Kalang Kabut - 11

467 Kata
Keesokan harinya. Cahyo dan Bekti keluar setelah pintu dibuka oleh penjaga. Lastri sudah menunggu di depan gedung, dengan instingnya, dia tahu bahwa Bekti berada disana semalaman. "Aduh Cyin ... Elu tadi malam nginep sini? sama si Tiang? hehehe, ngapain aja lu tadi malam?" celoteh Lastri begitu melihat Bekti. "Apaan sih, Mak. Orang Bekti gak ngapa-ngapain, Kok," ucap Bekti sambil melirik Cahyo. Pada saat itu, Danar berlari-lari begitu mendapat kabar tentang Bekti, "Bekti! kamu gak papa? kenapa pintunya bisa kekunci begitu, sih?" tanya Danar sambil memeriksa keadaan Bekti. Bekti tak menjawab, dia hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya. Tak jauh sana, Maya menatap kesal ke arah Bekti, lalu menyenggol Rika, teman se gengnya, "Aihh, lu gimana, sih? katanya beres. Ngapain tuh ganjen kekunci ama cowo gua di dalem sana! semalaman pula," bisiknya kemudian. "Mana gua tau cowo lu di dalem, gua maen kunci aja tau," "Ho jadi kalian biang keroknya?" Lulu tiba-tiba berdiri di belakang mereka. Melihat Lulu Maya dan Rika langsung kabur tanpa bicara apapun lagi, "Dasar tukang bully, gak pernah berubah dari dulu," ucap Lulu lalu menggelengkan kepalanya. "Hmm, si Tiang kayaknya udah pergi, Cyin. Lu pulang aja deh, gak usah ikut kelas hari ini. Capek, kan. Baju juga dari semalam belom ganti," Lastri mengusap-usap kepala Bekti. "Iya, Bekti pulang aja, biar Danar yang anter," sambung Danar kemudian. "Tapi kan Danar ada kelas. Lagian hari ini kelas kalkulus. Entar kalau Bekti bolos professor bakal suruh Bekti bongjar trus susun semua buku di perpus," "Aku yang bakal infoin ke dosennya, kalau kamu gak bisa masuk," ucap Lulu yang baru saja menghampiri mereka, "Jangan khawatir. Dosennya gak bakal suruh kamu bongkar dan susun buku di perpus." "Nces, kalau dia dah ngomong gitu, berarti aman. Tau kan dia siapa?" ucap Lastri sambil menyenggol-nyenggol Bekti. "Danar, kamu ada kelas Prof. Indra, kan? aku bakal info ke Prof. Indra kalau kamu bakal telat masuk ke kelasnya. Kamu bisa antar Bekti dulu," ucap Lulu kemudian. "Gak perlu. Kamu gak perlu info ke siapa-siapa. Aku gak butuh bantuanmu. Ayo Bek, pulang," Danar menarik Bekti dan pergi dengan cepat. Lulu menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum melihat tingkah Danar, "Kayaknya dia benar-benar marah," *** Di rumah Cahyo. Laki-laki jangkung itu baru saja tiba di rumahnya. Dia menghempaskan diri ke sofa, lalu menghidupkan gawai yang dia dia keluarkan dari tasnya. "Ngapain gua bilang gua gak bawa hengpon segala, ya? huwaa, Cahyo Purnomo, waraslah, tolong!" Sementara itu, di rumah Bekti. Bekti masuk ke kamar. Melempar tasnya, melempar gawainya, dan melempar charger nya. Ternyata dia bawa charger dan daya batrenya masih tersisa lima belas persen yang berarti gawainya tidak mati total saat itu Ada beberapa opsi. Pertama, Bekti lupa kalau dia membawa charger. Kedua, dia lupa jika gawainya masih memiliki daya. Ketiga, Bekti tidak ingat apapun sama sekali. "Tau ah, masa bodo!" gumam Bekti lalu memejamkan matanya. To be continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN