Bab 16. Orang yang Dicari Antoni

1038 Kata
"Poto apa itu?" tanya Bella menatap apa yang tengah di genggam oleh Ryan. "Hah? Eu ... nggak ko, bukan apa-apa," jawab Ryan segera memasukan secarik poto tersebut ke dalam saku belakang celana yang ia kenakan. "Apa Anda udah dapat apa yang Anda inginkan, Nyonya?" "Udah, kita keluar sekarang," jawab Bella kembali menutup brangkas yang terbuat dari emas itu. Sementara Ryan, seketika tersenyum sinis seraya menatap benda yang biasa digunakan untuk menyimpan barang berharga tersebut. Antoni benar-benar memiliki kekayaan yang tidak bisa ia bayangkan, bahkan brankasnya saja terbuat dari emas murni. Tak terbayang jika benda itu dijual, hasilnya pasti mampu menutupi kerugian yang disebabkan oleh kerusakan alam akibat penambangan emas yang dikelola oleh perusahaan milik Antonio. Namun, ia tidak akan melakukan hal itu sekarang. Dirinya akan memikirkan cara yang paling menyakitkan yang harus diterima oleh Antonio karena telah membuat penduduk asli yang tinggal di pedalaman menderita karena ulahnya. "Kenapa malah melamun, Ryan? Cepat keluar dari sini," ucap Bella seketika berdiri tegak bersama beberapa dokumen yang sudah ia amankan di dalam pelukannya. Ryan menganggukkan kepala lalu melakukan hal yang sama seperti Bella, keduanya pun berjalan ke arah pintu lalu hendak membukanya. Namun, gerakan tangan seorang Bella seketika terhenti saat mendengar derap langkah seseorang yang berjalan mendekati pintu. "Mas Antoni?" gumam Bella dengan kedua mata membulat. Sementara Ryan segera meraih lalu menarik telapak tangan Isabella kemudian membawanya bersembunyi di balik sofa berwarna hitam yang berada tepat di tengah-tengah ruangan. Tidak lama kemudian, pintu pun terbuka dari luar. Antoni masuk ke dalam sana seraya berbicara dengan seseorang di dalam sambungan telpon. Sementara Ryan dan Bella berjongkok di balik sofa dengan jantung yang berdetak kencang. Mereka baru saja memulai, apakah mereka akan ketahuan? "Bagaimana kau bisa kehilangan dia, Joni? Astaga! Masa ngurus satu orang aja kau tak bisa sih?" bentak Antoni berdiri tepat di depan meja. Bella berusaha untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh seseorang di balik ponsel yang tengah di genggam oleh suaminya, tapi hasilnya sia-sia. Hanya suara Antonio saja yang terdengar menggelegar juga terlihat kesal. "Pokoknya saya gak mau tau, Joni. Kau cari orang itu secepatnya, bawa dia ke hadapanku hidup atau mati," sahut Antoni tegas dan penuh penekanan. "Kau tau 'kan kalau dia itu udah tau terlalu banyak tentang bisnis kita ini. Tangkap dan habisi dia, paham?" Ucapan terakhirnya sebelum pria itu menutup sambungan telpon. Antoni mendengus kesal, jika anak buahnya tidak dapat menangkap orang yang ia maksud maka hidupnya sudah pasti akan terancam. Sementara Isabella, tubuhnya seketika gemetar. Telapak tangannya pun mulai mengeluarkan keringat dingin. Selain karena takut tertangkap basah sedang berada di ruangan tersebut, ia baru mengetahui bahwa suaminya sekejam itu. Wanita itu pun baru menyadari bahwa suaminya memiliki sisi lain yang tidak pernah ditunjukkan kepadanya yaitu, sisi gelapnya sebagai seorang pengusaha. ''Ya Tuhan, apa yang baru saja aku dengar? Suamiku memerintahkan buat membunuh seseorang?" batin Bella wajahnya semakin memucat. "Sebenarnya siapa yang sedang dicari sama si Antonio ini? Apa mungkin orang itu adalah saya? Jadi, preman yang kemarin menyerang saya itu suruhan dia? dasar b******k!'' umpat Ryan di dalam hatinya. Keduanya pun masih berjongkok dibalik sofa dengan posisi tubuh yang sangat dekat tanpa jarak sedikit pun. Ryan bahkan mendekap erat pinggang sang majikan agar tubuh mereka benar-benar aman tersembunyi. Sementara Antoni terdengar uring-uringan sendiri. "Dasar b******k, saya harus terbang ke sana sekarang juga. Walau bagaimanapun, proyek ini sangat penting buat saya," sahutnya seraya melangkah ke arah pintu dan hendak keluar dari dalam sana. Akan tetapi, langkah seorang Antoni seketika terhenti. Pria itu tiba-tiba saja menoleh dan menatap ke arah sofa di mana Bella dan Bodyguardnya bersembunyi di belakang sana. ''Ya Tuhan, lindungilah kami berdua,'' batin Bella saat mendengar derap langkah suaminya berjalan kian mendekat. ''Lindungilah kami, Tuhan,'' batin Ryan, rencananya pasti akan hancur jika Antoni menemukan persembunyian mereka. Antoni semakin berjalan mendekat, perasaanya mengatakan ada yang aneh dengan sofa tersebut. Kedua matanya nampak tajam ingin segera mengobati rasa penasarannya, pria itu hampir tiba di sofa berwarna hitam. Bella sontak memejamkan kedua matanya seraya mencengkram erat pakaian yang dikenakan oleh Ryan. ''Aku pasrahkan hidupku kepada-Mu, Tuhan,'' batin Bella pasrah saat Antoni hendak mendorong sofa tersebut. Namun, suara ponsel berdering tiba-tiba terdengar nyaring dan mengejutkan. Antoni sontak menatap layar ponsel lalu mengangkat sambungan telpon seraya berbalik meninggalkan ruangan tersebut. "Halo, Joni! Gimana, ada kabar apa lagi?" tanya Antoni segera menutup pintu setelah keluar dari dalam ruangan meninggalkan kecurigaannya dan lebih memilih untuk mengurus masalah yang lebih penting. Tubuh Isabella seketika melemas, wanita itu duduk dengan menyandarkan punggung berikut kepalanya di sandaran kursi dengan jantung yang berdetak kencang. Dadanya bahkan terlihat naik turun seolah tengah meraup udara sebanyak-banyaknya setelah sempat menahan napasnya selama beberapa menit terakhir. "Gila!" umpatnya dengan kedua mata terpejam. "Bukannya si Antoni udah terbang ya tadi? Kenapa dia balik lagi sih?" Ryan bergeming, pikirannya melayang memikirkan apa yang sempat ia dengar dari mulut pria bernama Antonio. Kedua tangan seorang Ryan nampak mengepal sempurna seraya berjongkok tepat di samping Isabella. "Kamu kenapa, Ryan? Kita udah aman, gak perlu tegang kayak gitu," tanya Bella menepuk pundak Ryan pelan. Ryan sontak menoleh dan menatap sayu wajah Isabella. "Apa Anda yakin mau tetap tinggal di sini, Nyonya? Sepertinya suami Anda bukan orang baik. Dia menyuruh anak buahnya buat ngehabisi nyawa seseorang lho." "Aku juga gak nyangka kalau ternyata suamiku itu penjahat," lemah Bella seketika menundukkan kepala. "Selama ini, aku selalu sibuk dengan aktivitasku sebagai artis, sampai-sampai aku tak tau apa aja yang dilakukan sama suamiku sendiri." "Di sini terlalu berbahaya, Nyonya. Nyawa Anda bisa terancam kalau suami Anda tau apa yang Anda lakuin, tak bisakah Anda lari selagi Anda bisa? Saya tak ingin Anda terluka, saya takut--" "Aku tak takut apapun, Ryan. Aku 'kan punya kamu yang akan selalu melindungi aku, tugasnya bodyguard itu melindungi majikannya, 'kan?" jawab Bella menatap lekat wajah Ryan Prayoga. "Aku mohon jangan tinggalin aku sebelum aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Tetaplah di sini, Ryan. Lindungi aku dan temani aku, hanya kamu orang yang aku percaya." ''Apa yang harus saya lakukan, Nyonya. Ternyata suami Anda adalah orang yang sudah menghancurkan keluarga saya, menghancurkan kampung halaman saya. Tujuan kita sama yaitu, melihat kehancuran si Antoni, tapi apa yang akan terjadi jika suami Anda sampai tahu bahwa orang yang sedang dia cari dan ingin dia habisi ada di sini bersama istrinya?'' batin Ryan seketika dilanda rasa dilema. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN