Juni 2016.
Ujian akhir semester tiba. Kelas satu akan naik ke kelas dua, jika mereka lulus, dan begitu pula seterusnya. Para wali kelas sibuk mengatur tempat duduk untuk ujian, di bantu murid-murid lain anggota Osis, termasuk Bekti dan Cahyo. Bekti memanglah anggota Osis tetap. Sementara Cahyo adalah murid yang tak sengaja terlihat oleh guru sedang tak ada kerjaan, lalu di minta untuk membantu mengangkat meja. Cahyo menggeser dan mengangkat meja dengan kesal, sambil mengumpat di hatinya.
"Anjirr. Waktu istirahat juga malah disuruh nyusun meja. Ngantuk gua nih," omel Cahyo dalam hati.
Sementara Cahyo menggeser-geser meja dengan ogah-ogahan, Bekti lebih antusias. Ujian membuatnya sangat bersemangat. Bekti menyukai apapun yang berhubungan dengan kegiatan yang bagu sebagian murid merupakan hal yang sangat menyebalkan tersebut. Dia menempelkan nomer ujian sambil tersenyum, lalu mengangkat bangku dan menyusunnya dengan rapi ke meja.
"Gak terasa udah ujian aja. Alhamdulillah, bentar lagi naik kelas dua," ucap Bekti. Dia yakin bahwa dia pasti akan naik kelas. Bagaimana tidak, selama bersekolah, baik itu mengerjakan latihan atau PR, Bekti selalu mendapatkan nilai tinggi. Para guru sangat menyukainya dan membanggakannnya.
Bekti bersiap untuk menempel nomer ujian di meja selanjutnya, setelah selesai di meja yang sedang dia kerjakan sekarang. Bekti mengambik kertas nomer yang berukuran lima kali lima senti meter tersebut, dan bersiap memasang lem. Namun, tiba-tiba kertas itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai. Bekti berjongkok untuk mengambil kertas tersebut, namun tiba-tiba ada tangan lain yang turut mengambilnya. Tangan besar dengan jari-jarinya yang panjang. Bekti terdiam sejenak, beberapa detik kemudian, dia melepaskan kertas yang telah dia pegang, lalu berdiri dan menatap orang di depannya.
Cahyo Purnomo. Dengan wajah sok cool. Dia ikut berdiri lalu memberikan kertas di nomer ujian di tangannya kepada Bekti, "Jangan jongkok-jongkok. Inget, lu pake rok," ucap Cahyo kemudian.
"Heh, lu mau ngintipin gua, ya?" Bekti langsung menuduh.
"Wow, nyante. Ngapain gua ngintipin elu? kalau gua mau ngintip gua gak bakal bilang hati-hati, nih cepetan tempel. Biar cepet kelar nih urusan, ngantuk gua," Bekti dengan wajah juteknya mengambil kertas dari tangan Cahyo lalu memberikan lem di sana. Begitu Bekti igin menempelkan kertas ke meja. Cahyo dengan cepar merebut kertas tersebut.
"Biar gua yang tempel, lu lem yang lain aja, di sebelah sini, kan?" tanya Cahyo mengarahkan kertas itu ke sudut kanan meja.
"Hmm," jawab Bekti lalu beranjak memberikan lem ke meja selanjutnya. Selesai menempel nomer di meja, Cahyo kembali merebut kertas yang sudah di lem dari tangan Bekti, dan menempelkan kertas tersebut ke meja selanjutnya. Cahyo sepertinya memang ingin segera menyelesaikan pekerjaan tersebut. Beberapa kali Bekti ingin mengangkat bangku dan menyusunnya, namun Cahyo gercep membantu. Hingga tugas Bekti berkurang. Bisa dikatakan tugasnya hanya memberikan lem pada kertas nomer ujian.
"Oke, selesai. Gua cabut dulu,"
"Tunggu!" Bekti mendekat lalu memberikan Cahyo minuman dalam kemasan gelas yang telah disediakan anggota Osis, "Nih," ucapnya tanpa melihat ke arah Cahyo.
Cahyo menatap Bekti beberapa detik, lalu mengambil minuman dari tangan Bekti sambil tersenyum, "Tumben nih, kesambet apaankah?" ucap Cahyo yang langsung meminum air tersebut dengan cara merobek kemasan dengan giginya, tanpa menggunakan pipet.
"Makasih," ucap Bekti kemudian, lalu beranjak pergi.
"Makasih kembali!"
2021
Maya dan gengnya kabur setelah melihat Lulu memasuki toilet. Beberapa detik kemudian, Lulu mendekati Bekti yang basah kuyub dan menatap Bekti debgan seksama.
"Makasih ya, lu udah belain gua? hehehe baju gua basah gini, jadi gak enak." Bekti cengengesan, sementara Lulu hanya diam sambil memperhatikan. Bekti balas memperhatikan Lulu. Wanita itu snagat cantik, kulit halu, putih mulus tanpa cacat sama sekali. Badan tinggi, ramping, namun berisi. Sebagai wanita, Bekti takjub akan penampilan Lulu yang sempurna. Tentu saja. Dia adalah Lulu Vivian. Wanita dengan wajah blasteran tersebut adalah anak dari rektor kampus. Dia sangat dikenal semua kalangan kampus, bisa dikatakan dia adalah pewaris tahta, karena dia anak tunggal kaya raya. Dan satu hal yang tak kalah penting. Lulu adalah mantan pacar Danar. Orang yang membuat Danar patah hati, dan gagal move on berkali-kali. Bekti yang tidak mengetahui hal itu hanya menganggap Lulu adalah mahasiswa baru jurusan antah berantah yang baru kali ini ditemuinya.
Lulu masih saja diam. Hal itu membuat Bekti merasa canggung dan serba salah. Namun beberapa detik kemudian, Lulu mengeluarkan set pakaian yang masih di dalam plastik. Merk masih tergantung di pakaian tersebut. Lulu memberikan pakaian itu kepada Bekti. Bekti bengong. Dia tau mungkin Lulu ingin dia mengganti baju basahnya dengan pakaian yang diberikan. Namun, mengingat pakaian itu masih baru dan terlihat mahal, Bekti berpikir dua kali untuk mengambilnya, hingga akhirnya dia di dorong oleh Lulu ke dalam untuk mengganti pakaian. Hanya di dorong, tanpa bicara sedikitpun.
Beberapa menit kemudian, Bekti keluar dengan pakaiannya yang sudah berganti. Dia sengaja tak melepas label di bagian belakang pakaian tersebut. Takut dia disuruh ganti rugi. Pakaian model gaun kasual selutut itu membuat penampilan Bekti tampak berbeda. Namun, tentu saja dia tidak nyaman karen itu bukan gayanya. Yah, saat kepepet, siapa yang mementingkan gaya.
Setelah berjalan keluar toilet, Bekti masih memperhatikan Lulu yang terlihat pendiam. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat Danar berlari ke arah Bekti. Bekti tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Danar!
"Bekti! danar dengar dari anak-anak yang lain ... L-Lulu?"
"Danar, kenal sama Lulu?" tanya Bekti kemudian.
Lulu menatap Danar dengan wajah datar, lalu tersenyum, "Long time no see, Danar."
***
Hari berikutnya. Gosip tentang Lulu yang kembali bertebaran seperti virus di seantero kampus. Semua orang membicarakannya.
"Weh, dia balik!" bisik mahasiswa laki-laki kepada temannya.
"Gua denger si pematah hati balik dari luar negeri,"
"Beneran? wah, si Danar harus siap-sinih." Gosip beredar di kantin.
Sementara itu di lapangan olahraga juga.
"Bob, dia balik Bob," ucap salah satu mahasiswa sekaligus atlet kampus kepada temannya.
"Weh, apa gua bilang. My Queen come back. Padahal dia pernah matahin hati kita. Tapi kita tak boleh menyerah!"
Bahkan di ruangan dosen juga ikut heboh.
"Katanya anak Pak Rektor balik."
"Iya, berarti ulang tahun Pak Rektor pasti bakal dirayain. Asek, makan enak."
Bahkan di taman, tempat pasangan kampus kencan.
"Beb, aku denger dia balik. Kamu kan duku suka ama dia, awas ya kamu akalu kedapatan lirik-lirik dia,"
"Don't worry, Sayang. Akuh akan selalu setia sama sayangkuh. I lop you."
Dan yang paling heboh, siapa lagi kalau bukan Lastri. Ratu gosip tersibuk dari yang paling sibuk. Kali ini dia nongkrong sama anak universitas sebelah, sambil membicarakan kabar hangat di kampus.
"Eh Cinto, gua denger dia balik. Anak Rektor Kampus pan dia? cakep gak sih?" tanya teman pergosipan Lastri dari kubu sebelah.
"Katanya cakep, Cyin. Tapi gua belum ada liat. Si Nces yang udah pernah ketemu. Aduh, pupus harapan gua buat jadian ama Danar, hiks ..." Lastri menunjukkan wajah sedih yang dibuat-buat.
"Emank Danar mau ama lu?"
"Ye, sembarangan. Lu gak tau aja kalau Danar infoin ke gua. Kalau Nces gak suka ama dia, gua bisa jadian ama dia."
"Lu beneran suka ama Danar?"
"Ya kagak."
"Trus kenapa mau jadian segala."
"Ya gak napa-napa."
"Astaghfirullah, gak jelas banget lu, Lastri! ya udah gua cabut dulu. Adek gua nih, nyebelin banget minta dibeliin ayam. Nanti kita gosip lagi di rumah yes,"
Teman pergosipan Lastri beranjak pergi dengan tergesa-gesa.
"Siapa tuh, Mak? cakep bener," ucap Bekti yang baru saja tiba.
"Aning, tetangga komplek perumahan gua. Eh tau gak, Nces. Katanya Lulu itu cinta matinya Danar, Loh. Tapi dia ninggalin Danar ke luar negeri. makanya itu Danar jadi patah hati, and gagal move on teross,"
"Beneran, Mak? yah, Danar masih cinta dia gak, ya?"
"Katanya kan, saking patah hatinya Danar sempet mau bunuh diri."
"Yah, kan ... berat nih lawan Bekti."
"Don't worry, Say. Kita pantau aja situasi dan kondisinya. Nanti kita selidiki lebih lanjut." Ucap Lastri, lalu mengibas rambutnya, "Eh tapi Nces, dia beneran cakep ye? pake bedak apa, Say? bedaj kunyit juga gak sih, sama kayak gua?"
"Ho oh Mak, cakep bener. Tapi mana Bekti tau dia pake bedaj apaan?"
"Harus di selidiki juga tuh, Nces. Biar kita pake ramuan dia."
"Ho oh, Mak jangan nyerah menyelidiki."
Dan acara gosip antara Lastri serta Bekti, bertahan hingga waktu pulang tiba.
To be continue
***