Saat Pertama Pulang ke Indonesia

1107 Kata
Enam tahun kemudian akhirnya Hirara lulus dari sekolah kedokteran. Ia memberanikan diri untuk pulang ke rumah orang tuanya. Butuh waktu bertahun-tahun untuk Hira mengumpulkan kekuatan agar bisa pulang ke rumah orang tuanya. Bertetangga dengan lelaki yang ikut membullinya menyebabkan dirinya enggan pulang ke rumah. Angin malam berbisik lembut, menyampaikan cerita kelam di balik senyuman Hira yang cantik. Di antara bunga-bunga masa lalu yang pernah mekar, tumbuhlah duri-duri pahit dari cinta pertamanya, Hira. Rumah mereka yang dulu menjadi saksi bisu kebersamaan mereka saat masih kecil sampai remaja, kini menyimpan cerita pahit yang membakar jiwa Hira. Cinta pertama bukan hanya membangun kenangan manis, tetapi juga menjadi medan pertempuran bagi hati yang hancur. Adnan yang dulu begitu lekat dengan nama Hira, kini mengenangnya dengan rasa benci yang mendalam. Dulu, kedua keluarga mereka bersahabat, dan rumah Adnan adalah tempat perlindungan bagi Hira. Namun, seiring berjalannya waktu, kenangan indah itu hancur seperti lukisan yang diterpa badai. Luka yang paling dalam bermula karena Adnan membiarkan semua orang menghina dirinya. Cinta yang dulu Hira curahkan kepada laki-laki itu berubah menjadi dendam ketika Adnan menghancurkan hatinya. Enam tahun telah berlalu sejak kejadian itu, dan Hira bukan lagi gadis polos yang sering tertawa di rumah Adnan. Kini, dia adalah seorang dokter yang memancarkan kecantikan dan kekuatan. Hidup telah membentuk Hira menjadi sosok yang kuat dan tak kenal ampun. Kini, dia memiliki satu tujuan: membalaskan dendam pada orang yang dulu menyakitinya. Di antara luka cinta yang tak pernah sembuh, Hira siap memulai bab baru yang kelam, dan Adnan akan mengetahui betapa pedihnya dendam dari seseorang yang dulunya begitu mencintainya. “Hira! Kapan pulang!” seru Kiya kakak Hira bukan hanya bertetangga ayah Hira dan Papi Hira bersahabat dari mereka masih muda dan persahabatan itu berjalan sampai mereka punya anak. Dulunya,rumah Hira sudah seperti rumah sendiri bagi Hira, begitu juga sebaliknya. Tetapi sejak perundungan yang dialami Hira hubungan keluarga itu sempat menjauh. Bagaimana tidak Adnan orang yang mereka percayai untuk menjaga Hira malah ikut melakukan perundungan pada anak gadis mereka hanya karena Hira mengungkapkan perasaannya pada Adnan. Akibat perundungan yang dilakukan Adnan dan teman-temannya, Hira mengalami depresi hampir saja tidak bisa lulus sekolah. Ayah Hira akhirnya memindahkannya ke Surabaya di sanalah Hira yang malang mendapatkan pemulihan. Mendengar Hira pulang kedua kakak laki-lakinya sangat bahagia, Leo dan Damar langsung pulang lebih awal dari kantor. “Hira …! Oh adik kecilku” Leo merentangkan tangan memeluk adik bungsunya dengan erat, ia sampai meneteskan air mata karena terharu enam tahun lamanya Hira tidak pernah pulang ke rumah karena trauma. Kini adik kecilnya sudah tumbuh jadi anak gadis yang sangat cantik, bukan hanya itu ia sekarang sudah menjadi seorang dokter. Orang tua mana yang tidak bangga melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang sukses dan cantik. * Hira duduk di balkon kamarnya menatap ke sekeliling rumah, ada banyak kenangan pahit bahkan kenangan masa-masa manis di sana. “Aku berharap tidak bertemu laki-laki itu selamanya,” ucap Hira menutup mata sembari memohon dalam hati. “Jangan khawatir Sayang, dia tidak tinggal di rumah orang tuanya, dia tinggal di apartemennya,” tutur sang Ibunda saat itu, seolah-olah tahu apa yang dipikirkan Hira. Hira membuka mata tersenyum kecil. “Maaf ya Bun, kalau selama ini Ira pengecut, tapi kali ini, aku akan melawan rasa takut dalam diriku,” ujar Hira dengan yakin saat itu. “Semua butuh proses Hira, apa yang kamu alami di masa lalu lupakan saja. Kamu bukan lagi Hira yang jelek seperti dulu. Kamu yang sekarang gadisku yang cantik. Kamu pasti menemukan pria yang baik lebih baik dari pria yang pernah menghina dan merendahkanmu di masa lalu,” tutur sang ibunda. ** Setelah beberapa hari di Jakarta. Hari itu setelah pulang ke Jakarta , hal yang pertama yang ingin ia temui adalah Mona sahabatnya dan mereka janjian akan bertemu di salah satu mall di Jakarta. Di sisi lain Hira juga datang ke mall yang sama. Saat Hira lift, Adnan duluan tidak lama kemudian Hira juga Adnan dalam lift ada beberapa orang, jadi Adnan tidak terlalu memperhatikan Hira, wanita cantik itu awalnya kaget karena ada Adnan juga di sana, tetapi ia berpura-pura tidak mengenal Adnan. Dalam lift seperti biasa Adnan akan memperlihatkan tatapan dingin. Adnan tidak tidak menyadari kalau di sana ada Hira. ‘Sudah beberapa tahun berlalu, tetapi semuanya terasa masih nyata dalam pikiranku’ Hira membatin saat itu. Hari itu wanita cantik itu menggenggam jemari tangannya menutupi rasa gugupnya saat bertemu Adnan pertama kalinya, menyadari Adnan ada dalam lift ingin rasanya Hira menghilang dari sana detik itu juga. Hira keluar ternyata Adnan juga turun di lantai yang sama, sialnya Hira tidak sengaja menjatuhkan jepitan rambut saat berjalan tergesa-gesa. “Tunggu!” panggil Adnan, wajah Hira menegang,ia tidak berani menoleh ke belakang. Laki-laki itu mendekat lalu berdiri di depannya menyodorkan jepit rambut milik Hira. “Kamu menjatuhkan ini Nona,” ujarnya dengan wajah datar, ia berpikir Hira sengaja menjatuh benda itu untuk menarik perhatiannya. “Terimakasih.” Hira mengambil dari tangan Adnan tanpa menoleh dan berjalan buru-buru. “Kalau kamu ingin berkenalan denganku bukan seperti itu caranya, cara seperti itu sudah klasik,” ujar Adnan dengan percaya diri. Hira hanya tersenyum kecut, berjalan tanpa menghiraukan ocehan Adnan “Kamu tetap sama sombong tidak pernah berubah,” ujar Hira. “Tunggu, kamu mengatakan sesuatu?” Hira mengenakan kaca mata hitam lalu berbalik badan, ia tersenyum kecil, “terimakasih, sudah memungut sampah yang sudah aku jatuhkan.” Hira membuang jepit rambutnya ke tong sampah lalu ia berjalan menjauh. “ Tunggu … apa aku mengenalnya? Wajahnya familiar .” Adnan tidak begitu peduli, berjalan menuju toko , memilih hadiah untuk maminya. Ternyata Hira juga datang ke sana ia ingin membelikan sesuatu untuk sahabat baiknya Saat sedang berdiri, Adnan terusik dengan sikap acuh Hira padanya. Ini hal yang pertama baginya kalau biasanya ia selalu menjadi pusat perhatian para wanita karena wajahnya yang tampan. Adnan memiliki wajah yang rupawan dan badan yang tinggi, ayahnya keturunan Turki dan ibunya orang Indonesia perpaduan itu menciptakan sosok pria tampan. Dibalik wajah tampannya ia memiliki sikap dingin dan angkuh. ‘Apa dia mengenalku, kenapa dia mengacuhkanku?’ pria itu membatin. Hira benar-benar menghiraukan dirinya. Adnan bahkan tertangkap mata melihat penampilan Hira dari belakang “Maaf, apa kita pernah bertemu?” tanya Adnan berdiri di samping Hira. “Tunggu sebentar.” Adnan merentangkan tangannya. “Maaf saya terima telepon dulu.” Hira pura-pura menerima telepon dan ia keluar dari toko perhiasan. Bertemu dengan pria yang paling ia benci hal tidak diinginkan Hira. Ia hari pertama tiba di Jakarta sudah dipertemukan dengan Adnan. Padahal ia sudah memohon dan berharap sama Tuhan supaya jangan bertemu dengan pria yang paling ia benci dalam hidupnya. Setelah Adnan tahu kalau Hira berpura-pura tidak mengenalnya ia sangat kesal dan marah. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN