Waktu sudah larut dan Adrian baru saja kembali ke rumahnya. Tanpa Adrian duga, Epi ternyata belum terlelap. Ia masih menanti kepulangan sang anak seraya duduk di teras rumah menatap hujan yang masih saja turun walau tidak selebat tadi. “Assalamu’alaikum … Mama belum tidur?” tanya Adrian. “Wa’alaikumussalam … Mana mungkin mama bisa tidur sementara kamu belum pulang,” ucap Epi, sedikit ketus. Wanita itu mengalihkan pandangannya, menyembunyikan raut kesedihan yang saat ini sangat kentara terlihat di matanya. “Ma, maafkan Adrian. Maaf kalau Rian tidak memberi tahu mama kalau Rian mau pergi.” Epi berdiri, lalu masuk begitu saja ke dalam rumahnya. Adrian menyusul sang ibu. Ia tutup pintu rumah dengan pelan, lalu ia kunci dari dalam. “Ma,” lirih Adrian lagi. “Bagus kamu. Semenjak bayi kamu