Hanum menarik nafas panjang, ia melirik jam yang menggantung di dinding menunjukkan pukul 08.56 menit. Ada rasa gelisah di hatinya, Ia masih menyimpan pesan singkat dari Tibra, laki-laki itu akan menjemputnya jam sembilan. Hanum akan menghitung waktu, jika laki-laki itu lewat dari jam sembilan, ia tidak akan menerima ajakannya walau hanya satu detik. Hanum terkejut seketika bell pintu apartemenya berbunyi. Ia berdoa semoga saja bukan Tibra, ia berharap Sam, atau Linggar yang datang. Linggar dan Sam itu tidaklah mungkin, karena Linggar mungkin masih di bandara, perjalanan dari bandara ke apartemennya lumayan jauh terlebih di macet di jalan. Hanum lalu melangkahkan kakinya menuju pintu utama, dan membuka hendel pintu. Benar dugaanya, bahwa yang datang itu adalah Tibra. Laki-laki itu mengen