Tujuh - Masa Lalu
***
Selamat membaca.
***
Kamu sahabat terbaikku, oleh karena itu aku memilih pergi menjauh sebelum hatimu semakin sakit karena ulahku, karena kelakuanku yang selalu membuatmu khuwatir dan takut.
***
Sepi, tak punya teman untuk diajak bermain di hari minggu atau malam minggu bukan Kassandra namanya. Perempuan itu sedang memegang iPad yang tengah memeperlihatkan permainan monopololi zaman now, atau bisa disebut dengan permainan getrich, yah perempuan itu kini tengah menekan-nekan layar iPad itu, membuat bangunan di beberapa tempat yang ia singgahi.
Kassandra mendengus saat melihat bangunan yang dibuat oleh Keral di layar itu, jika saja Keral tidak membuat bangunan itu maka saat ini Kassandra sudah memenangkan permainan itu. Tak lama dari itu, Kassandra kembali mendengus saat permainan yang ia mainkan kalah karena dirinya tengah berada di kota yang tengah Keral buat, dan ia mesti membayar uang denda hingga Kassandra bangkrut.
"Cupu," ledek Karel, laki-laki itu meletakan iPad yang juga tadi sedang ia pegang, ia merebahkan badannya, menatap langit-langit kamar adik perempuannya itu lalu menatap ponselnya lagi.
Kassandra hanya mengubah raut wajahnya, perempuan itu kembali membuka beberapa permainan di iPad itu.
"Gimana sekolah baru? Enak nggak?" Keral berucap setelah menutup ponselnya.
Kassandra membuka aplikasi line yang berbunyi di ponselnya itu, ia melihat ada pesan yang selama dua hari lalu ia kirimkan kepada mantan pacarnya di SMA Banua dan baru sekarang ini laki-laki itu membalasnya, benar-benar basi.
Tidak heran sih, mantan pacar Kassandra memang tidak terlalu intens kalau masalah mengirimkan pesan kepada Kassandra bahkan saat mereka masih berpacaran kemarin Kassandra hampir selama satu minggu tidak menerima pesan dari mantanya itu.
"Enak, eh Bang, Kassandra belum cerita ya?"
Karel meletakan ponselnya, ia kembali mendudukan badannya dan memakan beberapa cemilan yang ada di kamar Kassandra sebelumnya Keral sudah turun dari tempat tidur Adiknya itu, lalu ia menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Kassandra tadi.
"Itu, yang cowok yang kita teraktir di cafe waktu itu, dia temen sekelas aku ternyata."
Karel hanya mengangguk-angukan kepala, lalu menatap ponselnya yang kembali berdering, menandakan ada yang menelpon Karel. Di detik selanjutnya, laki-laki itu berdiri dan pergi meninggalkan Kassandra dengan telepon genggam yang sudah menempel di telinganya.
"Terus dia ganteng Bang, mana baik, mana manis," sambung Kassandra selanjutnya. Kassandra mendesah, ia melirik pintu kamarnya yang sudah tertutup rapat, dan juga walau Karel masih ada di hadapannya ia tidak mungkin mengatakan itu, Kassandra terlalu takut untuk mengutarakan masalah pribadinya terhadap Karel. Ia takut Karel menceramahinya lagi, walau Kassandra tahu bahwa seumuran mereka tetap merasakan cinta, tetap bisa naksir kepada lawan jenis, dan jelas saja bisa jatuh cinta.
Tak ada special di dalam hidup Kassandra, saat malam minggu Kassandra hanya ditemani oleh Karel, dulu memang ia selalu hung out dengan teman atau Wafa, mantan pacarnya, tetapi sekarang, Wafa sepertinya sudah bahagia dengan hidupnya tanpa ada Kassandra di dalamnya.
Walau Wafa mengatakan kepada Kassandra saat kepergianya dari sekolah itu Kassandra tetap menjadi perempuan favoritnya tapi tetap saja Kassandra ingin melihat Wafa bahagia walau tanpa Kassandra.
Flashback
"Kalau ada apa-apa di sekolah baru bilang ya Kass, nanti gue bakal datang kalau lo chat gue." Wafa berucap, sambil menatap lembut perempuan yang ada di hadapannya itu.
"Kalau gue panggil lo tiga kali lo datang nggak?" Balas Kassandra saat perempuan itu memakan batagornya, menatap Wafa dan sekelilingnya, merekam semua pemandangan yang berada di kantin ini, untuk terakhir kalinya, hari terakhir Kassandra berada di sini.
Terdengar helaan napas dari Wafa, laki-laki itu menatap lurus ke arah Kassandra.
"Kass," panggilnya.
Kassandra tahu ujung pembicaraan ini adalah apakah benar Kassandra yakin dengan semua ini, apakah benar Kassandra menyukai pilihannya ini, dan apakah nantinya Kassandra akan baik-baik aja, setelah berada di tempat barunya, setelah Kassandra meninggalkan sekolah ini, dengan kenangan buruk yang menyayat hati setiap hari di dalamnya.
"Temenin gue keliling sekolah ini terakhir kali ya Waf, salam perpisahan gitu." Kassandra lebih dulu berucap, menyela ucapan yang akan Wafa lemaprkan padanya, membuat Wafa hanya mengangguk, kembali menelan semua apa yang ingin ia tanyakan lagi, Kassandra, ia berharap Kassandra akan lebih baik setelah ini.
Sial, Wafa merasakan dadanya sesak, Kassandra benar-benar akan meninggalkanya, pikirnya.
Flashback Off.
Kassandra semakin larut dalam dirinya di masa lalu, ia benar-benar tidak mengerti dengan pirkiannya sendiri, terlalu dalamkah perasaanya ke Wafa hingga saat begini pun yang ada di dalam ingatannya adalah Wafa, laki-laki yang Kassandra yakini tidak memikirkannya, tidak peduli bagaimana kabar Kassandra saat ini.
Kassandra menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir keberadaan Wafa yang masuk di sana, ia kembali meraih ponselnya yang berbunyi beberapa kali, dan saat melihat isi pesan itu Kassandra tersenyum, ternyata laki-laki itu.
Kevan DD
Yuhu, ada orang?
Tes?
Boleh temenan enggak?
Kassandra hanya membca pesan itu, memasukan kembali ponselnya ke dalam saku jaket yang ia pakai saat ini, lalu perempuan itu mengikat rambutnya tinggi-tinggi dan keluar kamar dengan siulan yang ia mainkan.
"Banggg, aku izin ke supermarket." Kassandra mengetuk-ngetuk pintu kamar Kakaknya yang berada di samping kamarnya hanya sebentar perempuan itu berdiri di depan sana, ia mendengar pintu itu terbuka dan memperlihatkan Karel yang berdiri di sana.
"Ngapain? Sama siapa? mau beli apa?" Tanya Keral beruntung, ini sudah malam, dan Kassandra malah bisa-bisanya ingin pergi.
"Mau beli martabak manis, sama Abanglah, emang Abang mau aku nyetir sendiri?" Kassandra bertanya balik dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Setelah mendengar jawaban dari Kassandra, Karel menghilang seketika dari hadapan Kassandra, laki-laki itu mengambil kunci mobilnya dan juga dompet, lalu mematikan sambungan telponya.
"Abang ngapain?" Tanya Kassandra sambil menuruni anak tangga di rumahnya, berjalan lebih dulu dari Karel yang tengah merapikan rambutnya di belakang sana.
"Ngerjain tugas."
Kassandra hanya manggut-manggut saja, perempuan itu membuka pintu utama di rumahnya yang sepi, yang hanya ada dirinya juga salah satu asisten rumah tangganya, dan seketika juga ia meraskaan hawa dingin yang mampu menusuk hingga ke dalam tulangnya, langkah Kassandra berhenti, sedetik kemudian kaki kananya melangkah mundur hingga tubuhnya tertabarak tubuh Karel, yang sudah sedari tadi tiba di belakang Kassandra. Kassandra merasakan lengan Karel berada di ke dua pundaknya, lalu bisikan pelan masuk ke dalam telinga Kassandra dengan lembut.
"Jangan takut, terus coba. Kalau benar-benar nggak bisa nggak usah dipaksa, coba nanti kalau dia datang."
Kassandra mengganguk kecil, Kassandra sangat-sangat benci dengan malam dan hujan, ditambah hujan yang turun di malam hari, rasanya Kassandra ingin mati suri detik itu juga, ia benar-benar tidak ingin melihat itu lagi.
Karel tahu, kejadian yang dialami oleh Kassandra membuat perempuan itu tak menyukai hujan lagi, sebab Karel juga tahu luka yang disebabkan hujan membuat Kassandra bukan lagi Kassandra yang dulu, bukan lagi adiknya yang ceria, Kassandra yang dulu, benar-benar sudah hilang.
Fllasback.
"Dek! Jangan main hujan," suara Keral yang tengah berumur enam belas tahun itu pun tak didengarkan oleh perempuan yang beumur tiga belas tahun, yang tengah berdiri di bawah guyuran hujan, bermain dengan asiknya, tanpa menghiraukan panggilan dari saudaranya itu.
Saat merasa kedinginan, perempuan itu malah berteduh di bawah pohon mangga punya Ibunya, yang berada tepat di tengah halaman rumahnya, di tengah-tengah taman bunga kepunyaan Ibunya.
"Abang sini! Mandi hujan bareng." Kassandra kembali berlari-lari di halaman rumahnya, sembari memanggil Kakaknya yang tengah berdiri dengan Ibunya memandang dirinya yang menari tak beraturan.
Kassandra menadahkan wajahnya saat Kevand menolak untuk bermain bersamanya, perempuan itu melihat ke arah atas, dan menutup matanya, meraskan air hujan yang gugur di permukaan wajahnya, hingga air hujan itu tak terasa lagi di wajahnya.
"Masuk Kassandra nanti kamu kedinginan," kata Karel sambil menggiring Kassandra yang tengah basah kuyup itu memasuki rumahnya.
Kassandra mau tidak mau menuruti apa yang dikatakan Karel, perempuan itu malah memeluk Karel membiarkan Karel juga terkena basah akibat ulah Kassandra dan kembali mengajak Keral untuk bermain bersama di bawah guyuran hujan.
Flashback Off.
Karel mengiring Kassandra kembali ke dalam kamarnya membiarkan perempuan itu menenangkan dirinya di sana, membiarkan semua ingatannya pelan-pelan menghilang, membuat perempuan itu kembali tenang.
"Masih mau martabak enggak?" Tanya Karel, saat ia melihat Kassandra yang sudah mulai tenang.
Kassandra menggangukan kepala, ia lapar.
"Yaudah bentar Abang beliin kamu Abang tinggal nggak apa-apa kan?"
Kassandra kembali menganggukan kepala, saat laki-laki yang usianya berbeda tiga tahun dari dirinya itu keluar dari kamarnya, perempuan itu membuka jaketnya dan kembali melihat ponselnya yang sedari tadi berbunyi dan bergetar.
Kassandra melihat chat yang dikirimkan dari Kevand lagi.
Kevand DD
Eh, ada PR nggak besok?
Kassandra
Kev, lo enggak ada kerjaan? Beliin gue martabak gih.
Sehabis menekan tombol send, Kassandra malah duduk di ujung tempat tidurnya, melihat layar ponselnya yang kembali masuk pesan dari Kevand, dan benar saja hingga Karel kembali Kassandra baru beranjak dari tempat duduknya, ia kembali melihat layar ponselnya saat be berapa pesan diterima oleh ponselnya, lagi.
Kevand DD
Heheh, lo mau?
Eh sudah malam, tapi, lo nggak tidur?
Kassandra
Enggak, sudah dibeliin Abang, belum, lo?
Kevand DD
Gue lagu nonton bola, yaudah selamat makan Kass :)
Senyum Kassandra tiba-tiba menggembang, entah karena di hadapannya sudah ada martabak yang ingin ia makan atau karena pesan dari Kevand yang seketika membuat dirinya lupa akan hujan di malan hari ini, entahlah.
***