Bab 9. Zello yang Khawatir

1177 Kata
“Lo! Dasar cewek gk tau diri! Mulai sekarang kita putus!” bentak Zello lalu meninggalkan Viola begitu saja menuju rumahnya. Viola yang mendapat perkataan seperti itu pun terkaget karena ia tak menyangka Zello akan memutuskannya begitu saja.    Saat masuk ke dalam rumahnya, Zello langsung mendapati sang mama yang tengah duduk di sofa dengan kepala tertunduk. Sontak, Zello pun menghampiri sang mama dan duduk di samping wanita itu.   “Mama, Zello bisa jelaskan semuanya,” ucap Zello sambil menggenggam tangan sang mama.   “Kamu mau menjelaskan apa? Menjelaskan kalau kamu menjalin kasih dengan perempuan seperti itu? Atau menjelaskan karena kamu adalah lelaki kasar?” tanya Zellin tanpa ingin menoleh ke arah sang putra.   “Bukan begitu mah… dia itu sebenarnya bukanlah kekasih Zello, dan soal itu… Zello minta maaf mah, Zello tidak bermaksud… lagipula dia pantas kok mah,” jawab Zello yang membuat kening Zellin berkerut bingung.   “Mama ingat kan waktu Zello bercerita kalau Zello punya atasan sekaligus teman di kantor?” tanya Zello memastikan.   “Memangnya kenapa?”   “Sebenarnya dia yang jadi alasan mengapa Zello memutuskan untuk pindah sekolah,” jawab Zello yang membuat sang mama bingung.   “Maksud kamu?”   “Istri Alka, Keyra sekarang bisa dikatakan koma di rumah sakit. Dan Zello dimintai tolong untuk menyelidiki kasus tersebut.”   “Menyelidiki? Memangnya kamu detektif?”   “Bukan begitu mama, Zello hanya mencari tahu siapa yang telah membuat Keyra sampai seperti itu. Dan Zello sudah mulai yakin kalau Viola yang udah membuat Keyra seperti itu.”   “Kenapa kamu bisa yakin?”   “Karena kemarin dia cerita kalau dia sedang stress memikirkan suatu masalah. Dan juga, ketika Zello ketemuan sama dia di gudang sekolah tempat Keyra ditemukan pingsan, Viola selalu gelisah. Karena itu Zello yakin, dan sabtu besok rencananya Zello akan bertanya langsung padanya.”   “Apa tidak masalah kamu terlibat dengan masalah seperti ini, Zello?” tanya Zellin yang kini berganti khawatir.   “Mama tidak perlu khawatir, Zello sudah berpengalaman… selain itu, Zello juga menjalankan semua rencana se-biasa mungkin agar tidak terlalu mencolok. Jadi mama tidak perlu berpikir bahwa perempuan tadi benar-benar merupakan kekasih Zello, ya… dia hanya Zello manfaatkan untuk mencari bukti. Zello janji minggu depan semuanya sudah tuntas kok. Kalau soal sikap Zello yang kasar tadi, sekali lagi Zello minta maaf ya… Zello hanya terbawa emosi, terlebih lagi Zello tidak terima karena dia sudah bikin teman sekaligus atasan Zello dapet musibah seberat ini, stress nunggu istrinya bangun, dan dia juga harus izin kantor beberapa minggu terakhir ini,” jawab Zello panjang lebar agar sang mama tidak melulu khawatir kepadanya.   “Iya, mama mengerti… tapi kamu harus tetap hati-hati ya, mama tidak mau kamu mendapat masalah nantinya. Dan juga, jangan ulangi sikap kasarmu terhadap perempuan lagi ya, mama tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu,” ucap sang mama lalu membawa sang putra ke dalam dekapan hangatnya.   ***   Saat ini, Zello tengah berbaring di atas ranjang sembari menatap layar ponselnya. Ia sesekali menatap jendela kamar yang menampakkan suasana langit malam. Ya, saat ini memang sudah malam, dan Zello berniat untuk tidur. Sebelumnya, tentu Zello sudah mandi dan makan malam terlebih dahulu.   “Duh, Viola akan menganggap perkataan gue tadi serius tidak ya? Kalau gue sama dia beneran putus… terus gimana caranya gue nyari bukti dong?”   “Yaampun maaf banget Alka… tapi mudah-mudahan saja dia tidak ingin mengakhiri hubungan kita ini.”   “Eh tunggu, lebih baik gue bicarakan dulu deh sama Alka,” gumam Zello lalu mengambil ponsel dan mulai menghubungi sang teman.   “Hello darling,” sapa Zello setelah panggilan terhubung.   “Apa sih?” tanya Alka sewot dari seberang sana.   “Tidak bisa ya balas dengan baik-baik?” ujar Zello yang mendecak sebal karena Alka selalu saja seperti itu padanya.     “Ada apa?” tanya Alka lagi.   “Itu… sebelumnya maaf, gue mau minta pendapat lo.”   “Kenapa?”   “Em… sebenernya tadi gue tidak sengaja bilang putus ke Viola.”   “Kok bisa?”   “Habisnya dia mengaku sebagai pacar gue sama mama… gue tidak bisa melihat wajah kecewa mama Ka, jadi terpaksa gue nyeret dia keluar rumah terus bilang putus tanpa berpikir dua kali terlebih dahulu.”   “Ah….”   “Maaf Ka, karena itu gue ngabarin lo… menurut lo apa gue minta maaf saja ke dia dan bilang kalau gue tidak bermaksud sungguhan ingin memutuskan dia?”   “Tidak perlu, lo tidak perlu melakukan apapun,” jawab Alka yang membuatnya bingung.   “Loh, maksudnya?” tanya Zello pada sang teman.   “Gue yakin dia yang akan mengemis nanti,” jawab Alka dengan sangat yakin.   “Kenapa lo bisa seyakin itu?”   “Pegang ucapan gue,” jawab Alka yang membuat Zello terdiam sejenak.   “Maaf sekali lagi ya Ka, gue pasti akan mendapatkan bukti secepatnya kok,” ucap Zello yang merasa bersalah.   “Tidak masalah Zello, gue hanya ingin dia mendapat balasan yang setimpal dengan apa yang sudah dia lakukan terhadap Keyra,” balas Alka yang membuat Zello tersenyum mendengarnya.   “Oke deh kalo begitu… sampai ketemu besok Alka sayang,” ucap Zello yang kembali sumringah.   “Lo bicara seperti itu lagi, jangan harap hidup lo tenang,” balas Alka geram.   “Bercanda Ka, baperan banget sih jadi orang,” ucap Zello lalu langsung memutuskan sambungan telepon begitu saja karena tak ingin mendengar omelan dari sang teman sekaligus atasannya itu.   Setelahnya, ia pun langsung menaruh kembali ponselnya di atas nakas dan menarik selimut untuk membungkus tubuhnya yang sedikit kedinginan. Ya, malam ini memang cukup dingin, ditambah lagi AC yang berada di kamar Zello memang sangatlah dingin. Tak butuh waktu lama bagi Zello untuk tidur, kini ia pun sudah mulai masuk ke dalam alam bawah sadarnya.   ***   Keesokan harinya, saat ini Zello tengah mengobrol dengan temannya di tempat biasa, yaitu halaman belakang sekolah. Keduanya tak hanya mengobrol, Zello yang membawa sandwich dari rumah pun membaginya pada Alka. Sehingga keduanya pun kini tengah menikmati sandwich buatan Zellin bersama.   “Ka, sampai sekarang Viola belum ada tanda-tanda sama sekali… dia marah beneran ya?” tanya Zello cemas sendiri.   “Tidak mungkin, dia hanya jual mahal,” jawab Alka yang tampak santai.   “Hm, mudah-mudahan saja begitu… ngomong-ngomong Keyra gimana kondisinya?” tanya Zello yang tak pernah bosan menanyakan perihal kondisi istri temannya itu.   “Masih belum sadar, dokter bilang kalau sampai minggu depan Keyra belum juga sadar, dia akan dinyatakan koma,” jawab Alka dengan raut wajah yang berubah drastis.   “Koma? Tapi dokter bilang Keyra kan hanya tertidur sebelumnya.”   “Ya, itu sebelumnya… namun semalam dokter berkata seperti itu,” balas Alka yang membuat Zello menghela nafasnya panjang.   “Ka, gue akan selalu do’ain Keyra agar cepat sadar kok, nanti pulang sekolah gue boleh kan jenguk dia lagi?” tanya Zello sambil memegang bahu sang teman berniat menguatkan.   “Tentu.”   “Sip deh, jadi nanti lo juga bisa istirahat… biar gue yang jaga Keyra,” balas Zello yang membuat Alka pun menoleh ke arahnya.   “Thanks,” ucap Alka dengan senyum samarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN