RENCANA PERNIKAHAN

1273 Kata
9. RENCANA PERNIKAHAN   Malam ini Nia--Mama Raffa datang kerumah Ocha bersama Raffa dengan membawa beberapa paperbag ditangannya. Lena yang membukakan pintu rumahnya langsung saja menyambut hangat kedatangan calon besannya dan mempersilahkannya masuk.   "Halo, pasti Mamanya Nak Raffa ya? Ayo silahkan duduk," ucap Lena pada Nia.   "Iya," balas Nia tersenyum lalu memberikan paperbagnya pada Lena.   "Lho, ini apa?"   "Ini kue yang aku bikin sendiri, dicobain ya Jeng," ucap Nia kemudian duduk di sofa.   "Duh jadi ngerepotin ngebawain kue segala."   "Gak papa atuh, Jeng," balas Nia sembari tertawa pelan.   "Bi, Bibi?" panggil Lena pada Bi Sani.   "Iya, Nyonya, kenapa?" tanya Bi Sani.   "Tolong taro kue ini ke piring terus bawa kesini sekalian minumannya, ya?" ujar Lena dan diangguki Bi Sani.   "Ochanya mana ini? Kok gak keliatan?" tanya Nia.   "Oh dia lagi di kamarnya, bentar aku pangg--"   "Gak usah, Mah, aku udah dateng. Mendingan Mama panggil Papa aja," potong Ocha yang baru saja turun dari tangga.   "Ya udah, permisi ya, Jeng," kemudian Lena berjalan meninggalkan ruang tamu.   "Itunya udah gak sakit lagi sayang?" tanya Nia hati-hati menanyakannya setelah Ocha duduk di sofa yang berada di hadapannya.   "Mah!" tegur Raffa karena menurutnya pertanyaan yang Mamanya itu sangat pribadi walaupun tidak diperjelas ucapannya.   Ocha tersenyum gugup kemudian menganggukkan kepalanya.   "Apa? Mama cuman nanya itu doang. Ocha aja gak masalah Mama tanya gitu, kenapa kamu sensi?" balas Nia pada Raffa.   Raffa memutar matanya lalu mendengus sebal.   "Oh iya sayang, kata Raffa kalian akan nikah dua hari lagi? Kamu udah siap emangnya?"   "Bukannya lebih cepat itu lebih baik," bukan Ocha yang menjawab melainkan Reno-Papa Ocha yang baru menuruni tangga bersama Lena.   "Ini suamiku lho, Jeng, dan Mas, ini Mamanya Nak Raffa ," ucap Lena pada Nia, dan suaminya.   "Salam kenal calon besan, saya Nia Mama Raffa," ucap Nia pada Reno.   "Reno Papa Ocha, dan ini istri saya Lena," balas Reno seraya tersenyum kemudian duduk di sofa single sedangkan Lena ia duduk di samping Ocha.   "Ini Tuan, Nyonya kue nya," ucap Bi Sani kemudian menaruh piring berisi kue yang dibawakan Nia tadi di meja.   " aku coba ya jeng " ujar Lena lalu mencicipi kue yang dibawa Nia tadi.   "Em ... enak banget, jadi pengen tau resepnya deh," gurau Lena setelah mencicipi kue buatan Nia.   "Haha iya, nanti kita bikin bareng-bareng, Jeng," balas Nia sembari tertawa pelan.   Kemudian semuanya mulai membicarakan tentang pernikahan Raffa dan Ocha yang akan segera di adakan dalam dua hari kedepan ini.   "Jadi, mau siapa aja yang akan di undang?" tanya Reno setelah selesai bicara.   "Orang-orang terdekat aja, lagian sebaiknya pernikahan ini kita privasikan dulu, karena kan, Ocha masih sekolah," ucap Nia dan diangguki oleh Lena.   "Bener kata Jeng Nia, Mas," timpal Lena.   "Hm Raffa siapa saja yang ingin kamu undang?" tanya Reno pada Raffa yang hanya menyimak sedari tadi.   "Hanya beberapa rekan kerja dekat saja,"  balas Raffa seadanya.   "Kamu sayang?" tanya Lena pada Ocha.   "Gak ada," jawab Ocha.   "Oke karena semuanya sudah kita rencanakan, berarti besok kita mulai mendekor semuanya," ucap Reno yang langsung diangguki semuanya.   "Oh iya, ini Mama tadi liat-liat tema dekor pernikahan, liat deh bagus kan?" tanya Lena lalu memberikan ponselnya pada Ocha.   Ocha melihat semua dekor pernikahan di ponsel Mamanya namun menurutnya semua gambar itu terlalu mewah dan berlebihan.   "Gimana sayang, kamu suka yang mana?" tanya Nia.   "Maaf, Mah, tapi aku gak suka sama semuanya. Aku mau semua dekorannya sederhana aja, karenakan hanya orang dekat aja kan yang dateng? Jadi gak usah terlalu mewah dan berlebihan," ujar Ocha.   "Baiklah jika itu kemauan kamu, semuanya akan seperti yang kamu inginkan," ucap Reno.   Setelah selesai membicarakan semuanya, Nia memutuskan untuk pulang karena hari sudah semakin malam.   "Gak mau nginep aja, Jeng?" tawar Lena dan dibalas gelengan kepala oleh Nia.   "Gak usah lah, nanti ngerepotin belum jadi besan juga kan? Gak enak jadinya," balas Nia sembari tertawa.   "Ya udah, Jeng, kami pamit ya? Ayo A!" lanjut Nia lalu berjalan masuk ke dalam mobil begitu dengan Raffa setelah berpamitan pada Reno dan Lena.   Raffa menekan klakson mobilnya kemudian menjalankannya meninggalkan rumah keluarga Ocha.   ********   Ocha menutup pintu kamarnya lalu membaringkan tubuhnya di kasur. "Mimpi apa ya gue sampe-sampe takdir gue nikah sama guru gue sendiri," gumam Ocha sembari menatap langit-langit kamarnya.   Tiba-tiba Ocha teringat sesuatu, ia segera bangun kemudian berjalan menuju kaca hiasnya yang ukurannya cukup besar. Ocha mencondongkan kepalanya ke kaca lalu membuka dua kancing kemejanya. Ia menemukan tanda merah yang lumayan banyak di bawah lehernya.   "Aish," Ocha menggosok-gosok jejak merah itu namun tetap saja tak menghilang.   "Seliar itu kah?" tanya Ocha pada dirinya sendiri.   Ocha mengancingkan kembali kemejanya lalu berjalan kembali ke tempat tidurnya. Ia menutup mulutnya saat ia menguap, karena rasa ngantuk  mulai merasukinya, Ocha memutuskan untuk tidur.   ********   Pagi ini atau hari ini, Ocha tidak masuk sekolah dan hanya berdiam diri dikamar seraya  memainkan ponselnya saja, tapi sebelumnya ia sudah meminta Aski untuk mengijinkannya dengan alibi ada urusan keluarga. Sedangkan diluar semua orang sedang menyiapkan acara pernikahannya yang akan digelar besok.   "Sayang?" panggil Lena dari luar pintu kamar Ocha.   "Masuk aja, Mah," balas Ocha pada Lena.   Lena membuka pintu kamar Ocha lalu masuk dan menghampiri Ocha yang sedang berbaring di tempat tidur. "Makan dulu, ya? Dari semalem kamu belum makan, emang gak laper?" ucap Lena lalu memberikan nampan berisi makanan yang ia bawa pada Ocha.   "Iya," balas Ocha lalu menaruh ponselnya dan menerima nampan dari Lena.   Makanan yang Lena bawa adalah makanan kesukaannya, tentu saja ia tak akan menolaknya.   "Ya udah, kamu abisin makanannya. Mama mau ke bawah dulu," ucap Lena lalu berjalan keluar kamar Ocha.   Setelah Lena pergi Ocha kembali memakan makanannya.   Dretttt dretttt   Ponsel Ocha bergetar dan munculah beberapa notif di layar ponselnya. Ocha meneguk air terlebih dahulu lalu mengambil ponselnya dan membuka notif itu.   Ocha terdiam sesaat saat membaca notif yang ternyata dari Elang, ia  menggerutkan alisnya. Seingatnya ia tak pernah memberikan nomornya pada Elang.   Elang: P Hai Cha, gue Elang.   Ocha: Iyh Hai Lang.   Elang: Lo kenapa gak masuk sekolah?   Ocha: Gue ada urusan keluarga Jadi gak bisa masuk.   Elang: Ouh, terus kpn lo masuk sklh Lgi?   Ocha: Mungkin seminggu kedepan.   Elang: Lama jga ya.   Ocha: Iyh knp? Kngn lo Sma gue? Elang: Iyah kngen.   Ocha: canda kali gue tuh.   Elang: Iya, gue jga bercanda.   Ocha: Kirain.   Elang: Gue bercanda kalo gak Kangn sma lo.   Ocha tersenyum kemudian segera membalas chat dari Elang.   Ocha: Masa?   Elang: Iyh   Ocha: Bodo   Ketika sedang asik-asiknya berchatan dengan Elang, tiba-tiba saja ponsel Ocha mati karena kehabisan batre. Ocha segera mencari power bank untuk mengisi batre ponselnya yang nol. Setelah menemukannya, Ocha segera mengisi batre ponselnya lalu menaruhnya di narkas menunggunya hingga penuh kembali.   "Sayang, ada Nak Raffa nih cepet turun," teriak Lena.   "Iya bentar," balas Ocha lalu segera turun dari tempat tidurnya dan membawa kembali makanan yang belum ia habiskan itu.   Ocha membuka pintu kamarnya, tapi dirinya berpapasan dengan Lena yang juga membuka pintu jadilah jidat Ocha terpentok pintu.   "Auuh," ringis Ocha lalu mengusap jidatnya sendiri.   "Duh sayang maaf, Mama gak sengaja, abisnya kamu lama turunnya sih jadi Mama samperin deh," ucap Lena lalu mengusap jidat anaknya dengan sayang.   "Udah Mah, gak papa."   "Lho, ini makanannya kenapa gak diabisin?" tanya Lena saat melihat makanan yang tadi ia berikan masih banyak.   "Udah kenyang, Mah," alibi Ocha padahal ia masih ingin makan tapi tak enak nantinya jika harus membuat Raffa menunggunya.   "Ya udah, sekarang kamu turun, Nak Raffa udah nunggu tuh, sini nampannya biar Mama yang taro ke dapur."   Ocha mengangguk kemudian memberikan nampannya pada Lena lalu turun menuruni tangga.   "Nah tuh yang kamu tunggu," ujar Reno pada Raffa saat melihat Ocha menuruni tangga.   "Kenapa, Pah?" tanya Ocha.   "Sini bentar," suruh Reno agar Ocha menghampirinya.   Ocha berjalan menghampiri Reno dan Raffa lalu duduk disamping Reno.   "Raffa mau ngajak kamu untuk beli cincin pernikahan kalian, kamu mau tidak?" tanya Reno.   "Iya, ya udah aku ambil tas dulu," balas Ocha lalu bangkit dari duduknya dan berjalan kembali ke kamarnya untuk mengambil tas selempangannya dan juga mengikat rambut panjangnya yang tergerai.                                  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN