Part 14. Daddy Di Atas Kertas

1531 Kata
Mayleen sepanjang jalan mencari anaknya sambil menangis, dia mencari Miko di tempat bocah itu sering berjualan rokok. " Uncle Chai, ada Miko ke sini hari ini.." tanya Mayleen dengan panik. " Ada dia kesini.." " Belum.. aku juga sedang menunggunya.." jawab pria itu sambil memegang bahu Mayleen karena wanita itu terus berteriak histeris mendengar Uncle Chai juga sedang menunggu Miko. " Anakku.." wanita itu berlari mencari Miko ke tempat biasa anaknya menjual, kue atau rokok. Mungkin anaknya itu sedang ketiduran karena kelelahan berjualan sepanjang hari. *** Miki keluar dari rumah melihat ada cahaya mobil menembus ke dalam rumah mereka yang berdinding kurang baik. Terlihat Miko melangkah mendekatinya dan mobil yang menghantar bocah itu pergi. " Siapa yang menghantar kamu itu.." tanya Miki sambil menatap Miko dengan tajam. " Oh itu.. Uncle Antonio." Jawab Miko dan terus masuk ke dalam rumah. " Mommy sudah pulang.." " Dari tadi, dan sekarang dia sedang kerepotan mencari kamu.." jawab Niki yang awalnya kaget melihat Miko sudah pulang. Untuk seketika ketiga saudara Miko memperhatikan penampilannya berpakaian bagus. " Dari mana kamu mendapatkan pakaian bagus ini.." tanya Niko setelah sekian lama terdiam. " Panjang ceritanya.." jawab Miko sambil menaruh tasnya yang tak pernah di lihat ketiga kembarnya sebelum ini. " Miko!" Teriak Mayleen melihat anaknya sudah ada di rumah. " Kamu dari mana saja?" " Mommy jangan marah dulu ya.. dengarkan penjelasanku dulu.." kata Miko sambil berusaha memegang tangan ibunya. " Lepaskan! Kamu memang anak nakal! Mommy bilang apa?! Ha? Kamu jangan pergi! Biarkan Mommy yang mencari duit!" Miko melihat kearah ketiga kembarnya dengan bibir bergetar menahan tangisan. " Kamu memang susah di kasih tahu, pergi sana kamu.." karena marah dan kesal pada anaknya, tanpa sadar Mayleen menarik tangan Miko dan menolaknya keluar dari rumah. " Pergi kamu dari sini! Kamu hanya menyusahkan Mommy.. " " Mommy maafkan aku, aku tidak ada niatan membuat Mommy khawatir, aku sudah berusaha untuk pulang awal, tapi Uncle tuan tadi membawa aku makan malam, katanya dia tidak ada teman.." kata Miko menjelaskan sambil mengetuk pintu. " Mommy buka pintunya!" " Mommy..." " Diam kamu!" Bentak Mayleen sambil melihat tajam pada Miki. " Kamu mau di hukum juga.." Mayleen melihat kearah tas yang di bawa Miko tadi, dengan kasar wanita itu membukanya. " Apalagi ini!" Mayleen membuka bekalan makanan itu, kemudian dia terperangah melihat ayam bulat panggang dalam bekalan makanan itu. " Kamu mengemis ya di rumah orang.." Tanya Mayleen sambil membuka pintu. " Tidak.." jawab Miko sambil memeluk kaki Mommynya. " Aku hanya bertanya pada Uncle tadi, bolehkah aku membawa bahagian dari ayam panggang karena saudaraku pasti belum makan.." " Lepaskan Mommy, Miko.." kata Mayleen berusaha menolak tubuh Miko, tapi anak itu sangat erat memeluknya. " Mommy.. aku juga salah, tadi aku juga keluar berjualan, tapi aku pulang lebih awal.." Kata Miki yang tiba tiba mengaku. " Apa?" Mayleen menoleh kearah Miki yang saat ini sedang menundukkan kepala. " Apa kalian berdua juga tadi berjualan.." Niki dan Niko serentak mengangguk. " Maaf ya Mommy.." Mayleen terus melangkah kearah kasur, dia menarik selimut dan menutupi kepalanya. " Maafkan kami, Mommy.." kata Niko. " Kalian pergilah! Kalian memang tidak pernah peduli dengan perasaan Mommy yang mengkhawatirkan kalian setiap saat.." jawab Mayleen, dia sangat histeris menghadapi anaknya yang tak pernah mau mendengar kata katanya. " Ayo makan, setelah itu kita membujuk Mommy.." kata Miko sambil membuka penutup bekalan makanan. Miki terus duduk bersila di sebelah Miko, dia memandang ayam panggang itu penuh minat. " Sebenarnya kau dari mana?" Tanya Niki sedikit berbisik. " Kami khawatir.." " Aku ikut ke apartment Uncle tuan.." jawab Miko pelan. " Kau tahu dia sangat baik, aku di beri tas terus di belikan baju.." " Mobil yang menghantar kamu pulang tadi dia.." tanya Miki. " Oh bukan... Uncle tuan pergi, jadi dia tidak bisa menghantarku pulang.." " Dia pergi kemana?" Tanya Niko yang sudah mulai makan. " Apakah dia sangat kaya.." " Dia pergi menghantar anak anak untuk di jual.." jawab Miko. " Dan dia sangat kaya tapi tidak sombong.." Mayleen yang sedang mencuri dengar perbualan anak anaknya mengumpat kesal, mereka sama sekali tak merasa bersalah. " Enak bukan.." tanya Miko sambil memperhatikan ketiga wajah kembarnya, mereka yang biasanya rapi, tapi tidak sekarang mereka belepotan. " Mommy tidak mau makan.. enak ayam panggangnya.." kata Miko yang menghampiri Mommynya dan memeluk wanita itu. Mayleen hanya diam karena dia masih sangat kesal pada Miko dan yang lainnya, mereka sangat keras kepala susah di kasih tahu. " Aku minta maaf ya, Mommy.." Miko mengelus pundak Mommynya yang membuat wanita itu bertambah menangis. " Aku bersalah karena sudah membuat Mommy khawatir.." Mayleen masih tak berkata apa apa. " Ayolah Mommy, jangan marah marah terlalu lama, Mommy tidak mau makan.." Miko berpindah di depan Mommy dengan susah payah. " Mommy.." Bocah itu menarik selimut yang menutupi wajah Mommynya. " Mommy jangan menangis lagi.." Miko mengusap air mata di pipi Mommynya. " Coba Mommy lihat wajah mereka.." kata Miko berbisik sambil tertawa pelan. Mayleen menoleh belakang dan benar saja wajah ketiga anaknya itu sangat belepotan. " Mommy.. Ayo makan.." Miki memanggil Mommynya untuk makan bersama. Mayleen beranjak duduk, Miko terus memeluk bergelanyut manja di leher sang Mommy. " Miko.." Mayleen memanggil Miko yang saat ini sudah berbaring di sebelahnya. " Mommy tidak mau kamu bertemu dengan pria itu lagi." " Maksud Mommy, Uncle tuan.." tanya Miko sambil mendongak memandang Mommynya. " Iya.." jawab Mayleen tanpa berfikir panjang. Apalagi Miko sudah menjelaskan yang membuat bocah itu pulang lewat. " Tapi sepertinya dia sangat, Mommy.." kata Miki yang berbaring di sebelah Mommynya. " Mommy tidak peduli.." jawab Mayleen dengan tegas. " Mommy sudah membelikan kalian seragam sekolah, untuk semantara kalian pakai yang sepatu lama dulu ya.." " Baiklah.." Jawab Miki dan Miko serentak. *** " Aron?" Kimberly tanpa mengetuk pintu terus masuk ke dalam kamar Aron. " Kamu lagi apa?" Aron menoleh. " Ada apa kamu kesini?" Tanya pria itu tanpa menoleh ke belakang. " Aku dengar dari Aunty Nata kamu sudah sampai dari semalam, kenapa tidak memberitahuku.." Kimberly memeluk lengan Aron dengan manja. " Aku lupa.." Aron merangkul Kimberly dengan mesra. " Kamu sudah sarapan.." " Belum.." jawab Kimberly dengan manja. " Okay.. ayo kita sarapan bersama, adikku.." Aron tersenyum lebar sambil menarik tangan Kimberly. Kimberly menghela nafas kesal mendengar Aron memanggilnya adikku. " Uncle Aaron lagi pergi ya sama Aunty Nata.." tanya Kimberly sambil duduk di sebelah Aron. " Ya.. mereka masih di markas, transaksi yang di lakukan tadi malam sangat banyak, mungkin mereka tidur di markas..' " Apa yang kamu fikirkan.." Aron tersenyum sambil melihat kearah Kimberly membuat gadis itu salah tingkah. " Ini kenapa?" Aron memegang sudut bibir gadis itu. " Bekas jerawat ya.." " Iya.." jawab Kimberly gugup. " Kamu lagi jatuh cinta ya sampai jerawatan.." tanya Aron lagi. " Biasanya orang yang sedang jatuh cinta berjerawatan.." " Aron!" Teriak Lily yang baru sampai, gadis itu terus duduk di sebelah Aron. Jujur, Kimberly tak suka melihat Lily sangat dekat dengan Aron, dia tak mau ada wanita lain yang dekat dengan Aron selain dirinya. " Hey Luna, Lynn.." Aron menyapa dengan mesra kedua gadis itu. " Leon tidak ikut kalian." " Dia masih belum pulang, dia ikut transaksi tadi malam.." jawab Luna sambil memandang wajah Kimberly. " Kau kenapa?" " Apa yang kalian lakukan disini.." tanya Kimberly sambil memandang sebal pada Lily yang masih memeluk lengan Aron. " Kamu sendiri apa yang kamu lakukan disini.." tanya Lily sambil menoleh kearah Kimberly. Kimberly tak menjawab sambil menghela nafas panjang. " Kamu kenapa, hem.." Aron mencubit pipi Kimberly dengan gemas membuat gadis itu tersenyum malu malu. *** " Terima kasih ya, Al.." kata Mayleen pada Alvin, berkat Alvin ke empat anaknya sudah bisa sekolah. " Sama sama.. aku akan selalu siap membantumu.." jawab Alvin. " Twins mulai sekarang kalian sudah ada Daddy ya.." " Terima kasih Uncle.. Uncle Alvin memang baik, tapi tolong ya jangan terlalu dekat sama Mommy.. aku tidak mau Mommynya Uncle Alvin memarahi Mommyku lagi.." kata Miko tanpa melihat kearah Alvin. " Miko, kamu—" " Tidak apa apa.." Alvin menenangkan Mayleen. " Miko benar.. aku memang harus jaga jarak sama kamu.." " Kenapa kamu bilang seperti itu pada Uncle Alvin, Miko.." tanya Mayleen pada Miko setelah Alvin pergi.. " Memang itu kenyataannya, kalau bisa aku tidak mau lagi Mommy meminta bantuan dari Uncle Alvin, lihat saja nanti Mommy pasti akan di datangi lagi sama Mommynya Uncle Alvin.. aku tidak suka melihat Mommy di marahi, di malukan.." " Sudahlah.. yang terpenting Miko bisa sekolah.. sekarang kalian sudah ada nama belakang Liam.." " Padahal aku sama sekali tidak mau ada Daddy di atas kertas.. aku maunya Daddy aku yang sebenarnya.." Mayleen tersenyum pahit. " Mulai besok kalian sudah bisa sekolah.." wanita itu segera mengalihkan pembicaraan. " Miko.." " Aku tahu.." jawab Miko sambil menghela nafas kesal. " Kalian bagaimana? Senang bisa sekolah besok.." tanya Mayleen pada ketiga anaknya yang lain sambil mendongak. " Aku senang kalau Mommy senang.." jawab Niki, walaupun sebenarnya dia satu fikiran dengan Miko, kalau benar mereka masih ada Daddy, kenapa harus meminjam nama orang lain untuk membuat mereka di terima di sekolah. " Aku juga senang.." kata Niko sambil tersenyum kecil. " Semoga saja tidak ada yang akan membully kita disini nanti.." kata Miki sambil melihat kearah sekolah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN