"Baby, bagimana kepalamu, masih sakit?" tanya Dewa sambil tersenyum menggoda, matanya mengerling jail. Tari sengaja mengalihkan pandang ke arah lain, pada tepi pantai yang sesekali dihantam ombak kecil. Pipi perempuan berparas jelita itu bersemu merah.
Ya bagaimana tak menabrak dinding jika tak melihat? Lagian juga, Dewa ada-ada saja, menyuruh memandikannya seperti anak kecil. Tentu saja moment beberapa jam lalu yang menjadi siksaan baginya masih membuatnya sangat malu, memandikan manusia dewasa tanpa melihat. Gila. Tak pernah terpikirkan olehnya sama sekali akan bersuamikan manusia seperti Dewa.
"Apa kamu sudah puas melihat-lihat, Baby?"
Tari menoleh sekilas. Angin yang bertiup sepoi membuat rambut sang suami bertiup ke sana kemari, membuatnya terlihat begitu menawan. Senyum tipis terukir di bibir suaminya saat mereka bersitatap.
"Setelah ini, kita akan ke Korea."
Saat ini, mereka duduk di atas pasir putih. Sekeliling mereka lumayan ramai dengan keluarga yang juga duduk di tepi pantai Nusa Dua, ada juga yang tengah berenang, mengayunkan air ke udara sambil tergelak. Tampak mereka begitu bahagia. Bukan berarti Tari tak bahagia menikmati ciptaan-Nya yang begitu indah ini. Tapi sikap suaminya yang sejak tadi tampak tak sabar ingin segera terbang ke Korea, lama-lama membuatnya kesal. Jelas sekali alasannya, ingin segera menyusul Puspita. Sepanjang perjalanan di udara, selalu Puspita yang disebut, membuat ia menerka-nerka seperti apa wajah Puspita. Apa sebegitu cantiknya?
Menyadari alasannya menikah dengan Dewa, ia menghela napas. Sabar, Tari. Akan indah pada waktunya. Jadi walaupun sakit hati, namun ia terus mencoba tersenyum.
"Jam berapa ini?" Dewa menatap arloji yang melingkar tampak begitu mewah di lengannya. "Ayo, kita harus ke Korea. Sudah kupersiapkan tiket ke sana. Semuanya sudah diurus, Sayang. Akan kuajak kamu berkeliling menikmati yang indah-indah di sana."
Tari masih ingin menikmati suasana pantai yang begitu indah dan tenang, tapi tak bisa berbuat banyak. Senyum, Tari. Tak perlu lama-lama bersusah hati. Setidaknya, suamimu tak kasar seperti yang kamu bayangkan. Walau perkataannya selalu menyakitkan. Tapi meskipun begitu, bukankah seharusnya kamu kebal?
Tari mengikuti suaminya menuju hotel dengan wajah diriang-riangkan. Begitu pun saat dalam perjalanan udara menuju Korea. Apa salahnya mencoba beradaptasi dengan sikap suaminya? Pernikahannya yang dulu gagal, harusnya membuatnya kebal dengan hal-hal semacam ini.
Namun, tekad yang coba diterapkan dalam dadanya runtuh seketika saat mereka menuju hotel, suaminya itu menyebut bahwa Puspita juga menginap di hotel yang sama. Siapa yang tak sakit hati mengetahui suaminya begitu tergila-gila dengan perempuan lain?
"Di sana kamar Puspita," kata Dewa, mendorong pintu sambil menatap ke arah kamar yang terkunci rapat. Sedang apa perempuan itu kira-kira? Sudah tak tahan ingin bersua rasanya. Ditatapnya Tari yang hanya terdiam di sampingnya, mata perempuan itu menatap sekeliling dan tampak begitu sedih. Dewa menarik gadis itu mendekat dan merangkulnya.
"Kenapa kamu terlihat murung, Baby? Aku ingin kamu menikmati bulan madu kita. Bukankah begitu seharusnya? Ayo, aku akan membuatmu bahagia."
Bohong. Begitu kenyataannya. Karena sepanjang jalan, Dewa terus memperhatikan kanan kiri, tampak tengah mencari-cari sesuatu. Senyum suaminya itu merebak saat mereka tiba di sebuah danau dengan bunga-bunga Cherry bermekaran, tatapan suaminya terus tertuju pada satu arah. Tari ingin menangis rasanya, saat melihat sepasang suami istri tengah saling menyuapi. Dan tatapan Dewa terus tertuju pada perempuan itu. Wajahnya kekanakan dan tingkahnya terlihat manja. Puspita.
*Btw, part ini gak kutulis full karena akan terasa membosankan jika kutulis full, yaa. Karena scene ini sudah ditulis lengkap dalam cerbung, Nikah Dengan Kakak Ipar season dua. Jadi, cerita ini lanjutan cerbung Nikah Dengan Kakak Ipar. Naah di part ini dijelaskan, si Dewa ini terus membuntuti Puspita. Dia mengatur rencana untuk membuat Puspita dan suaminya cerai yaitu dengan memberi obat tidur dalam minuman Rasya. Saat Rasya jatuh tak sadarkan diri, Dewa menyuruh Tari pura-pura tidur dengan Rasya. Saat Puspita melihat suaminya tidur dengan Tari, Puspita sangat marah. Tari yang tak ingin suaminya terus memikirkan perempuan lain, sengaja menelepon Rasya agar mendengar percakapannya dengan Dewa yang tak sadar bahwa ia sedang menelepon.
Begitu mengetahui istrinya menelepon Rasya, Dewa sangat marah. Ia pasti akan terus mendiamkan Tari jika mamanya tak menyuruhnya mengajak Tari ke Ragunan. Di sana, ia bertemu dengan Rasya dan bertengkar.
Naah, begitu ceritanya. Jadi langsung lanjut part selanjutnya, yaa. Yang mau baca kisah lengkap yang kurangkum ini, kalian bisa baca dalam cerbung, Nikah Dengan Kakak Ipar season dua part 7 an. Jadi cerita ini lanjutan cerbung, Nikah Dengan Kakak Ipar. Untuk baca kisah Dewa dan Puspita dulu, kalian bisa ketik judulnya, Nikah Dengan Kakak Ipar di pencarian. Langsung lanjut part selanjutnya besok. Kisah Tari dan Dewa kulanjut di sini yaa Teman. Jadi jangan lupa follow dan subcribe agar selalu dapat notif UP.