Gilang menghela napas kasar. Kali ini dia tidak akan menutupi rahasia yang selama ini dia pendam sendiri di dalam hati. "Ya, lebih dari itu," sahut Gilang tanpa keraguan. "Aku mencintainya, seperti kamu mencintainya." Kedua tangan Dirga mengepal sempurna di sisi tubuhnya. Aliran darahnya seperti tersengat listrik yang membangkitkan rasa panas dan menjalar keseluruh tubuhnya. "Sejak kapan?" tanya Dirga lagi. Dia ingin tahu semuanya, tanpa ada yang tertutupi sedikit pun. Kepalang tanggung, hatinya siap tidak siap akan menerima kembali rasa sakit yang teramat luar biasa yang tak pernah terduga olehnya. "Sejak menyatakan perasaan dengannya. Selama itu juga aku mencintainya." Dirga tersenyum sarkas. "Brengseek!" Satu kepalan tangan Dirga berhasil mendarat apik di wajah Gilang. Sunggu