Jack melangkah gontai dengan mata yang masih sembab. Dia tentu saja tidak bisa menerima kenyataan itu. Segala macam perasaan kini berkecamuk di dadabya. Berbaur jadi satu dan membuatnya jiwanya tergonjang. Ada amarah, benci, dan kecewa yang berpadu jadi satu. Tiba-tiba tungkai kakinya terasa melemah. Dia akhirnya terduduk di tepi trotoar di tengah hiruk pikuk kendaraan yang melintas. Rentetan bunyi klakson dan deru mobil tak lagi terdengar di telinganya. Tatapan matanya kosong. Raut wajahnya terlihat sangat putus asa. Jack merasa hampa di tengah keramaian. Lama dia terpana dalam rasa bimbang yang memenuhi sudut hatinya. hatinya pun terus bertanya-tanya. Bagaimana bisa Asha mengkhianatinya seperti itu? sekejam itu? Tapi Jack tidak bisa menyerah begitu saja. Setelah semua pengorbanan. S