bc

CINTA MATREALISME

book_age18+
0
IKUTI
1K
BACA
one-night stand
HE
confident
boss
bxg
lighthearted
brilliant
office/work place
office lady
assistant
seductive
like
intro-logo
Uraian

Zea wanita karir yang fokus mencari uang sebanyak-banyaknya untuk keluarganya yang serba kekurangan dikampung, namun terjebak one night stand dengan bos nya yang dingin dan rasional. anehnya setelah malam itu, Damian berubah candu pada tubuh Zea disaat dia membutuhkan banyak uang. setelah banyak mengeruk uang Damian, Zea malah pergi secara tiba-tiba sesaat sebelum Damian menghadapi masa sulitnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Zea pergi karena telah puas mengeruk uang Damian, atau malah karena kehamilannya?

chap-preview
Pratinjau gratis
PERTEMUAN KEMBALI DAN KILAS BALIK
"Brak" Tangan Damian mengebrak meja dengan keras tanda tak terima dengan alasan yang keluar dari mulut Zea. Wanita berusia tiga puluhan itu berusaha menutupi tubuhnya yang gemetar hebat akibat atmosfer ruangan yang tak bersahabat. Dia dengan sekuat tenaga mempertahankan posisi tegap agar lawan bicaranya yang lebih garang itu percaya dengan apa yang diutarakannya tadi. "Kalau memang sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, saya izin kembali keruangan saya, pak, permisi" ungkap Zea memecah keheningan, lalu tanpa menunggu persetujuan beranjak pergi meskipun pernyataannya berkebalikan. Zea dengan cepat berusaha menarik gagang pintu. Namun lengannya ditarik sehingga memutar seratus delapan puluh derajat dan dibenturkan ke pintu yang semula ingin dia buka. Tubuhnya dikunci dengan jarak tipis yang dibuat oleh si lawan bicara. Dua lengan kekar laki-laki itu ikut andil juga agar tubuh Zea tak berpindah tempat. Mata Damian menelisik. Seperti sedang mencari celah yang mungkin ia lewatkan. Sedangkan Zea tetap teguh dengan rahang setengah menggeras, takut jikalau mulutnya mengeluarkan penjelasan yang tidak perlu. "Alasanmu tak masuk akal Zea, dan aku tidak puas" "Apa yang sebenarnya anda inginkan?" tanya Zea sembari menatap nyalang mata tajam yang sangat gelap itu. "Aku masih ingat betul kejadian malam itu. Bagaimana tubuhmu menggeliat dibawah kendaliku" ungkapnya dengan seringai iblisnya dan tatapan penuh nafsu. "Lalu apa yang anda harapkan?" "Kau masih menggelak?" "Saya tidak menggelak. Saya hanya memberikan jawaban dari pertanyaan anda tadi, pak" "Tidak. Kau jelas berbohong. Aku yakin karena malam yang panas itu, kamu hamil, kan?" "Maaf karena kenyataannya saya tidak hamil pak" "Aku yakin saat itu aku tidak memakai pengaman, dan aku melakukan pelepasan berkali-kali ke rahim mu" "Saya sudah menjawab pertanyaan anda dua kali. Dan untuk ketiga kalinya jawaban saya akan tetap sama. Jadi bolehkah saya melanjutkan pekerjaan saya? Saya datang ke kantor untuk bekerja pak, tolong jangan seperti ini" "Kau berbohong, kan?" "Pak!!! Bisakah ada minggir, saya ingin kembali ke meja saya, atau nanti akan ada rumor jelek mengenai saya yang tersebar!" ucap Zea dengan nada sedikit tinggi namun putus asa. Lelaki satu ini memang keras kepala. Dia tidak akan melepaskan Zea sebelum benar-benar mendapatkan jawaban yang dia minta. Meskipun belum mendapatkan jawaban yang dia inginkan, tapi Damian tak pernah kehabisan akal. Dia kemudian melonggarkan sedikit cengkramannya dan merogoh sakunya. Sebuah foto seorang wanita sedang tertawa sembari menggendong anak kecil dipundaknya itu diarahkan tepat didepan mata Zea. Seketika Zea membelalak. Itu adalah potret dirinya dengan Leo, putra semata wayangnya yang masih belum genap 4 tahun. Foto itu jelas tak pernah dia sadari terabadikan begitu pas sehingga membuat mulutnya terkatup rapat. Saat ini, tubuhnya bergetar hebat dan dia tak sanggup menutupinya dari Damian. "Bisa kau jelaskan?" Zea tetap diam, meskipun wajahnya setengah pucat. Pandangannya kosong, otaknya berusaha mencari kata-kata. Sedangkan Damian terlihat senang. Ekspresi jujur Zea ini begitu ia nikmati. Meskipun cukup lama terdiam, namun Damian tau kebisuan Zea lebih jujur dari sikap dinginnya tadi. "Aku menginginkan anak ini. Aku berhak atasnya dan kau tau itu" ucap Damian setengah mengancam. Tatapan Zea berubah tajam penuh emosi. Tubuhnya yang gemetar tadi seketika menjadi tegap sempurna seolah tak pernah merasakan ketakutan hebat. "Apa maksud anda? Saya tidak mengerti. Ini adalah anak saya, tidak ada yang lebih berhak kecuali saya. Saya bisa menuntut anda secara hukum, camkan itu, Pak Damian yang terhormat" tantang Zea kesal sembari menyingkirkan lengan kanan Damian yang masih mengurungnya dan dengan cepat meninggalkan ruangan itu. *** Lima tahun lalu... Azea vivian dermawan, perempuan berusia 27 tahun dengan paras rupawan. Dia lulusan dari universitas terfavorit dengan ipk cumclaude di jurusan bisnis. Sayangnya, perempuan yang disapa Zea itu berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah. Dia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya saat ini masih bersekolah menengah. Sejak kuliah, di sudah bekerja part time untuk memenuhi kebutuhan maupun untuk memberi sekedar uang saku adiknya. Meskipun sudah mendapat beasiswa full hingga saat dia lulus strata satu, Zea masih kekurangan biaya karena kondisi ibu kandungnya yang sakit-sakitan, sedang ayahnya sudah lama meninggal. Kondisi inilah yang kemudian memaksa Zea berfikiran matrealistis. Dia selalu memandang sesuatu berdasarkan nilai dan nominal. Dalam fikirannya tak pernah terbesit kata cinta, namun Zea pernah beberapa kali pacaran. Itupun karena memang Zea membutuhkan asupan dana dari kekasihnya. Kini Zea sudah 2 tahun bekerja di perusahaan start up yang cukup sukses. Meskipun terbilang perusahaan start up, namun namanya cukup dikenal dan bahkan tahun depan akan mendaftarkan diri di bursa efek. Zea berposisi sebagai sekretaris di perusahaan ini. Bekerja secara lurus adalah prinsipnya dikantor. Sehingga beberapa tawaran untuk menjalin hubungan asmara ditolaknya, karena memang menurut Zea tidak menguntungkan baginya. Prioritas Zea saat ini hingga beberapa tahun kedepan ada kenaikan pangkat dan bonus yang tinggi. Terlebih karena akhir-akhir ini kondisi kesehatan ibunya kian memburuk. Ameerha, adik Zea, sampai tak bisa meneruskan pendidikan ke jenjang universitas dan lebih memilih merawat ibunya dirumah. Ibu dan adik Zea tinggal dikampung. Ameerha menemani ibunya sembari sedikit-sedikit belajar menjahit baju, belajar dari ibunya. Setiap bulan, Zea memberikan setengah lebih dari gajinya untuk mereka berdua. Oleh karena itulah, Ameerha tak pernah menuntut lebih pada kakaknya itu. Hari ini Zea lembur. Dia harus menemani CEO perusahaannya untuk menghadiri lelang vendor menggantikan asisten pribadinya yang mengambil cuti karena istrinya melahirkan. Kesempatan emas seperti ini, jelas tak akan Zea sia-siakan. Untung saja Zea memakai pakaian terbaiknya hari ini. Dia juga sudah melakukan touch up sehingga penampilannya jelas sempurna. Damian Venedikt, pria blasteran indo-rusia berusia tiga puluhan itu adalah CEO perusahaan, yang baru kali pertama ini Zea lihat wajahnya. Sejenak, Zea melongo melihat bosnya itu turun dari mobil mewahnya. Garis tegas rahang dengan d**a bidang atletis yang dibalut dengan setelan jas rapi dan terlihat mahal itu berhasil membius Zea. Bosnya memang tampan, dan juga kaya. Wajahnya yang nyaris sempurna itu kontras dengan perawakannya yang dingin dan kurang bersahabat. Beberapa rumor yang tersebar tentang Damian adalah sikapnya yang terlalu realistis dan cenderung perfeksionis. Jadi tak jarang beberapa bawahan yang berhubungan langsung dengannya kenyang dengan mulut pahitnya. Damian lebih suka menyetir sendiri. Tak ada supir, karena memang bos muda nya ini lebih suka kemandirian. Melangkah mendekati Zea, Damian mengarahkan pandangannya seolah sedang menilai. "Kamu ya yang ikut saya lelang malam ini?" tanyanya membuyarkan lamunan Zea tentang d**a bidang dan roti sobek bosnya. Astaga Zea apa sebenarnya isi kepalamu? Kenapa dipertemuan pertama seperti ini malah kepikiran roti sobek, batin Zea sambil merutuki diri nya sendiri. "Benar, pak. Saya Zea, dari divisi sekretaris, yang menggantikan posisi Pak Alfred untuk menemani bapak diacara lelang nanti" jelas Zea sambil menunjukkan sikap profesionalisme nya. "Oke. Kamu bisa menyetir mobil?" "Maaf, pak?" "Kalau tidak bisa, kamu bisa ikut naik di mobil saya" Zea pikir dia akan disuruh untuk membawa mobil bosnya itu. Syukurlah hal itu tidak terjadi, bukan karena tak mau, tapi Zea tidak bisa menyetir. Meskipun Zea pintar dan rajin disegala bidang, namun urusan memegang kemudi tidak ada dalam catatan skill yang dia kuasai. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, Zea berusaha mendengarkan penjelasan dari bosnya. Sesekali Zea juga memamerkan apa saja yang sudah dia pelajari berkaitan dengan lelang malam ini dan menanyakan beberapa hal. Hingga tak terasa mobil mereka sudah berada di halaman depan hotel. Hotel Van Java, hotel bintang lima dengan ballroom mewah yang disewa khusus untuk perjamuan lelang vendor dan investasi yang dihadiri beberapa perusahaan besar ibukota. Malam itu, segala presentasi dan obrolan bisnis cukup berjalan lancar. Bahkan tanpa diduga mereka memenangkan lelang vendor dan langsung menandatangani MoU kontrak dengan perusahaan besar. Seperti sedang panen besar, Zea tak menyangka dirinya yang baru pertama kali ikut dalam acara seperti itu berhasil memenangkan kontrak bernilai milyaran. "Kamu bilang tadi dari divisi mana?" tanya Damian memecah keheningan dalam mobil. Setelah acara selesai, mereka bergegas pulang karena harus mempersiapkan meeting besar menindaklanjuti keberhasilan mereka tadi. "Divisi sekretaris pak" jawab Zea penuh senyum "Ohh oke. Mulai besok, saya akan bilang ke HRD untuk pindahkan kamu jadi asisten pribadi saya" "Maaf sebelumnya pak, tapi bagaimana dengan Pak Alfred? Bukankah beliau hanya mengambil cuti? Tanya Zea sedikit terkejut dengan pernyataan Damian. "Dia tetap asisten pribadiku, dan ya dia mengambil cuti. Tapi aku tak mungkin sanggup mengurus proyek besar ini sendirian ditengah cutinya" jawab Damian tanpa mengalihkan fokusnya dijalanan. "Oh begitu pak, baik kalau begitu pak. Besok saya akan bersiap" lalu perbincangan singkat itu berhenti hingga Damian sampai didepan rumah kontrakan milik Zea. Rumah kontrakan Zea terbilang jauh dari kantor, namun kebetulan agak dekat dengan hotel tadi. Rumah kontrakan berukuran kecil itu cukup murah untuk dia sewa. Sehingga meskipun jaraknya cukup jauh dari kantor, Zea tak masalah.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
114.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
18.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
217.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
199.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook