"Adrian...periksa semua pintu dan jendela. Dan pastikan gerbang tertutup. Jangan sampai dia keluar dari rumah ini selangkahpun. Kalau dia sampai kaluar dari rumah ini. Aku akan membakar kalian hidup-hidup! Paham kalian?!" teriak Shane dengan nafas tersengal-sengal karena emosinya.
Dia berjalan mondar-mandir mengitari ruang keluarga.
Bagaimana jika sampai di acara peresmian dia belum di temukan? Apa kata Maliq? Tidak! Itu tidak boleh terjdi.
"Periksa cctv rumah ini, Adrian!" tegas Shane membuat Adrian mengangguk patuh.
"Baik, Tuan..." jawab Adrian singkat. Lalu dia menuju ke ruang kantor dimana layar monitor cctv berada. Terlihat disana team IT tengah duduk sedang mengerjakan sesuatu.
Shane berdiri menatap Adrian yang tengah berbicara dengan seorang teknisi dan terlihat mereka mengecek layar monitor.
"Tuan, sejak kapan Nyonya tidak ada di kamar?" tanya Adrian tiba-tiba menatap kearah sang tuan. Karena dia teringat bahwa tuan dan nyonya rumah ini belum lama masuk ke dalam rumah.
"Kenapa kau tanyakan itu padaku? Apa hubungannya? Yang jelas dia pasti kabur dari rumah ini!" tegas Shane tidak peduli dengan pemikiran Adrian.
"Baik, Tuan..." jawab Adrian karena dengan kalimat yang di lontarkan Shane dia tidak mungkin lagi melawannya. "Lihat seluruh camera di tiga puluh menit terakhir..." perintah Adrian kepada teknisi itu yang langsung memperlihatkan camera cctv sejak tiga puluh menit yang lalu.
Mereka mempercepat video dan hasilnya sama. Stella menghilang di kamar dan tidak keluar.
"Tuan. Ada cctv mati di sekitar jendela kamar Tuan. Tapi sepertinya tidak mungkin Nyonya akan terjun dari lantai dua menuju bawah hanya untuk pergi. Lagian tidak mungkin Nyonya menembus pagar. Karena tembok sekeliling rumah ini sangat tinggi, Tuan..." terang Adrian membuat Shane melangkah mendekat ke layar monitor dan menatap ada yang mati.
PLAK!!!! PLAKKK!!!
Sebuah tamparan mendarat ke pipi Adrian dan teknisi itu "Apa guna kalian memantau monitor cctv kalau ada cctv yang mati kalian tidak segera perbaiki?!" teriaknya lagi dengan tangan mengepal tinju.
"Cctv baru mati sekitar sepuluh menit yant lalu, Tuan. Dan saya sudah menginformasikan team untuk memeriksa..." jawab sang teknisi itu membuat Shane mengerutkan dahi.
"Apa? Sepuluh menit yang lalu? Bukankah itu adalah pertengkaran terjadi sebelum aksi kurang ajar dia padaku?" gumam Shane perlahan seolah dia berbicara pada diri sendiri. Lalu dia menggertakkan giginya setelah menyadari sesuatu.
"Ohh! Dia sengaja melakukan itu. Agar dia bisa kabur melalui jendela...ya...yaa...ya..." gumamnya lagi dengan kepala mengangguk-angguk perlahan.
Lalu dia menoleh menatap Adrian sang asisten pribadi. "Kerahkan seluruh orang untuk mencari dan mengelilingi taman belakang tepatnya dekat jendela. Aku yakin dia belum jauh. Segera!!" teriak Shane hingga membuat Adrian terkejut lalu mereka berlarian menuju luar kantor dan memerintahkan yang lain untuk mencari nyonya ke seluruh sudut rumah.
Tampak semua penjaga rumah itu tengah di sibukkan dengan pencarian istri majikan mereka yang baru di nikahi sehari yang lalu.
Shane menggeram dengan mendengkus kesal
"Mungkin ini sudah menjadi rencananya. Oke...kau tidak akan bisa lolos dariku....percayalah..." gumam Shane lagi lalu dia berjalan menuju lantai atas karena ingin memantau dari atas.
Sementara di dalam kamar terlihat Stella yang baru menyelesaikan mandinya masih mengenakan kimono dan handuk yang menutup rambutnya.
Tanpa sengaja matanya menatap pemandangan di bawah, dahinya berkerut.
"Ngapain sih mereka, kok kaya mencari sesuatu. Nyari apaan sampai ke sudut-sudut gitu, aneh emang seisi rumah ini..." gumam Stella meraih skin refiner dan mengolesnya ke wajah di depan meja rias.
Sementara Shane yang ingin menganalisa mengenai kaburnya sang istri. Dia mencoba kembali memasuki kamar.
"Aku harus rekontruksi ulang, perkiraan kepergian dia. Dan aku harus bisa baca rencana dia, kemana-kemana langkah yang harus dia tempuh..." Shane menganggukkan kepalanya sembari tangannya membuka gagang pintu kamar mewah miliknya.
Mengetahui sang suami yang sedang membuka pintu, Stella memasang tampang cuek dan dingin dengan mata fokus menatap kaca. Seolah di dalam kaca itu terdapat sebuah pemandangan indah hingga dia enggan berpaling.
Begitu pintu terbuka, kedua bola mata Shane membelalak lebar seolah meromta ingin keluar dari matanya. Lalu dia melangkah mendekat kearah sang istri yang masih cuek dan fokus dengan memandang kaca di hadapannya.
"K-kau!! Darimana saja kau, hah?!!" tanya Shane dengan nada tertinggi membuat Stella mengerutkan dahinya.
Dasar kesurupan!
"Jawaaaab!! Darimana saja kau?!!" tanya Shane lagi membuat Stella tertawa kecil membuat wajah Shane merah padam menahan emosi.
"Apakah matamu tidak bisa melihat kalau aku baru selesai mandi? Apakah untuk mandi saja aku harus lapor padamu? Apakah semua gerakanku di rumah ini sekalipun harus sepengetahuanmu? Bukankah kau yang mengatakan, aku bebas melakukan apapun selagi di rumah ini?" tandas Stella tak mau kalah.
"Bagaimana mungkin kau bisa mandi tanpa sepengetahuanku?" Gumam Shane sedikit malu karena telah berburuk sangka terhadap wanita yang di nikahinya.
"Ya, karena kau tidak memperdulikan aku, sehingga apa yang aku lakukan kau tidak melihatnya. Sudah jelas kau berdiri di sini ketika aku memasuki kamar mandi. Haruskah aku melapor kala kita dalam satu ruangan?" sindir Stella dengan tenang lalu tersenyum mengejek menatap Shane yang memasang wajah tegang.
"K-kau!!" teriak Shane sembari mengepalkan tinju. Stella menoleh dan menatap Shane tajam.
"Jangan sampai tanganmu menyentuhku, ketika aku tidak melakukan kesalahan. Campkan itu!!" tegas Stella membuat Shane mendengkus kesal lalu memutar tubuhnya melangkah menuju pintu. Sesampainya di pintu dia menatap sang istri yang terlihat tersenyum di depan cermin.
"Awas kau jika meninggalkan rumah tanpa seizinku, paham?!" seiring dengan kalimatnya barusan. Shane menutup pintu dan meninggalkan kamar pribadi miliknya.
Lalu dia menghubungi Adrian.
"Hentikan pencarian. Dia sudah kembali!" perintah Shane membuat Adrian bernafas lega.
"Syukurlah. Terimakasih, Tuan." jawab Adrian membuat Shane tersenyum sekilas. Lalu secepat kilat dia menarik senyumnya dan berjalan menuju parkiran mobil mewahnya.
"Segera menuju mobil. Aku akan bertemu kolegaku yang dadakan datang..." ucap Shane kepada Adrian.
"Baik, Tuan..." jawab Adrian langsung memerintahkan kepada semua team untuk menghentikan pencarian.
"Nyonya sudah ketemu. Kita kembali bekerja..." ucap Adrian sembari melangkah menuju mobil dimana tuannya menunggu.
Mobil melaju dengan cepat meninggalkan rumah megah yang di bangun Shane dengan beberapa lapis keamanan.
Hingga akhirnya mereka berhenti di suatu tempat. Terlihat di sana seorang pria paruh baya dengan wanita cantik muda belia di sisinya.
Shane tampak bercengkaram dengan mereka di sebuah private room sebuah bar.
Terlihat ponselnya berdering dan ternyata itu dari Divana Zhang. Kekasih Shane yang jiga sekretarisnya. Wanita terdengar mengamuk di ponsel hingga memaksa Shane harus mendatanginya dan mengakhiri pertemunnya dengan sang kolega.
Malam semakin larut, dan terlihat Shane sudah mabuk menuju kamar Divana.