InginMemperbaiki Hubungan

1069 Kata
Duduk di depan rumah, Adnan diam dengan pikiran yang melayang-layang. Hati dan pikirannya kacau. Ia berpikir bagaimana cara untuk bisa bicara lagi dengan Hira. Rumah mereka depan-depanan, tapi sekarang mereka dibatasi tembok yang tinggi. Malam itu acara perayaan ulang tahun Mami Adnan. Dinar kakak Adnan memanfaatkan kepulangan Hira memperbaiki hubungan keluarganya dengan keluarga Hira, mereka mengundang keluarga Hira. Tidak diduga Kedua orang tua dan kedua kakak laki-laki Hira mau datang, tetapi tidak untuk Hira, ia memilih tinggal di kamarnya daripada duduk satu meja dengan orang yang paling ia benci dalam hidupnya. “Terimakasih atas undanganya,” ujar Bu Rena ibunda Hira. Gita berdiri lalu memeluk wanita yang dulu sangat akrab dengan nya, “selamat datang Ren, terimakasih sudah mau datang, tadinya aku berpikir kamu akan menolak undanganku seperti yang sudah-sudah.” Dinar berdiri, “Mi, jangan membahasnya lagi mari kita lupakan semua masa lalu,” potong ibu dua anak itu penuh antusias. Kedua keluarga itu terlihat sama-sama canggung setelah sekian tahun tidak pernah berkumpul seperti itu lagi, saat sedang bersalaman satu sama lain padangan Gita menyisir ke semua tempat. Orang yang dinanti-nanti ternyata menolak datang. “Apa Hira tidak ikut?” tanya Mami Adnan. Ia menatap Adnan dengan sinis, kalau bukan karena putranya yang berandalan itu hubungan keluarga mereka akan baik-baik saja. “Dia masih capek katanya ingin istirahat,” jelas Bu Rena. “Oh, baiklah, mungkin dia belum siap datang ke sini.” Lagi-lagi tatapan menuduh ditujukan pada Adnan, lelaki itu seperti biasa duduk dengan wajah santai. Dulu , hubungan kedua keluarganya sangat dekat. Namun kejadian yang dialami Hira menyebabkan hubungan kedua keluarga itu meregang. Kini mereka mencoba memperbaiki dan tidak ingin membahas Hira lagi agar suasana canggung cepat menghilang. Adnan penasaran tentang Hira tetapi tidak berani bertanya. “Adnan, om dengar kamu pegang kasus besar sekarang,” tanya Rena mencairkan suasana. “Iya Tante.” “Wah hebat kamu, Adnan.” Zafar masih menunjukkan ketidaksukaannya pada Adnan, walau ia tidak mengatakan apa-apa tetapi semua orang lelaki yang berprofesi sebagai dosen itu masih menyimpan amarah atas apa yang dilakukan Adnan pada putri kesayangannya di masa lalu. Rasa sakit itu tidak akan mudah hilang. “Bang Leo lebih hebat, dia pegang dua kasus besar sekaligus,” puji Adnan melirik Leo . Suasana mulai mencair saat mereka mulai menikmati makanan, walau ada yang terasa kurang sebab Hira tidak mau datang lagi ke rumah Adnan. Setelah mereka selesai makan, pindah tempat duduk ke sofa depan rumah. Terdengar suara tawa lepas dari Hira, suara tawa khasnya Hira. ‘Hira …Kamu sengaja menghindar’ Adnan tersenyum sinis mendengar suara tawa . Hira dan ketiga keponakannya mencari hiburan sendiri. Rumah mereka hanya terhalang tembok, apa yang mereka lakukan di rumah pasti terdengar sampai ke halaman rumah Adnan. “Tante! Tangkap!” teriak keponakan Hira. “Aku dapat,” suara Hira mengusik acara makan malam keluarga Adnan. Tapi mereka semua berusaha mengabaikan tawa Hira, kecerian yang sempat hilang selama bertahun-tahun, kini terdengar lagi. Adnan merasa tidak tenang , walau semua keluarga di meja makan itu berpura-pura tidak peduli dengan suara Hira, tetapi ia bisa melihat senyuman dari bibir Zafar ia bahagia mendengar suara ceria dari putrinya setelah sekian lama. Adnan berdiri ingin mengajak Hira bergabung dengan mereka, sekaligus menunjukkan kalau dirinya dan Hira bisa berhubungan baik kembali, tetapi kakak perempuanya tidak membiarkan hal itu terjadi. Saat Adnan berdiri ia tahu kalau lelaki itu ingin melihat Hira ia buru-buru menelepon Hira meminta gadis cantik itu masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. “Kenapa Kak Dinar?” tanya Hira bigung. “Aku tidak ingin Adnan membuat masalah, jangan mau apapun yang dia katakan.” “Baiklah, aku mengerti.” Hira masuk ke kamar dan mengunci pintu. Benar dugaan mereka, Adnan pura-pura ke kamar mandi. Rupanya ia menyelinap ke rumah Hira Saat ia datang Hira sudah ada di kamar hanya ada keponakannya yang masih bermain tangkap bola di depan rumah. Adnan bermain sebentar berharap Hira turun kembali dan ikut bermain dengan keponakannya. Namun sampai larut malam Hira tidak terlihat lagi ia mengunci pintu dan tidur. Semua keluarganya kompak memberi Adnan pelajaran. * Hari-hari berlalu, Adnan berfokus pada tugas-tugasnya sebagai pengacara. Namun, kepulangan Hira ke Indonesia mengganggu konsentrasi kerjanya. Pikirannya semakin sulit diabaikan. Dalam beberapa kesempatan, dia mencoba diam-diam ingin melihat Hira tetapi tidak pernah bertemu. “Apa dia sengaja menghindar dariku? Adnan pura-pura lari pagi mondar-mandir dari depan rumah Hira. Kedua orang tuanya hanya bisa diam melihat Adnan. Setelah berhari-hari mengintip ke rumah Hira tetapi tidak pernah bertemu. Satu minggu kemudian. Hari itu orang tua Hira dan teman-temannya mengadakan sebuah acara. “Ra, sampai kapan kamu akan menghindari Adnan,” tegur Mona menarik gaunnya. “Kalau bisa selamanya Mon.” “Apa kamu pikir itu berhasil? Kalian berdua bertetangga dan kamu sudah lumayan lama sejak pulang ke Jakarta.” Mona pesaran. Hira malas membahas tentang Adnan, ia beberapa kali menolak membahas pria tersebut, “sudah lupakan tentang dia mari kita makan.” Hira menarik tangan Mona sahabatnya untuk menikmati hidangan yang disediakan. “Ra, teman-teman satu sekolah kita ada juga di sini. Apa kamu juga kan menghindar?” Mona tidak ingin Hira menghindari Adnan terus menerus. “Iya, aku akan pergi jika mereka mendekatiku.” Hira menikmati potongan buah dalam piring. Penampilan cantik Hira ternyata mengundang perhatian beberapa teman Adnan. Saat mereka berdiri tiba-tiba menatap Hira dan Mona. “Adnan … itu ada barang bagus,” tunjuk Devan ia mengarahkan kepalanya. “Iya, cantik … tunggu bukankah itu Mona, dia sama siapa?” Adnan tidak menoleh, ia bahkan tidak tahu yang dibicarakan teman-temannya adalah Hira memutar-mutar cairan merah dalam gelas kaca bening. Pikirannya terusik dengan Hira. Semenjak dia mengajak wanita itu menikah Hira menghindar terus ‘Apa benar dia tidak di rumah? Kenapa aku tidak pernah melihatnya lagi?’ Saat sedang melamun. “Hira!” panggil seseorang, Adnan dan teman-temannya menatap wanita tersebut dan mengikuti arah tujuannya. Lalu mereka semua melongo. Wanita cantik yang dikagumi teman-temannya, ternyata Hira. Ternyata Adnan dan Hira sama-sama datang ke acara. “Kak Kiya.” Hira membalas pelukan Kiya, wanita itu kakak Adnan. Teman-temannya menatap Adnan dengan heran. “Apa dia Hira gadis yang dulu mengejar-ejarmu, Adnan?” teman lamanya. Adnan tidak bisa menjawab. “Aku tidak tahu,” sahut Adnan ketus, ia pergi ke arah taman lalu tersenyum kecut, “kamu sengaja menghindariku. Aku sudah katakan padamu Hira, semua wanita bertekuk lutut padaku, kamu akan jadi salah satunya, dulu kamu mengejar-ngejarku seperti orang gila dan sekarang pun masih berlaku. "Adnan tersenyum percaya diri. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN