ubur-ubur

770 Kata
Bagian 2 Biasa... Ngerumpi lebih enak ramai-ramai, daripada dua-tiga orang. itu merupakan motto kami untuk lebih dekat dan akrab dengan rekan kerja yang lain. Meskipun tak dapat dipungkiri ada beberapa orang rekan yang ga pernah mau ikut berkumpul, toh mereka biasa saja. NTahlah, kami tak tahu hati mereka, yang jelas dan terlihat mereka itu biasa saja. Kadang-kadang atau sesekali saja ada juga yang mau ikut berkomentar. Selanjutnya.. sambil sibuk mengisi perut... Kami mulai ngerumpi melanjutkan topik pembicaraan di kantor tadi. Bahwa ada yang cemburu. Kami tidak habis pikir... Kok bisa ya...???? Cemburu... Gara-gara masalah sepele... childish benget.... Sampai-sampai aku yang masih gadis pun kena imbasnya. Padahal bukan cuma aku seorang yang masih gadis di tempat kerjaku. Hatikupun di penuhi pertanyaan "kenapa aku??? ga si ini atau si itu??? Ada apa dengan ku??? Padahal aku punya pacar... Meski begitu kami dan rekan-rekan merasa kasihan juga sama nasib Poly, mendapatkan istri yang kurang mengerti dan memahami akan situasi suaminya. Ya, itulah realita dunia. Dimana kaum Adam semakin sedikit dan kaum wanita semakin banyak, dan pastinya Poly harus bekerja di lingkungan yang dipenuhi banyak wanita. "Kasihannya si Poly, punya istri kaya gitu." Kata rekanku yang paling senior, Wike sambil menghela nafas. Memang iba sih melihatnya, Poly termasuk laki-laki bertanggung-jawab. Rela bekerja apa saja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan mau juga membantu mengurus anak dan memasak. Padahal seperti pepatah " Hari gini cari suami seperti itu susah, mereka mah egois, sudah bekerja cari uang semuanya maunya disiapkan, ga mau ber-ringan tangan untuk sedikit saja membantu pekerjaan rumah tangga. "Takut istri kali si Polynya tu" timpal Leni. "Ga bisa tegasnya dia sama istrinya." tukas Huges. Terlihat wajah Huges kesal dan kecewa dengan ketidaktegasan Poly terhadap istrinya. "Siapa emang Kepala keluarganya, tak bisakah istrinya itu dididik?" ungkap Huges lagi "Iya, Surga itu sama suaminya bukan dibawah telapak kaki ibunya lagi, bagi wanita yang sudah menikah." emak menimpali Lalu aku memonitor akun f******k si "Ibu Muda" Pengen tahu apa status barunya. Setelah ketemu status terbaru si Ibu Muda, dengan cepat aku screen shoot dan kirim ke grup rumpi... Hehehe biar semua tahu dan bisa membaca apa yang ditulis di status terbarunya. Karena ada sebagian yang tidak berteman dengan si Ibu Muda. Kami masing-masingpun asik menatap layar ponsel, untuk membaca status si ibu Muda. "Ga benar otaknya..., Manusia satu ini." Kata Wike sambil geleng-geleng kepala. "Itu akibat nikah muda." jawab Alin menimpali. "Bucin kali... b***k-b***k kalo nikah ya kaya gitu." timpalku lagi dengan bahasa Melayu khas daerahku. Memang sih bagi mereka-mereka yang menikah muda, mereka kadang merasa cantik dan baik karena lebih duluan menikah daripada gadis lain. Ibarat barang yang terbaik itu yang laku duluan, makanya ngelunjak. "Emang ganteng kali kah suaminya itu, iiih ga doyan aku." Kataku sebel. "Diberi pun tak kan mau aku." celetuk Niken. "Macam ga ada cowok lain di dunia ini... Dasar ubur-ubur." Lanjutku Aku tak sengaja membaca sebuah artikel di internet tentang ubur-ubur. Ternyata ubur-ubur adalah binatang yang tak punya otak... Maka sejak hari itu si ibu muda pun mendapatkan gelar baru yakni si ubur-ubur atau manusia tak berotak. sehingga untuk memperhalus bahasa kami semua menggunakan gelar ubur-ubur untuknya. Sambil terus makan, ngerumpi tetap berlanjut. Kadang-kadang diselingi gurauan dan candaan serta gelak tawa rekan-rekan kerjaku. "Nambah sambal Bu,"pinta Huges. "Iya Bu, sebentar." kata pelayan sambil berlalu ke belakang untuk mengambilkan sambal tambahan. "Minta es batu dong... gelas bocor" kata Niken sambil tertawa serta mendesis menahan pedas. "Ok... ini es batunya..." bergegas pelayan mengantarkan es pada Niken. "Kenyangnya...." kata emak lalu menywruput sisa teh manis dalam gelasnya sampai tandas. Kemudian Mak masih duduk menyandar mendengar celotehan anak si empunya warung. Walaupun tidak mengerti apa yang di ucapkan si anak.. emak tetap antusias mendengarkan celotehan-celotehannya. Kadang dengan sengaja anak t itu, sebut saja Arya, dengan sengaja' mencolek orang-orang tertentu saja yang dia rasa dia kenal untuk diajaknya berbicara dengan suara cadelnya. Setelah semuanya selesai makan serta minum dan masih ditambahi bercerita ngalor-ngidul nggak jelas sambil menurunkan isi perut Tidak terasa satu setengah jam sudah berlalu. "Sudah jam 15.30." kata Huges "Iya ya" kataku sambil melihat jam tanganku "Pulang...,pulang, kita sambung lagi besok." Kataku. " Acoop, bayar sorang-sorang ye" kata Wike. Lalu kami memanggil pemilik warung untuk menghitung makanan kami masing-masing. "Ayam geprek 1, teh es 1 kerupuk 2?" kata Huges. "Dua puluh dua ribu" jawab sang pemilik warung. " Ayam penyet 1, Oren 1, kerupuk 1? kata emak. " Dua puluh satu." dan seterusnya. Lalu masing-masing mengeluarkan uang untuk membayar makanan dan ancang-ancang pulang menuju rumah masing-masing. Kamipun bubar, ada yang langsung menuju parkiran, ada juga yang pulangnya berjalan kaki. Yang rumahnya dekat dari basecamp lebih memilih jalan kaki ke rumah, tak mau merepotkan rekannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN