tanya Anna hati-hati. Pada mulanya Roger diam, masak iya dia mau mengatakan “iya” pada Anna. Namun kenyataannya, memang seperti itu adanya. Perempuan yang pernah Roger cium sebelum bertemu Anna memang Lily. Memangnya Roger mau mencium siapa lagi? b******n seperti itu, Roger tahu perempuan mana yang pantas dicium olehnya ataupun tidak. “Kalau aku bilang iya, apa kau akan marah? Cemburu?” “Mungkin, tidak tahu.” Jawab Anna seraya mengangkat bahunya. Lagi pula, dia tidak mau menunjukkan ketidaksukaannya pada orang. Anna tidak mau menyinggung siapapun. Mengingat, memang Lili yang selama ini dekat dengan Roger di saat mereka terpisah jarak dan waktu. Dan itu tidaklah sebentar. Jadi Anna berusaha mengerti. Kebetulan ada perawat masuk yang membawa sarapan untuk Roger. Anna langsung berdiri, menerima nampan itu dan dan mengucapkan terima kasih. “Terima kasih, Sus.” “Sama-sama, Mbak.” Anna lantas duduk di dekat Roger, “mau makan sendiri, Kak?” “Suapi.” Kata Roger tanpa pikir panjang yang membuat Anna tertawa seakan ingin mencibir, tapi tidak ada apa-apa yang keluar dari mulutnya. “Kan udah punya istri, Na. Kalau biasanya makan sendiri, sekarang kan tidak apa-apa minta disuapi istri sendiri?” “Iya Kak, iyaaa.” Anna mengulurkan sendok berisi makanan pada Roger yang langsung dimakan dengan lahap. Tidak apa-apa punya suami manja, asal tidak keterusan saja. Sayangnya, mengingat kejadian tadi, tetap saja Anna merasa tidak enak hati. Ada yang mengganjal dalam dadanya. Apa ini yang dinamakan cemburu, kenapa rasanya tidak enak sekali. Yang lebih menyebalkan, Roger juga hanya terkekeh geli, senang sekali menggoda Anna sementara Anna sendiri kesal setengah mati. Tidak pernah cemburu, sekalinya cemburu begini sekali, Anna langsung pusing. Memang ya kalau memiliki suami tampan dan kaya raya banyak sekali cobaannya. Entah dari luar ataupun dari dalam sendiri. Anna tidak pernah bisa mengerti pikiran kompleks orang-orang di luar sana karena Anna bahagia dengan dunianya sendiri. Meskipun introvert, Anna bersyukur. Dia memang lebih suka sendiri daripada dengan orang lain. Tapi beda cerita kalau dengan keluarganya, apalagi dengan suaminya sendiri, tentu saja itu semua membuat Anna perlahan keluar, tak selamanya sembunyi di dalam dunianya yang sepi seorang diri. Karena Roger selalu mengingatkannya untuk tidak lupa jalan pulang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN