HARI YANG SIBUK

1016 Kata
"Rista, kamu taruh di mana dasiku yang berwarna hitam? Aku nggak mau pake dasi yang ini!" teriak Damian. "Mommy, kak Elena berantakin buku aku lagi ini, mommy!" teriak si bungsu Calista. Arista menghela napas panjang. Ia bergegas mematikan kompor terlebih dahulu. Dengan cepat, ia melangkah ke kamar dan membantu Damian suaminya. "Mana dasiku yang hitam? Aku nggak mau pake dasi yang ini," Damian mengerutkan dahinya kesal. Arista membuka lemari dan langsung mengambilkan dasi yang diminta oleh Damian. Setelah membantu suaminya memakai dasi, ia pun bergegas menuju kamar anak-anaknya. Nampak Elena dan Calista sedang bertengkar. "Elena, kamu sudah selesai?" tanyanya. Elena mengangguk. "Kalau begitu, lekas keluar dan duduk di meja makan. Minum dulu susumu. Calista kamu kenapa?" "Buku aku di acak- acak sama kak Elena," adu Calista. Dengan sabar Arista langsung membereskan kembali buku- buku anaknya. "Ke meja makan sekarang. Minum dulu susumu. Sebentar lagi nasi gorengnya siap." Arista pun bergegas ke dapur, saat melewati meja makan, ia melihat suami dan putra sulungnya Dominic sudah duduk sambil menikmati roti yang sudah ia sediakan sebelumnya. Saat ia kembali ke dapur, ternyata ibu mertuanya sedang mengaduk nasi goreng yang ia tinggalkan tadi. "Kamu ini gimana sih, Rista?! Kerja nggak pernah beres. Kalau lagi masak ya masak aja dulu! Kamu kan tau, ibu nggak bisa kalau nggak sarapan nasi. Ini malah di tinggal kaya begitu! Sana cepetan selesaikan, jangan lupa telur dadar buat ibu!" Deswita ibu mertuanya mulai mencicit. Arista tak menjawab, ia memilih meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda. Dan segera membawa masakannya ke meja makan. Kemudian, dengan cekatan ia melayani ibu mertua , suami dan anak-anaknya sarapan. Setelah itu, dengan cepat Arista berlalu ke kamarnya dan segera mandi lalu berganti pakaian. Ia harus mengantar anak- anaknya ke sekolah. Saat ia keluar dari kamar, suami dan anak-anaknya sudah selesai sarapan. Begitu pula dengan ibu mertuanya. "Jangan lupa belikan kue-kue untuk teman- teman arisan ibu nanti siang, jangan seperti waktu itu. Kamu cuma beli bolu gulung sama risoles. Nggak level dong. Suami kamu kan bos. Punya perusahaan besar, masa sih kamu hanya suguhin bolu gulung sama risoles. Kasi tau tu istri kamu, Damian. Coba kamu ke toko kue langganan ibu. Di sana kan ada macaroni schotel, red velvet, tiramisu, brownies, beli yang begitu. Kartu kredit yang kamu pegang kan unlimited. Belum lagi uang bulanan. Nggak usah terlalu hemat kaya orang susah! Trus, kapan pembantu baru datang?! Ibu udah males liat kerjaan kamu yang lambat!" "Iya, bu. Nanti sehabis antar anak- anak ke sekolah aku mampir beli kue-kue yang ibu mau. Sekalian mampir juga ke yayasan untuk asisten rumah tangga yang baru ya, bu," jawab Arista lembut. "Cari yang cekatan, jangan kaya kemarin. Udah agak tua, masa kerjanya lambat, abis itu dikit- dikit ngeluh sakit. Ibu mau yang muda biar kuat kerja ini itu, ngerti kamu?!" "Iya, bu. Rista ngerti." Damian menyesal kopi dan melipat koran, ia tampak tidak terlalu peduli dengan percakapan ibu dan istrinya. Ia menoleh pada si sulung Dominic. "Dom, udah selesai kan? Kamu bareng daddy kan?" tanyanya. "Iya, kalo sama mommy muter dulu dong. Daddy udah selesai juga?" jawab remaja tampan itu. Damian mengangguk. "Dom sekolah dulu, grandma," ujarnya. Ia mengecup pipi Deswita dan tak lupa mengecup pipi Arista. "Jangan lupa jemput nanti ya, mom," katanya pada Arista. Arista hanya tersenyum sambil mengangguk. Damian meraih tas nya dan mengecup sekilas dahi Arista. Tak lupa ia mencium punggung tangan ibunya dan langsung bergegas pergi. Arista meraih gelas berisi s**u dan meminum isinya, lalu beralih pada kedua putrinya Elena dan Calista. "Kalian sudah selesai? Jika sudah, kita bisa berangkat sekarang?" tanya Arista. Elena dan Calista mengangguk dan langsung meraih tas sekolah mereka. Kemudian mencium pipi Deswita. Arista menghampiri ibu mertuanya untuk mencium tangannya, namun Deswita menepis tangan Arista begitu saja sambil bangkit berdiri. "Jangan lupa ke yayasan. Kalau bisa kamu pulang bawa pembantu baru! Ibu nggak mau jadi ledekan teman arisan ibu kalau kamu yang harus bawa makanan dan minuman mereka. Bersyukur kamu itu harusnya Arista, anak saya sudah angkat kehidupan kamu jadi kaya ratu!" ucap Deswita sambil berlalu. Arista hanya mampu mengembuskan napasnya. Ia pun langsung merangkul kedua putrinya dan mengajak mereka ke mobil. Arista mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah mengantar kedua gadis kembarnya menuju ke kelas mereka, Arista pun langsung menuju ke sebuah yayasan pembantu rumah tangga. Beberapa hari yang lalu, pembantu mereka berhenti karena memang usianya sudah sedikit tua, dan ibu mertuanya merasa tidak cocok. Pembantu lama mereka yang sebelumnya berhenti karena calon suaminya melarang untuk bekerja. Dan, mereka akan segera menikah. Arista Dewi adalah seorang wanita yang cantik. Ia menikah di usia muda, 21 tahun. Dan, tak lama setelah menikah ia langsung hamil. Di usia 22 tahun Arista sudah memiliki Dominic Agung putra pertamanya dan Damian suaminya. Arista hanya tamatan D3. Ia dan Damian berpacaran sejak mereka masih SMU. Dan, Damian lah yang memintanya untuk tidak melanjutkan S1. "Kamu kan nanti jadi istriku. Aku nggak mau kamu nanti lebih dari aku. Cukup aku aja yang S1 ya." Damian adalah kakak kelas Arista dulu. Dia adalah anak yang pintar, berbakat dan tampan. Hampir semua kawannya mengejar cinta Damian. Tapi, Damian memilihnya untuk menjadi kekasih. Awal mereka memulai rumah tangga, Damian baru saja wisuda dan bekerja di sebuah perusahaan kecil. Hingga, kedua orang tua Arista memberikan modal untuk Damian membuka usaha property. Keluarga Arista bukanlah keluarga yang kekurangan. Bahkan, ayah Arista adalah seorang purnawirawan TNI dan ibu Arista seorang dokter kandungan. Sebetulnya, kedua orang tua Arista ingin putri bungsunya itu menyelesaikan pendidikan setinggi mungkin. Terlebih dulu Arista sangat menginginkan kuliah di bidang hukum. Namun, semua itu terkubur karena cinta yang terlalu besar pada Damian. Sementara kakak Arista adalah seorang dokter spesialis jantung. Karena otaknya yang pintar, Damian berhasil mengembangkan usahanya menjadi lebih maju dan berkembang pesat. Bahkan, ia mampu mengembalikan modal yang diberikan oleh mertuanya. Melihat kemampuan Damian, kedua orang tua Arista pun mulai lebih terbuka pada mereka. Terlebih saat itu Arista kembali mengandung si kembar Elena dan Calista. Rumah tangga Arista dan Damian baik- baik saja. Namun, setelah ayah Damian meninggal dunia. Deswita memutuskan untuk menjual rumahnya dan tinggal bersama anak dan mantunya. Arista sama sekali tidak keberatan. Tapi, terkadang sikap Deswita sering membuatnya sakit hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN