Prolog
Gadis berumur 21 tahun itu terdiam di dalam kamarnya, ia duduk di tepi ranjang dengan sprei putih yang telah dihias oleh kelopak bunga mawar.
Cantik.
Wajahnya yang cantik, khas wanita asia itu tampak murung di hari bahagianya. Make up simple membuatnya terlihat anggun, ditambah sanggul rambutnya yang membuatnya nampak terlihat dewasa.
Kamarnya telah didekorasi secantik mungkin. Tapi semua itu tak membuatnya bahagia. Ia memegangi buku-buku jarinya dan menunduk.
"Ayo, Nak. Zidan sudah ijab qobul. Kita ke bawah sekarang." Suara lembut itu menyadarkan gadis bernama Zahra itu dari lamunannya. Ia hanya menurut saja dan beranjak dari tempatnya.
Tangan lembut sang bunda menggenggam erat tangannya, seakan menguatkan anaknya. Tangan sang bunda sedikit bergetar. Zahra tau bukan hanya dirinya yang merasa terbebani dengan pernikahan ini. Ia pun begitu.
Banyak orang terlihat di ruang tamunya, semua menatap kearah Zahra yang turun perlahan melalui tangga sambil sedikit menyingsing gaunnya yang menyentuh lantai. Tak lupa sang bunda juga membantunya.
Hingga Zahra akhirnya sampai disamping Zidan. Pria yang telah resmi menjadi suaminya. Tatapan dingin pria itu seakan menusuk tepat ke jantungnya.
"Jangan tegang gitu ah! Ayo dong dicium kening istrinya, istrinya juga salim ke suaminya dong. Masa malah saling pelototan gitu." Ledek bapak penghulu, membuat orang-orang disini tertawa.
Zahra melakukan yang disuruh, ia menyalami tangan Zidan dengan hati-hati. Juga Zidan yang mengecup keningnya, pelan. Namun meninggalkan desir aneh di rongga dadanya. Membuatnya terasa sesak seketika.
........
Zidan berdiri didepan cermin sambil melepaskan jas hitamnya. Ia kemudian melonggarkan dasinya dan melepaskannya. Saat ingin membuka kemejanya, ia melihat sosok Zahra yang masih duduk di tepi ranjang dengan lamunannya. Entah apa yang dipikirkan gadis itu, Zidan tak peduli. Yang penting tugasnya sudah selesai, tugas untuk berbakti pada orangtuanya.
Bebannya sudah lepas. Seharusnya Zidan lega. Tapi ia malah makin merasa terbebani hanya dengan melihat Zahra. Gadis yang ia kenal saat masih kecil itu kini sudah tumbuh dewasa. Sayangnya Zidan tak tertarik sama sekali. Walaupun Zahra dianugerahi wajah yang cantik dan manis. Bahkan kulit wajahnya terlihat sangat lembut seperti p****t bayi.
Zidan tak peduli. Ia sangat membenci gadis itu. Gadis kotor itu.