-Arga Arken-

1286 Kata
Arsen P.O.V Sudah dari semalam aku tidak memejamkan mata. Didepanku sudah ada laptop yang menyala dengan banyak berkas disebelahnya. Perusahaan ku di Bali ini memang banyak diajak untuk bekerjasama dengan beberapa perusahaan luar mengingat Bali adalah kota yang penuh banyak destinasi pariwisata sudah pasti mereka melihat keuntungan jika membangun usaha disini apalagi bekerjasama dengan perusahaan milik keluarga ku yang sudah banyak dikenal akan kesuksesannya. Tok! Tok! Tok!! "Arsen!!!! Woy! Keluar oy!!!" Teriakan dari luar pintu ruang tamu membuatku menengok ke arahnya dan melihat ada Irwan yang sedang berdiri dengan membawa koper. Lah? Nih anak kenapa? Di usir? Kan dia punya rumah sendiri masa iya ada yang ngusir? Dengan segera aku berlari untuk membukakan pintu lalu menatapnya datar. "Lo kenapa kok bawa koper gini? Di usir? Kan lo udah punya rumah sendiri masa iya ada yang berani ngusir lo?" tanyaku cepat. "Hish! Sabar dulu dong nanya nya satu-satu! Gw tuh kesini mau nganterin pesenan tante Sati! Nih liat di belakang gw ada siapa!" kata Irwan yang membuat ku melirik ke belakangnya. Senyumanku langsung terbit melihat ada kedua adik ku, Arga dan Arken. "Arga? Arkena? Astaga kenapa kalian kesini ga bilang sih?" tanyaku sambil tersenyum dan memeluk kedua adik ku. Mereka pun tertawa dan membalas pelukanku. "Kita disuruh mama sama papa kak. Kan aku udah ujian terus juga si Arken udah liburan semester jadinya sekalian aja kami liburan kesini. Mama sama papa lagi mau ke pertemuan sama beberapa investor kak." kata Arga. "Oh gitu yaudah kalian disini aja. Thanks ya Wan udah jemput adek-adek gw. Lo gimana? Mau nginep disini?" tawarku. "Ga usah deh gw mau balik aja soalnya gw ada janjian sama si Divya." jawab Irwan yang membuatku tersenyum geli. "Anjir udah tancap gas aja nih anak. Yaudah deh sono inget ya beliin anak orang makan!" ujarku. "Iya, yaudah ya gw duluan. Bye Arken!" kata Irwan yang membuatku menatapnya tajam. "Iya, iya. Ampun bos! Ga jadi deh gw say goodbye ke Arken. Gw pamit." pamitnya yang ku jawab anggukan. Akupun langsung membantu kedua adik ku dengan menarik koper mereka dan menempatkan kedua koper itu di kamar satu lagi dalam villa yang ku tempati. "Kalian mau satu kamar apa gimana?" tanyaku. "Arken mau sama kakak aja. Sama Ka Arga mah susah, nanti ga bisa tidur kan dia sleep call sama pacarnya." jawab Arken yang membuatku terkejut. "Lah? Udah punya pacar kamu? Kakak kira kamu belok." ujarku sambil tertawa mengejek adik ku ini. Arga mendengus lalu langsung masuk ke dalam kamar, "Biarin dari pada jomblo ngenes kayak kakak!" ledek nya yang membuatku tertawa. *** Pagi ini aku terbangun dan melihat Arkena yang masih tertidur disebelahku. Tanpa mau membangunkannya, kaki ku melangkah keluar dari kamar dan seperti biasa ada Nunik yang sedang membereskan ruang tamu. "Nik, kamu pagi ini buat sarapan untuk saya dan dua adik saya saja ya! Saya bakalan quality control dulu di area villa." ujarku. "Oh iya pak siap. Kalau Nona dan Tuan Muda biasanya sarapan apa ya?" tanyanya. "Buatkan saja omelette untuk mereka dan berkas-berkas di meja nanti kamu rapihkan jangan sampai ada yang terselip!" pintaku seraya berjalan keluar dari villa. Suasana pagi ini cerah, aku bisa tebak kalau nanti pasti Arkena akan berenang dan Arga akan workout. Kicauan burung yang setiap pagi hadir memnag terdengar begitu jelas karna suasana disini memanglah begitu tenang tanpa ada suara dari kendaraan yang begitu berisik. "Pagi, pak!" "Pagi Pa Arsen!" "Pagi!" Begitulah sapaan yang ku dapatkan setiap mengelilingi villa-villa disini. Ketika melewati Villa Arjuna, aku melihat para karyawan yang sedang membereskan villa ini. Villa ini sama bagusnya dengan villa yang ku tempati hanya saja dia berisikan satu kamar didalamnya dan satu tempat tidur gebyok yang ditutupi kelambu diluar kamar. Ini adalah villa yang bisa ditempati empat sampai delapan orang didalamnya. "Pak Arsen!" panggil salah satu dari mereka yang membuatku menengok kearahnya. "Ada apa ya?" tanyaku ketika mereka menghampiriku yang berada didepan pagar villa nya. "Pak, gebyok nya sudah rapuh. Menurut saya ada baiknya segera di ganti pak. Dari pada nanti pengunjung yang complain nanti malah ngaruh ke rating di google nya." kata pegawai yang tadi memanggilku. "Okay nanti saya pesankan. Untuk sementara bilang ke pihak yang mengurus pemesanan di aplikasi maupun yang langsung untuk tidak memperbolehkan pengunjung menyewa villa ini. Saya tidak mau mereka datang dengan kondisi kamar yang tidak lengkap. Segera kamu cek apa-apa saja yang perlu di ganti ya! Oh iya ini untuk pekerjaan kamu ini!" ujarku sembari memberikan tiga lembar uang seratus ribuan kepada nya yang membuat pekerja ku ini tersenyum. "Suksuma, pak!" ucapnya berterima kasih. "Nggih! Ya sudah dicatat ya, saya mau kembali berkeliling." ujarku yang dijawab anggukannnya. Kaki ku kembali melangkah menaiki tangga-tangga yang terbuat dari bebatuan dan akhirnya sampai di ruang resepsionis. "Ludhe! Saya minta segera laporan mengenai barang-barang dan perlengkapan yang harus segera kita ganti! Tadi saya sudah mendapat laporan kalau gebyok di villa Arjuna sudah rusak jadi akan segera di ganti. Tolong kamu urus, saya tunggu laporannya!" ujar ku. "Baik, pak. Oh iya tadi ada telfon dari perusahaan pak, kata Pak Irwan akan ada yang datang kesini. Apa perlu saya persiapkan ruang meeting?" tanya Ludhe. "Liat nanti dulu, kalau memang penting nanti persiapkan." jawabku. "Baik, pak." ujarnya. Akupun kembali ke villa yang ku tempati dan melihat Arken yang masih sudah bangun. Dia sedang memakan sarapannya. "Si Arga mana dek?" tanyaku. "Noh masih molor kak! Liat aja tuh vc nya masih ke sambung. Aku bingung deh tuh cewek apa ga ada kegiatan ya sampai vc jam segini? Kan jatuhnya udah berjam-jam terus juga apa dia ga keabisan kuota? Emang ya kalo bucin pasti begitu." ujar Arken yang membuatku tertawa. "Udah ah kakak bangunin dia dulu deh biar udahan tuh vc nya." ujarku yang dijawab anggukan Arken. Tok! Tok! Tok! "Arga! Bangun kamu! Udah pagi!" suruhku yang tidak mendapatkan jawaban. Akupun menghela nafas dan akhirnya memutuskan untuk membuka pintu kamarnya namun dikunci. Anak ini selalu saja begini ga di rumah ga dimana-mana pasti di kunci. Tanganku segera membuka laci di meja kabinet yang ada disebelah pintu kamar dan akupun mengambil kunci cadangan kamar ini. Ketika pintu terbuka, aku melihat ada Arga yang masih tertidur dengan headset di telinga dan ponsel di tangannya. Ponselnya masih menyala memperlihatkan ada seorang gadis disebrang sana yang masih tertidur. "Ga, bangun Ga!" suruhku. "Hmmm berisik!" umpatnya dengan mata tertutup. "Arken!!" panggilku. "Iya kak! Bentar!" jawab Arken. Ga lama dari panggilanku, dia datang. "Kamu ambil air. Kita bangunin kakak kamu ini! Buruan!" suruhku. "Okay Pa Tua!" jawab Arken yang membuatku terbelalak kaget. "Dari mana kamu ngomong begitu?" tanya ku. "Eeumm dari Om Ray. Kan dia manggil papa aja Pak Tua karna papa lebih tua di banding dia. Ya udah Arken ikutin deh." jawab Arken dengan muka polosnya. "Ga usah di ikutin, itu contoh yang ga bener. Kamu ga boleh begitu ya, nanti ga sopan." ujarku memperingati adik ku yang satu ini. "Okay." jawabnya sambil tersenyum. Arken pun keluar dari kamar ini sebentar dan kembali lagi dengan tangan yang membawa semangkuk air didalamnya. "Nih kak." katanya memberikan mangkok di tangannya yang langsung ku terima. "Bismillah, ya setan didalam adik ku ini yang kampreto. Bangunlah kamu sebelum tak guyur pakai ember!" suruh ku sembari menyipratkan air di mangkuk ini ke wajah Arga. Dia mengerjapkan matanya dan mulai duduk dengan perlahan namun matanya masih tertutup. "Aneh, masa iya villa nya Ka Arsen bisa bocor sih? Apa gw di luar ruangan ya?" ujarnya pelan. Aku yang gemas dengan adik sulungku langsung membuka sendal di kaki kanan dan mendekatkannya ke hidung Arga. Matanya langsung terbuka karna terkejut lalu memukul kaki ku. "Ka Arsen ish! Ngapain sih kayak gitu ke Arga. Bau tau kayak bau sampah. Hoekkk!!!" ujarnya kesal. Aku hanya bisa mendengus mendengar perkataannya. "Enak aja, kaki kakak gini-gini juga perawatan. Ga mungkin bau. Mulut kamu tuh kedeketan sama hidung!" ledek ku membalas omongannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN