Sarah POV. Masih di rumah orang tuaku, rumahku sesungguhnya. Setelah mama kembali dengan secangkir teh hangat untukku dan aku menurut meminumnya, setelah itu tidak ada yang bicara banyak. Mama kembali menonton TV dan membiarkan aku bertahan memeluk pinggang papa Roland dan tentu papa Roland merangkul bahuku. Menye menye versi aku yang sudah dewasa. Kalo aku masih sekecil waktu TK atau SD, pasti aku sudah di gendong papa Roland. “Istirahat dulu sana. Besok kita ngobrol banyak. Supaya pikiranmu fresh juga untuk bercerita dan papa akan dengarkan seperti biasanya. Okey?” tegur papa Roland. Dari dulu begitu. Setiap kali aku suntuk atau kesal pada sesuatu, pasti baik papa atau mama tidak akan langsung mengajakku bicara. Tapi akan membiarkan aku tenang dulu. Soalnya menurut mereka percuma meng