Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.
Rasa penasaran Adnan berubah jadi kemarahan setelah Hira mengabaikannya, terus menerus. Adnan melakukan berbagai cara untuk mendekati Hira, tapi seribu cara untuk Hira untuk menghindari Adnan.
Bagi dokter cantik itu, antara dirinya dan Adnan tidak ada apa-apa, hanya sebatas tetangga. Masa lalu biarlah masa lalu ia akan menjalani hidupnya dengan baik dan melupakan masa lalu. Tetapi tidak demikian untuk Adnan, ia masih berpikir kalau Hira masih masih mencintainya sama seperti dulu. Gadis yang ia pikir akan mengejarnya justru mengabaikannya dan terus menghindar. Bahkan nomor Adnan diblokir sama Hira.
“Tidak ada satupun gadis di dunia ini yang menolak pesonaku Hira. Kamu akan jadi milikku bagaimanapun caranya, camkan itu!” Adnan melempar ponselnya ke atas ranjang.
Melihat postingan Dikto membagikan fotonya dengan
Hira. Adnan berpikir kalau Hira sengaja membuatnya marah. Padahal tujuan Hira
bukan seperti itu ia hanya ingin menunjukkan pada Maya, kalau ia bukan wanita
culun seperti enam tahun lalu. Bahkan Dikto lelaki populer di sekolah mereka
dulu bisa ditaklukkan hanya satu malam.
Adnan meraih ponsel yang sempat ia lempar tadi lalu mendumal
dengan marah. “Apa dia tidak tahu kalau laki-laki itu sampah?”
“Apa kamu marah karena foto Hira?” tanya sang kakak yang kebetulan
datang ke kamarnya.
“Tidak, aku tidak peduli. Hanya saja aku kasihan melihat dia nanti
dicampakan kalau sudah bosan,” ucap Adnan.
“Kamu cemburu?” Dinar menggoda sang adik.
“Tidak.”
“Sejak Hira pulang kok kamu sekarang tinggal di rumah Mami. Biasanya
tinggal di apartemenmu,” goda sang kakak lagi.
“Berisik.” Adnan mendengus kesal.
Sang kakak mengoda Adnan. “Apa kamu yakin tidak cemburu?”
“Tidak.”
“Kalau kamu cinta harusnya berusaha merebut dia dari laki-laki lain. Kamu tahu ada banyak laki-laki tampan yang mendekati dr. Hira sekarang. Dengar y, ada Dikto teman sekolah kalian dulu, lalu ada Sean seorang pengacara hebat dia teman Leo,” tutur sang kakak.
Adnan pura-pura cuek, “Aku tidak peduli.”
Sang Kakak tersenyum licik, ia berencana mengerjai adiknya sombongnya.
*
Suatu hari, Dinar dengan liciknya mengundang Adnan untuk
menghadiri pesta ulang tahun Hira, padahal Hira tidak mengundangnya Adnan. Lelaki
itu terpaksa menerima undangan tersebut, meskipun hatinya berdegup kencang.
Acara berlangsung meriah, tetapi suasana tegang terasa ketika Hira muncul
dengan Sean teman satu kantornya.
‘Apa dia pacaran sama lelaki yang baru dia kenal?’ Adnan menatap dengan
tajam.
Hira selalu menghindar darinya sejak pulang ke Indonesia.
Dinar mencoba membuat kuping Adnan panas . "Kau tahu, Adnan, sejak enam tahun yang lalu, Hira telah berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Dia sekarang seorang dokter yang sukses dan mandiri. Lihat lelaki gandengannya dia sangat tampan. Aku dengar om Zafar merestui mereka menikah,” bisik Dinar menggoda adiknya laki-laki. Bagaimana kompor meleduk Adnan dibuat panas.
“Itu tidak akan terjadi, lihat saja nanti siapa yang akan jadi
pemenang,” ucap Adnan dengan senyuman ala devil.
Dinar menggeleng sembari memberi peringatan pada Adnan, “jangan
melakukan apapun. Kamu cari wanita lain , jangan merusak hubungan orang
lain,” tegas sang kakak.
Dinar tahu adik laki-lakinya orang yang nekat, ia bisa melakukan
apapun bahkan diluar nalar.
Hira duduk satu meja bersama Adnan dan keluarganya.
“Selamat ulang tahun Cantik. Sudah cantik, karir bagus, baik.
Lelaki mana yang beruntung.” Dinar selalu saja memanas-manasi adik
laki-lakinya.
Adnan tersenyum sinis, "Aku sekarang adalah pengacara yang
sukses dan mandiri, bukan anak yang manja dan pandai berakting.”
“Kamu hanya melihat dari kaca matamu saja,” ujar Hira dengan
berani, ia tidak ingin terlihat lemah di depan pembully dirinya.
Kedua keluarga dari dua belah pihak hanya bisa diam,
pertengkaran mereka berdua meredah setelah Ayah Adnan pura-pura batuk lalu
menyenggol tangan Adnan meminta untuk berhenti berdebat dengan Hira.
Atmosfer ketegangan masih terjadi diantara keluarga mereka
yang dulunya begitu dekat. Namun, di balik konflik yang terus berkobar, ada
banyak rencana licik dalam otak Adnan. Dinar terus memainkan perannya sebagai
pemantik api, sementara Adnan mulai panas saat Sean mengajak Hira
berdansa.
Keluarganya sudah mantap untuk menjauhkan Hira dari Adnan.
Terlebih ayah Hira, ia tidak ingin putrinya terluka lagi, Saat Hira hendak ke
kamar mandi, ternyata Adnan mengikutinya.
“Oh, gadis manja yang dulu aku kenal sudah bisa berakting di
depan keluarga. Kamu bersikap seperti gadis polos. Mereka tidak tahu
kalau gadis yang mereka banggakan pulang tengah malam dari diskotik,” tuduh
Adnan
“Jangan pusing-pusing memikirkan hidupku Pak Adnan. Aku akan
baik-baik saja, urus saja hidupmu,” Hira menghindari tubuh Adnan yang
menghalanginya
“Tentu saja akan jadi urusanku karena kamu akan jadi istriku.”
“Tetaplah bermimpi karena mimpi itu gratis, awas minggir.” Hira
mendorong tubuh Adnan .
Adnan mendekat dan memojokkan tubuh Hira sembari ia berkata dengan
suara berbisik, “Hira … Apa kamu tahu kalau aku selalu mendapatkan apapun yang
aku dapatkan.”
“Aku tidak ingin berdebat.” Hira ingin pergi, tetapi tangan
Adnan terbentang . Wajah Hira langsung kesal.
Beruntung kakak laki-lakinya datang menyelamatkannya dari situasi
tersebut.
“Hira! Bunda memanggilmu,” ucap Leo.
Leo dengan marah memperingatkan Adnan supaya jangan
mendekati Hira lagi, “kita sudah sepakat Bro agar kamu jangan mendekati adikku
lagi. Jangan lakukan itu ,” ucap lelaki itu dengan tegas.
Saat ingin pulang Zafar juga menemuinya memberi peringatan yang
sama. “Apa kamu pikir aku akan membiarkan putriku didekati lelaki berandalan
sepertimu?”
“Saya pengacara, Om,” ujar Adnan.
Zafar menatap Adnan dengan tatapan sinis, seolah-olah pria di
depannya berandalan yang harus dijauhi. “Saya harap ingatanmu masih
sehat. Kamu tidak melupakan apa yang sudah kamu perbuat pada Hira di masa lalu?”
Adnan juga balas menatap Zafar, “saya juga tidak akan lupa
dengan om lakukan padaku di masa lalu.”
“Maka kita impas. Lupakan putriku, aku tidak ingin hubunganku dan
Papimu jadi rusak karena ulahmu. Kalian hanya sebatas tetangga, jangan
mengharapkan lebih dari itu, kalau tidak kamu akan menerima konsekuensinya,”
ancam Zafar pada Adnan.
Adnan tidak suka mendengar peringatan Leo dan Zafar, ia paling
benci diancam, sepertinya ada dendam masa lalu dihati Zafar dan Adnan yang
belum bisa mereka lupakan. Dengan tatapan tajam penuh amarah ia menelepon
seseorang lalu memerintahkan mereka melakukan sesuatu.
"Kita lihat sehebat apa kekuatan mu untuk melawan ku Pak
Zafar, " Ucap Adnan penuh dendam.
*
Sudah hampir larut malam Hira pulang ke rumah.
Mobil yang ditumpangi Hira baru saja tiba di garasi, ia keluar dan
berjalan menuju kamar. Saat melewati ruang tamu ia kaget ada Adnan duduk
menunggunya di sana.
“Adnan …? Apa yang kamu lakukan di rumah kami. Bunda! Ayah!” Hira
memanggil kedua orang tuanya tidak ada orang.
“Duduklah dan mari kita bicara, kamu selalu kabur dariku, makanya
aku datang ke rumahmu.”
“Mau ngapain kamu?”
Adnan mengeluarkan kotak perhiasan dari saku celana, lalu
menyodorkan pada Hira, “mau aku pakaikan atau pakai sendiri?”
Bola mata dokter cantik itu membesar, “Itu apa?”
Adnan berdiri lalu menyodorkan kotak cincin pada Hira, “ini cincin
pertunangan kita.”
Bola mata Hira hampir saja keluar dari cangkangnya saking
kagetnya, “siapa yang mau tunangan dengan kamu?”
“Kamu Hira, aku sudah katakan, kamu hanya milikku. Kamu tidak bisa
bersama Sean ataupun Dikto!” ucapnya dengan marah.
“Kamu tidak berhak mengatur hidupku dan aku yang menentukan akan
menikah dengan siapa,” tolak Hira.
“Tidak. Kamu pakai cincin ini dan kita resmi bertunangan.
Titik.”
Mulut Hira masih menganga, ia tidak tahu kalau Adnan akan
melakukan pemaksaan seperti itu. Ia terdiam seperti patung ketika Adnan
memasukkan cincin itu ke jarinya secara paksa. Setelah berhasil melakukannya ia
tersenyum sarkas sembari mengedipkan sebelah mata, lalu keluar dari rumah Hira.
Hira masih melonggo. Ia baru tahu ada. Manusia model Adnan.
"Apa dia sudahgila? " Hira masih syok dengan sikap pemaksaan itu.
Bersambung