Bab 1. Perselingkuhan

1130 Kata
"Kenapa pria tampan, baik, dan jujur seperti kamu harus jadi boti sih? Kamu jahat, Ryan. Kamu lebih jahat dari suamiku." Bukannya menanggapi ucapan sang majikan, Ryan seketika mendekatkan wajahnya kemudian mengecup bibir mungil Isabella membuat wanita itu merasa terkejut. Kedua mata Isabella seketika membulat, tapi ia segera menutup pelupuk matanya tatkala kenyalnya bibir seorang Ryan terasa hangat menyentuh permukaan bibirnya. Entah apa yang ada dipikiran seorang Ryan, pria itu benar-benar hilang kendali dan sudah tidak dapat lagi menahannya. Ryan menyesap bibir mungil Isabella dengan kedua mata terpejam. "Saya laki-laki normal, Nyonya. Maaf karena saya udah membohongi, Anda," lirihnya pelan sesaat setelah ia melepaskan tautan bibirnya. *** Beberapa hari sebelumnya. "Mas Antoni?" gumam Isabela seraya memundurkan langkahnya. Tatapan mata seorang Isabela tertuju ke dalam kamar hotel dengan pintu yang memang sedikit terbuka di mana pemandangan yang sangat menyakitkan terpampang nyata di dalam sana. Antonio suaminya tengah b******u bersama seorang wanita muda dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun. Isabella benar-benar menyesalkan mengapa pintu tersebut tidak tertutup rapat, apa mereka memang sengaja melakukan hal itu agar ia dapat melihat keduanya? "Dasar b******k!" umpat Isabella bergegas memutar badan. Dadanya terasa sesak bagai ditusuk beribu-ribu pisau tajam. Wanita itu pun mulai beranjak meninggalkan pintu kamar dengan kedua mata berkaca-kaca. Tubuhnya bahkan serasa akan tumbang membuatnya seketika mengulurkan telapak tangannya dan menjadikan tembok sebagai tumpuan agar tetap bisa berdiri tegak. "Awas aja kau, Mas. Aku akan membuat kau menyesal karena udah memperlakukan aku seperti ini," gumam wanita yang akrab di sapa Bella itu seraya mengusap kedua matanya yang mulai berair. Ia pun kembali berdiri tegak lalu melanjutkan langkahnya mencoba untuk menguatkan diri. Namun, langkah seorang Bella seketika terhenti saat melihat gerombolan wartawan yang berada di ujung lorong. Sepertinya, para pemburu berita itu tengah mencarinya. "Akh, sial! Kenapa mereka mengikuti aku sampe ke sini sih?" umpat Bella kesal. Tanpa berpikir panjang lagi, Bella tiba-tiba saja membuka salah satu pintu kamar yang berada tepat di sampingnya lalu masuk ke dalamnya kemudian. Ia sedang dalam mood berantakan dan merasa enggan untuk meladeni mereka semua. Namun, sepertinya Bella masuk ke kamar yang salah dan di waktu yang kurang tepat, seorang pria bertelanjang d**a nampak tengah berdiri di dalam kamar membuatnya merasa terkejut. Terlebih, tubuh pria itu nampak terluka dan tengah berusaha membungkus lukanya sendiri menggunakan perban berwarna putih. "Maaf, kayaknya aku salah masuk deh," ujar Bella merasa malu lalu berbalik dan hendak kembali membuka pintu. Sementara pria tidak dikenal itu hanya menatap wajahnya dingin tanpa sepatah kata pun. Bella yang hendak memutar knop pintu seketika kembali berbalik lalu menatap wajah pria tersebut. "Eu ... boleh aku bersembunyi di sini sebentar? Itu, di luar banyak wartawan. Aku lagi malas ketemu sama mereka. Aku janji gak akan ganggu kamu ko. Anggap aja aku ini patung, oke?" Pria berkulit sawo matang juga berkumis tipis itu sama sekali tidak menanggapi ucapan Bella. Namun, tatapan matanya masih tajam menatap wajah cantik seorang Isabella. Diamnya dia akan Bella anggap sebagai jawaban. Wanita itu pun berjalan mendekat lalu duduk di sofa dengan perasaan canggung. "Apa kamu gak kenal sama aku?" tanya Bella, merasa tidak percaya karena reaksi pria ini nampak biasa saja. Padahal, tidak ada satu pun orang di negeri yang tidak mengenal dirinya. Ya, Isabella adalah artis terkenal yang wajahnya sudah wara-wiri di layar televisi. Di usianya yang beranjak 31 tahun itu ia sudah banyak membintangi film, sinetron bahkan iklan produk terkenal. "Eu ... kamu beneran gak ngenalin aku?" Bella mengulangi pertanyaannya dengan kening yang dikerutkan. "Emangnya kamu siapa? Artis?" tanya pria tersebut tanpa menoleh dan masih dengan ekspresi wajah yang sama. Bella tersenyum sinis seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Ciih! Kayaknya kamu bukan asli orang Indonesia. Asal kamu tau aja, ya. Gak ada satupun orang di negri ini yang gak kenal sama aku." Lagi dan lagi, pria itu kembali mengabaikan ucapan Isabella. Telapak tangannya nampak sibuk memasangkan perban di tubuhnya dan terlihat kesulitan melakukan hal itu. Sepertinya, ia memang tidak tertarik dengan siapa ia berhadapan, kecantikan seorang Isabella pun tidak membuatnya merasa kagum. Luka ditubuhnya masih menyisakan rasa sakit yang amat luar biasa biasa. "Eu ... mau aku bantu? Kayaknya kamu gak bakalan bisa ngelakuin itu sendiri." Bella menawarkan bantuan. "Gak usah," jawabnya singkat dan dingin. Bella menghela napas panjang seraya menatap luka di tubuh sang pria yang masih mengeluarkan darah segar. Dari apa yang ia lihat sepertinya pria itu baru saja ditusuk benda tajam. Tanpa menunggu persetujuan, Bella seketika bangkit lalu berjalan menghampiri. Wanita itu pun berdiri tepat di depan pria tidak dikenal itu lalu menatap wajahnya tajam. "Anggap aja ini sebagai imbalan karena kamu udah mengizinkan aku sembunyi di sini," ujarnya lalu meraih perban kemudian melingkarkan di tubuh pria tersebut. Bella sempat terpesona dengan tubuh kekar pria yang belum diketahui namanya itu. d**a bidang lengkap dengan perut kotak-kotaknya benar-benar berbanding terbalik dengan bentuk tubuh suaminya yang didominasi lemak berlebihan. Sementara pria itu sama sekali bergeming, ia memang membutuhkan bantuan orang lain, tapi dirinya terlalu gengsi jika harus menerima tawaran wanita yang mengaku sebagai artis terkenal itu. Tatapan matanya seketika menatap wajah cantik Isabella. Untuk beberapa saat, ia begitu mengangumi pesona wanita ini sebelum akhirnya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Sebenarnya kamu ini siapa sih? Ko bisa dapat luka kayak gini? Kenapa gak ke Rumah Sakit aja?" tanya Bella seraya meraih plester lalu merekatkannya di antara perban tersebut. "Apa mungkin kamu anggota gangster yang punya banyak musuh? Itu sebabnya kamu tak mau ke Rumah Sakit dan lebih memilih mengobati lukamu sendiri?" Pria itu seketika tersenyum kecil meskipun senyuman yang terukir di kedua sisi bibirnya hanya berlangsung selama beberapa detik saja. "Nah, udah selesai," ujar Bella, tanpa sadar dress berwarna putih yang ia kenakan memerah karena terkena darah yang berasal dari tubuh pria tersebut. "Baju kamu ada darahnya," ujar sang pria seraya menunjuk dress yang membalut tubuh Bella. Bella sontak menunduk menatap tubuhnya sendiri. "Akh, bener juga. Jadi kena darah 'kan baju aku," gumam Bella menyentuh dengan perasaan jijik noda darah di pakaiannya. "Maaf merepotkan, terima kasih karena udah bantuin saya. Kamu boleh pergi sekarang," pinta sang pria dingin. "Apa kamu mau aku keluar dengan baju penuh dengan darah kayak gini, hah?" tanya Bella tegas dan penuh penekanan. "Kalau aku sampe ketemu sama suamiku dan selingkuhannya, gimana?" Bella seketika memejamkan kedua matanya. Mengapa ia harus mengucapakan hal yang membuat hatinya kembali merasa terluka? Beberapa saat yang lalu, ia sempat melupakan apa yang baru saja ia lihat. "Suami kamu ada di hotel ini juga?" tanya pria tersebut seketika mengerutkan kening. Bella menghela napas panjang lalu berjalan ke arah sofa kemudian duduk dengan menyandarkan punggung berikut kepalanya di sandaran sofa berwarna hitam itu. Tatapan matanya nampak menatap kosong ke arah jendela yang berada di sisi kanan. Wanita itu pun tersenyum hambar seraya mengusap kedua matanya yang mulai berair. "Apa kamu punya pekerjaan? Sebenarnya aku lagi nyari bodyguard. Kayaknya kamu cocok deh jadi bodyguard aku." Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN