KETERKEJUTAN NIA

892 Kata
7. KETERKEJUTAN NIA   Raffa menatap Ocha yang sedari tadi duduk dengan gelisah di hadapannya dan sesekali melirik kearahnya. "Kenapa?" tanyanya.   Ocha menoeh menatap Raffa. "Saya takut, bagaimana jika orang tua saya marah besar nanti saat tau masalah ini?" cicit Ocha pelan.   Raffa mengerti sekarang akan kegelisahan yang dirasakan oleh Ocha sedari tadi.  "Telpon mereka," ucap Raffa.   Dengan ragu Ocha mengangguk lalu mencari kontak orang tuanya dan segera menelponnya.   "Hallo?" ucap suara di sebrang sana.   Raffa memberikan kode pada Ocha agar menjawabnya. "Hallo Mah?" jawab Ocha.   "Hai Sayang, kenapa hm? Tumben kamu telpon Mama?"   "Em ... Mama bisa pulang? Ada yang harus aku omongin. Penting."   "Kenapa gak sekarang aja? Mama lagi sibuk soalnya."   "Aku mohon, Mah," ucap Ocha dengan nada memelas.   "Baiklah, Mama akan pulang bersama Papa kamu nanti malam."   "Makasih, Mah."   "Ya udah, Mama tutup dulu ya? Bye ... love you Sayang."   "To, Ma." Ocha menyimpan ponselnya setelah sambungan telponnya selesai.   "Sekarang, kita kerumah saya,"  ucap Raffa.   "Tap--"   "Saya tidak ingin menutupi semuanya dari orang tua saya," potong Raffa.   Raffa bangun dari sofa, kemudian mengambil kunci mobilnya dan berjalan kearah Ocha. "Ayo!" ajak Raffa sembari mengulurkan tangannya.   "Saya tau kamu pasti masih kesakitan saat berjalan," lanjut Raffa dan berhasil membuat pipi Ocha memerah.   Ocha perlahan berdiri dan menerima uluran tangan Raffa. Satu tangan Raffa menggenggam tangan Ocha, dan satu tangannya lagi memeluk pinggang Ocha. Keduanya berjalan meninggalkan kamar hotel yang sebelumnya sudah mereka bersihkan. Lebih tepatnya mungkin hanya Raffa saja yang membersihkannya.   *******   Raffa mengendarai mobil miliknya menuju rumahnya bersama Ocha di sisinya yang hanya duduk diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.   Setelah sampai dirumahnya, Raffa menghentikan mobilnya kemudian keluar terlebih dahulu. Ia berjalan memutar lalu membukakan pintu untuk Ocha dan kembali membopongnya berjalan masuk ke dalam rumahnya.   Raffa menekan bel rumahnya dan tak lama kemudian pintu rumah terbuka oleh Nia--Mama Raffa.   "A, kamu kem--" Nia menghentikan ucapannya saat melihat Raffa tak sendiri.   "Siapa dia, A? " tanya Nia dengan penuh selidik.   "Ceritanya di dalem, Mah," ujar Raffa lalu berjalan masuk bersama Ocha mendahului Nia.   Nia menatap aneh saat melihat Ocha yang berjalan dengan tertatih-tatih dibantu oleh Raffa. Pikiran negatif mulai meracuni pikiran Nia, tapi buru-buru ia menghilangkan pikiran negatif itu karena ia yakin bahwa putranya tidak akan melakukan hal sebodoh itu.   Nia menutup pintu rumahnya lalu berjalan menghampiri Raffa dan Ocha di ruang tamu. "Jadi, dia siapa?" tanya Nia setelah duduk di sofa single.   "Dia calon istri aku," ucap Raffa dengan entengnya. Hal itu membuat Nia hampir saja jantungan.   "Apa maksud kamu A? Bukannya sebelumnya kamu gak punya pacar? terus kenapa tiba-tiba kamu bawa dia sebagai calon istri kamu?" tanya Nia heran.   Raffa membuang napasnya lalu mulai menceritakan semua kejadiannya pada Nia tapi tidak untuk ‘itu’ nya. "Dia akan mengandung ana----"   Ucapan Raffa terhenti saat tiba-tiba Nia hampir saja terjatuh pingsan setelah mendengar semua cerita Raffa. "Jangan bilang kalo dia beneran ngandung anak kamu?!" ucap Nia setengah berteriak. "A, Mama gak pernah ngajarin kamu untuk ngerusak seorang perempuan, karena jika kamu melakukan itu, sama saja kamu merusak Mama sebagai perempuan!"   Raffa terdiam dan tak mampu mengeluarkan sepatah katapun, sebelumnya ia tak pernah melihat Nia--Mamanya semarah ini. Sedangkan Ocha, ia menundukan kepalanya dan berusaha menahan air matanya agar tak menetes.   Pandangan Nia terarah pada Ocha yang sendang menunduk di samping Raffa lalu berjalan ke dekat Ocha. "Bisa kita bicara berdua?"   Ocha mendongakan kepalanya lalu menatap Nia dan menganggukan kepalanya.   "Kamu tunggu disini A!" Nia berjalan ke arah salah satu pintu kamar lalu membukanya dan mempersilahkan Ocha agar masuk ke dalam kamar itu.   Nia menutup pintu kamar itu lalu terdiam, dan menatap manik mata Ocha yang sudah berkaca-kaca. "Maafin anak Tante karena sudah menghancurkan masa depan kamu," ucap Nia dan tiba-tiba saja memeluk tubuh Ocha.   "Maafkan Tante juga karena gagal mengajari anak Tante untuk menjadi laki-laki yang baik."   Air mata yang tadinya Ocha bendungpun akhirnya keluar dan menetes begitu saja di pipinya. "Tante gak gagal, tapi tante berhasil menjadi ibu yang baik," ucap Ocha dengan air mata yang terus keluar dari pelupuk matanya.   "Jujur saya kecewa dan marah saat tau bahwa harta yang selama ini saya jaga sudah diambil oleh anak Tante, tapi saya sadar bahwa ini bukan akhir, tapi ini adalah awal kehidupan baru saya yang telah Tuhan pilihkan bersama anak Tante," ujar Ocha dengan suara bergetar karena menangis.   "Kamu anak yang baik, dan kamu seharusnya tidak mendapatkan masalah besar ini," ucap Nia lalu melepaskan pelukannya.   "Siapa nama kamu?" tanya Nia karena ia belum mengetahui nama Ocha dan asal usulnya.   "Ocha, Tante," balas Ocha.   "Kamu kuliah dimana? Orang tua kamu?"   "Saya masih sekolah, Tante, orang tua saya kerja di Belanda."   "Ka-kamu masih sekolah?" tanya Nia masih tak percaya.   "Iya, Tante, saya sekolah di SMA Bangsa."   "Berarti kamu murid Raffa?"   Ocha menganggukan kepalanya dua kali.   "Astaga," gumam Nia tak percaya. Wanita yang akan menjadi calon mantunya ini adalah murid Raffa sendiri.   "Bagaimana dengan orang tua kamu? Apa mereka sudah tau masalah ini?" tanya Nia dan dibalas gelengan kepala oleh Ocha.   "Mereka baru akan pulang malam ini," jawab Ocha.   "Sebaiknya kamu cepat-cepat beri tau orang tua kamu, dan nanti malam Tante akan ikut ke rumah kamu bersama Raffa," ucap Nia sembari mengelus rambut Ocha.   "Iya Tante."   "Oh iya, mulai sekarang jangan panggil Tante, tapi Mama! karena sebentar lagi kamu akan jadi mantu Mama oke?" ujar Nia dan memeluk Ocha lagi.   "I-iya, Ma," balas Ocha tersenyum kecil lalu membalas pelukan hangat Nia.   "Ayo kita keluar, pasti Raffa udah nungguin," ucap Nia kemudian membuka pintu kamar itu dan keluar bersama Ocha.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN