***
Selamat membaca.
***
Tak apa, bila aku tidak bisa menggapaimu di dunia nyata, asal kau dengan suka rela selalu masuk kedalam mimpiku setiap malam.
***
Kevand menutup telinganya, tapi senyum yang tercetak jelas di bibirnya membuat hati Kassandra berdebar, mungkinkah Tuhan telah mengabulkan do'anya kemarin? Saat Kassandra berdo'a bahwa ia ingin melihat senyun manis Kevand setiap pagi.
"Ngapain di sini Kass?" Tanya Kevand akhirnya, laki-laki itu masih berdiri menatap penampilan Kassandra yang dengan yakin membuat Kevand mengerti perempuan ini adalah murid baru di sekolahnya.
"Gue sekolah di sini," jawab Kassandra. "Em anu, bisa anterin gue ke ruang guru enggak Kev?"
Alis Kevand terangkat, tapi senyum laki-laki itu tak luntur, ia menunduk, mengarahkan tangannya ke depan dan berucap, "Silahkan Tuan Putri, sebelah sini," katanya lagi.
Kassandra terkekeh mendengar sambutan dari laki-laki itu, ia benar-benar merasa tersanjung sekolah di sini, sumpah! Pindah sekolah ke sekolah ini ternyata membuat Kassandra lebih hidup, hati Kassandra yang dulunya patah berkeping-keping kini benar-benar hampir menyatu lagi.
"Kevand," panggil Kassandra.
"Kassandra," jawab Kevand. Kevand terkekeh melihat wajah Kassandra yang putih itu tampak tak suka dengan jawaban yang terlontar dari mulutnya. "Lo masuk kelas mana Kass?" Tanya Kevand lagi saat Kassandra tidak mengatakan apa-apa setelah Kevand berucap itu.
Kassandra menggeleng, badannya ia gerakan saat tubuh Kevand yang berada di sampingnya berjalan ke arah kanan, dan tepat di langkah yang ke sepuluh dari persimpangan itu, Kassandra berdiri di depan ruangan guru.
"Nggak tahu gue," jawab Kassandra, lalu mengedarkan pandangannya saat suara bel di sekolah itu berbunyi.
"Kass, gue duluan ya, semoga kita satu kelas," izin Kevand lagi, laki-laki itu pun mulai menjauh dengan senyuman manis yang ada di wajahnya.
"Kevand, makasih," balas Kassandra dengan suara yang meninggi, agar laki-laki itu bisa mendengarnya.
Kevand mengangguk, saat Kevand menghilang dari persimpangan itu Kassandra memberanikan diri memasuki ruangan guru, menggatakan bahwa dirinya adalah murid baru.
Kevand mengatur napasnya, saat dirinya memasuki kelas, untung-untung guru yang mengajar di pagi ini belum masuk, padahal sehabis ke ruangan guru saat mengantar Kassandra tadi, Kevand sempat saja mampir ke ruangan pengawas, mengambil absen harian yang selalu diisi oleh seketaris kelas. Kevand mengetuk kelasnya dan berucap salam yang membuat kelas itu menjadi hening seketika.
"Halah k*****t, gue kira Bu Kiki," kata Nada, sekretaris di kelas sebelas IPA dua. Perempuan dengan nama panjang Al Nada Nazera itu pun berdiri, berjalan kearah cermin yang terletak di belakang kelas IPA dua, perempuan itu mulai membenarkan rambutnya.
"Nad, ini absen gue taruh di atas meja ya," kata Kevand lagi.
Setelah meletakan selembar kertas absen kosong yang biasanya diisi oleh Nada atau Mikha sebagai sekretaris kelas, Kevand berjalan menuju ke bangkunya, dengan siulan yang terlihat membuat Kevand bahagia.
"Kev, tadi gue liat cewek baru sama lo ya? Dih gercep banget, Mas?" Tanya Nada sambil melewati kursi Kevand, lalu menoleh ke belekang mendapati kursi Kevand yang duduk dengan Fadli, di belakangnya lagi ada Mikha dan Elsa.
Nada memang salah satu orang yang sangat kepo dengan urusan orang lain, tapi bukan hanya dia saja yang penasaran dengan kejadian tadi pagi di koridor kelas, semua siswa dan siswi yang memarkir kendaraan dan ingin berjalan ke kelasnya juga tahu kejadian tadi pagi.
Jadi, seharusnya mereka berterima kasih dengan Nada, karena pertanyaan ini akan menjawab sebagai apa perempuan yang mereka lihat tadi di hidupnya ketua OSIS SMA Penerus Bangsa.
"Temen gue, baru kenal," sahut Kevand, menjawab beberapa tatapan yang menuntutnya untuk menceritakan perempuan yang tadi memanggilnya siapa. "Kenapa sih kepo banget deh Nad?" akhirnya setelah puas melihat kepala Nada yang turun naik pertanda perempuan itu mengerti, Kevand berucap dengan nada tak enak kepada perempuan itu.
"Gue kan nggak mau temen gue yang ganteng ini sakit hati lagi," kata Nada yang membuat teman sebangkunya tertawa dengan nyaring, begitu juga dengan Fadli yang sudah mengolok Kevand.
"Dasar sahabat k*****t," desis Kevand akhirnya.
***
"Kamu, tadi dengan siapa ke sekolah ini Nak?" Tanya Ibu Nurul saat ia dan Kassandra berjalan beriringan menuju ke kelas baru Kassandra, kelas baru di kelas sebelas semester dua kali ini.
Kassandra mendongkak, pertanyaan yang klasik yang dilemparkan oleh guru Bimbing Konsulingnya itu.
"Sama Abang Karel Bu, terus tadi ketemu Kevand diantarin ke ruangan guru, saya kan enggak tahu ruangan guru di mana hehe," jawab Kassandra selanjutnya.
Tolong, jangan heran dengan jawaban Kassandra, karena sungguh Kassandra ini perempuan yang benar-benar bisa bercerita apa saja dengan siapa saja, termasuk dengan orang yang baru dia kenal.
"Kevand? Kevand Damanik?" Tanya Ibu Nurul lagi.
Kassandra menggeleng pelan, lalu berucap lagi, "Saya kurang tahu nama panjangnya Bu."
Ibu Nurul menganggukan kepala, ia mengetuk pintu suatu kelas, saat guru pengajar kelas itu memberikan izin kepada Ibu Nurul untuk masuk kelasnya, Kassandra juga ikut masuk ke kelas.
"Kok ikut? Mending nunggu di luar," kata Ibu Nuurl sambil berjalan menuju tempat kursi duduk guru kelas Sebelas IPA dua.
Kassandra menggleng, ini yang paling Kassandra males untuk ukuran siswa baru adalah; tatapan murid lama yang seolah selalu tertuju kepada Kassandra.
"Kassandra takut Bu," cicit Kassandra yang membuat Ibu Nurul dan Ibu Kiki terkekeh pelan secara bersamaan dengan kening yang bertautan.
Ibu Nurul hanya tertawa lalu mengatakan kepada Ibu Kiki bahwa Kassandra inilah murid baru yang akan tinggal di kelas Sebelas IPA Dua. Setelahnya, Ibu Kiki berdiri di tengah kelas saat membiarkan Ibu Nurul meninggalkan kelas Sebelas IPA dua.
"Perhatian, perkenalkan kita kedatangan murid baru," kata Ibu Kiki, membuat Kassandra menjadi tatapan yang empuk bagi singa kelas Sebelas IPA dua.
"Silahkan Kassandra perkenalkan diri."
Perempuan dengan rambut diikat poni tail itu pun mempekenalkan diri mengatakan namanya Kassandra Saradea, dan asal sekolah SMA Banua.
"Ada pertanyaan?" Kata Ibu Kiki saat melihat Kassandra tidak mengatakan apa-apa lagi setelah menyebutkan nama juga asal sekolahnya itu.
Bukan apa-apa hanya saja Kassandra males untuk mengatakan yang berbau dengan data dirinya.
"Kenapa pindah dari SMA Banua? gue dengar-dengar di sana banyak cogan."
Pertanyaan dengan nada serius tapi membuat murid kelas sebelas IPA dua bersorak tak suka. Banyak yang melemparkan pernyataan bahwa pertanyaan yang ditanyakan Nada sangat tidak penting, tapi apa yang dikatan Nada ada benar juga, di SMA Kassandra yang dulu tampang anak cowoknya benar-benar membuat mata Kassandra jernih.
"Sudah-sudah, Kassandra silahkan duduk di tempat samping Elfia ya," kata Ibu Kiki akhirnya, mengabaikan pertanyaan Nada.
Kassandra mengganguk, perempuan itu memasang kaca mata khusunya untuk belajar saat hampir sampai di mejanya yang sekarang, kini Kassandra sudah duduk di samping Elfia di bangku paling belakang baris ketiga dari pintu masuk kelas, ia manatap ke sebelah tempat duduknya di sana ada perempuan dengan postur tubuh yang cukup tinggi.
"Hallo, aku Kassandra kamu siapa?" Tanya Kassandra perempuan itu hanya diam sambil menatap Kassandra dengan tatapan aneh – Sok akrab.
"Elfia," jawabnya dengan pelan.
Kassandra dan Elfia kembali fokus dengan pelajaran yang diberikan dari Ibu Kiki.
Elfia benar-benar teman yang begitu baik bagi Kassandra, walau hanya sepatah dua patah kata yang dikatakan oleh Elfia tapi perkataannya benar-benar membantu bagi Kassandra yang menjadi murid baru ini.
"Ibu Kiki guru yang kiler, jangan berisik, fokus.”
"Nanti ke kantin bareng gue, jangan dengerin apa-apa, fokus."
Kassandra hanya mengganguk, ide yang bagus, lagian Kassandra juga tidak mau terlalu menjadi pusat perhatian nantinya, Kassandra tahu dia cantik tapi tolong jangan terlalu diperhatikan.
Bel berbunyi dengan nyaring, Kassandra dengan cepat meletakan kacamata yang sedari dua jam tadi bertenger di hidungnya.
Ia menatap beberapa teman-temannya yang sudah beranjak dari kursinnya, ada yang sedang berjalan ke arah belakang kelas untuk mengatur posisi rambutnya, ada yang sedang meletakan kepala dilipatan tangannya dan banyak yang berjalan kearah luar yang Kassandra yakini mereka akan ke pergi kantin.
"El, ke kantin bareng gue kan?"
Elfia menganggukan kepala, ia mengatakan kepada Kassandra agar berjalan ke depan kelas dulu, sedangkan ia masih repot membersihkan buku-buku di mejanya.
"Enggak apa-apa gue tungguin aja," kata Kassandra akhirnya, tapi tiba-tiba mata Kassandra menangkap tempelan aneh di depan kelasnya di samping papan tulis putih. Ia pun berjalan meninggalkan Elfia yang tengah mencari entah apa di dalam tasnya.
Kassandra berdiri di samping papan tulis, melihat beberapa kertas karton yang ditempel di samping papan tulis itu, ada jadwal pelajaran, ada jadwal kebersihan kelas, ada juga struktur kelas.
Kassandra dengan cepat berbalik badan ke belakang saat ikatan rambut yang berikat kuda itu terlepas, dan ia melihat Kevand yang menjulurkan lidahnya kepadanya. Iya! Laki-laki itu tengah memegang ikat rambut Kassandra yang berwarna pink, yang beberapa waktu lalu ada di rambut Kassandra.
"Kevand balikin," rengek Kassandra, perempuan itu mengejar-ngejar Kevand yang tengah menghindar dari serangannya.
Kevand menggeleng sambil menjulurkan lidah membuat Kassandra benar-benar geram, terlebih melihat tatapan anak-anak kelas sebelas IPA dua yang menatapnya dengan Kevand. Kassandra memilih melanjutkan kegiatanya, melihat hiasan yang ada di kelas sebelas IPA dua, kelas ini benar-benar sangat kreatif, dan mengabaikan Kevand yang masih memegang ikat rambutnya.
Tak lama dari itu, Kassandra merasakan rambutnya terangkat, tak semua sih sebenarnya, karena memang masih ada anak ranbut yang berada di dekat telinganya.
"Ma’af, tadi cuman bercanda Tuan putri," kata laki-laki yang tengah membenarkan rambut Kassandra itu.
Kassandra mengulum senyum, perempuan itu masih tidak menyahuti perkataan Kevand, Kassandra masih merasakan bahwa Kevand tengah berusaha untuk merapikan rambutnya, Kevand dasar k*****t, ia tidak tahu apa Kassandra tengah mesem-mesem sendiri. Kassandra tetap kekeh pura-pura merajuk, perempuan itu tetap tidak mebalikan tubuhnya, membuat Kevand kembali menarik ikat rambutnya.
"Niat balikin nggak sih?" Tanya Kassandra akhirnya, karena Kevand lagi-lagi menarik rambutnya.
Kassandra berbalik, ia menatap Kevand yang menampilkan senyun lima jarinya.
"Niat kok Tuan Putri," jawab Kevand lagi, dan sekali lagi mencoba untuk mengikat rambut Kassandra.
Bibir Kassandra naik sebelah, tersenyum meremehkan laki-laki yang ada di depannya ini, kalau hari pertama main-main dengan ketua OSIS sekolah ini asik nggak ya? "Oke ada syaratnya tapi," jawab Kassandra sambil meletakan tangannya di depan dadanya.
Kevand mengangkat bahunya acuh, paling cuman berakhir neraktir Kassandra syaratnya, atau enggak mungkin Kassandra mau minta nomor telponnya.
"Temenin gue jalan-jalan Kev, antarain gue ke toilet, perpus, segala macam ruangan yang ada di sekolah ini deh," pinta Kassandra setelah Kevand bertanya mau Sylena apa.
Astaga! Benar kan? Segampang itu syaratnya, Kevand juga sempat menduga, soalnya wajah-wajah seperti Kassandra ini wajah perempuan yang tidak menyusahkan orang lain menurut Kevand. "Siap tuan putr...."
"Kev! Itu laporan keuangan buat hasil cllasmeting kemarin sudah belum? Kamu sudah tanda tangan belum? Sudah periksa belum?"
Perkataan Kevand yang tengah berbicara kepada Kassandra pun terhenti, ia melihat Mikha yang tengah berjalan ke arahnya, ke depan palan tulis dari tempat duduknya sambil membawa kertas yang terbalut map warna merah.
Kevand mendesah, lalu menatap Kassandra yang tengah berdiri di sampingnya, tatapanya menyendu, seolah dari tatapan itu Kevand memberikan isyarat dia minta ma'af kepada Kassandra karena acara mereka akan tertunda.
"Iya nanti aku cek ya Mik, thank you." Kevand menerima berkas yang diberikan oleh Mikha, dengan perasaan yang bimbang.
"Sekarang Kev, soalnya Pak Budi minta hari ini juga," balas Mikha.
Kevand mengangguk mengiyakan, lalu ia menatap Kassandra yang tengah memasang wajah tersenyum kearahnya, seolah ia membalas tatapan yang dilemparkan oleh Kevand tadi.
"Gak papa, semangat ya pelayanku,” kata Kassandra.
Mikha menatap tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Kassandra, ‘pelayanku?’ Apakah perempuan itu tidak tahu bahkan Kevand seperti raja di sekolah ini? Kevand seperti raja yang selalu dipuja-puji di sekolah ini.
Kevand berlalu setelah pamit kepada dua orang itu ingin menuju ruangan OSIS, tertinggal Kassandra dan Mikha yang saling bertetap wajah, Kassandra menatap perempuan itu dengan biasa saja, lalu perempuan itu melihat Elfia yang tengah berjalan ke arahnya.
"Biasa sih gitu, enggak bisa liat Kevand seneng-seneng aja disuruh ke ruangan OSIS." Tiba-tiba suara Nada menggema di kelas itu, Nada duduk ke tempatnya, ia sedari tadi berada di depan kelas melihat bagaimana kelakuan mantan pacar sahabatnya kepada sahabatnya, tadi.
Mikha dan Kassandra kembali menatap Nada yang dengan santainya melayangkan tatapan yang tidak suka kepada Mikha, atau kepada Kassandra sendiri.
"Gue capek ya liat lo kayak parasit sama Kevand, kalau sudah putus ya putus aja, kenapa masih bergelantungan di tangan Kevand sih, lo monyet?!"
Suasana semakin terasa panas, di seluruh sekokah ini tahu siapa yang tengah bicara itu, Nada! perempuan yang digadang-gadang sebagai perempuan yang katanya menjadi pacar Kevand, tapi nyatanya berita itu tidak terbukti. Berita itu hilang seiring dengan munculnya berita Kevand jadian dengan Mikha, dan ternyata Nada hanya sebatas sahabat dengan Kevand.
"Apa sin Nad, lo kalau nggak tahu apa-apa diem aja,” balas Mikha dengan tatapan tak sukanya.
"Apa sih susahnya move on? Gak bisa apa move on? Noh baca cerita di w*****d, judulnya Hello Mantan punyanya Mahdung! Ceritanya ngajarin lo move on!"
Mikha merasakan seluruh tatapan tertuju kepadanya terutama tatapan perempuan yang dengan gamblangnya menyebut Kevand sebagai pelayannya, yang dengan gampangnya mendapat perhatian Kevand hari ini! Ah berengsek! Mikha tidak suka dengan suasa begini.
"Terserah lo ninik lampir!" Mikha berbalik, meninggalkan kelas sebelas IPA dengan perasaan amarah yang meninggi, dengan perasaan malu yang tebal! Ya ampun Nada ya! kalau saja perempuan itu tidak sahabat Kevand maka dengan apa pun Mikha akan menyingkirkan Nada dari hidup Kevand.
****