bc

My Husband My Step Brother

book_age18+
7.0K
IKUTI
55.3K
BACA
family
goodgirl
CEO
drama
tragedy
sweet
bxg
office/work place
enimies to lovers
first love
like
intro-logo
Uraian

Lilyana Denira akrab disapa Lily, tidak pernah membayangkan kalau pernikahan kedua Ibunya akan membawa perubahan besar dalam hidupnya yang selama ini damai dan tenteram. Penyatuan dua keluarga membuat Lily memiliki saudara tiri bernama Axel Wardana. Pria yang memiliki tatapan dingin tersebut tidak pernah membuat hidup Lily tenang.

Namun, siapa sangka ternyata keduanya pernah terlibat dalam peristiwa yang belum tuntas di masa lalu. Belum lagi saat sosok wanita yang dihindari Lily muncul dan memiliki kaitan dengan Axel.

Bagaimana Lily menjalani hidup ditengah ancaman Axel dan apa yang akan dilakukan Lily terhadap sosok wanita yang sudah menghancurkan keluarganya?

chap-preview
Pratinjau gratis
1. GANTUNG
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam dan meja seorang Lliyana Denira berusia dua puluh empat tahun, yang bekerja sebagai teller bank swasta terkenal masih berantakan dengan beberapa berkas. Hari ini ia memutuskan lembur agar weekend besok tidak harus datang untuk menyelesaikan pekerjaan. Besok ia berencana pulang ke rumah mamanya karena sudah dua minggu ia tidak mengunjungi Grace dan Jasmine, adiknya. Ia tidak sendiri, ada beberapa pegawai yang masih lembur jadi ia tidak perlu merasa khawatir.  “Kamu belum pulang?” Suara dari arah depannya membuat gadis yang akrab dipanggil Lily terkejut lalu mendongak ke arah depan. “Pak Hery? Saya kira siapa,” ucap Lily dengan perasaan lega. “Maaf kalau saya bikin kamu kaget. Kenapa belum pulang?” “Saya masih ada pekerjaan, Pak. Sebentar lagi selesai.” Hery menoleh ke arah meja Lily yang memang terlihat banyak berkas menumpuk, “Tapi ini sudah malam. Besok masih bisa lembur sebelum akhir bulan.” Lily menggaruk tengkuknya, “Besok saya sudah punya rencana Pak, jadi saya selesaikan sekarang saja biar besok tidak perlu lembur.” “Oh begitu. Kamu bawa kendaraan?” tanya Hery, pria berusia tiga puluh tahun yang hidupnya masih betah melajang. Padahal dari segi penampilan, ia termasuk pimpinan cabang yang ganteng dan hidupnya sudah mapan. Namun sampai saat ini, Hery belum terdengar menjalin hubungan dengan wanita mana pun. “Saya naik ojek atau taksi online, Pak. Kan jarak kantor sama tempat kos saya tidak jauh. Kalau jalan kaki saya juga bisa.” Hery mengernyitkan alisnya, “Jangan jalan kaki, ini sudah malam sangat berbahaya kalau wanita masih ada di luar sendirian.” “Iya saya tahu itu, Pak. Makanya saya naik taksi saja kalau pulang selarut ini.” Ini bukan kali pertama Lily lembur jadi ia tahu apa yang harus dilakukan saat pulang malam. “Saya antar kamu pulang. Dari pada saya kepikiran?” Lily melongo mendengar ucapan atasannya. “Nggak usah Pak, saya nggak masalah kok pulang sendiri. Lagi pula saya nggak enak sama teman-teman yang lain kalau Bapak mengantar saya pulang.” Lily tidak ingin hidupnya yang tenteram harus terusik karena gosip di tempat kerjanya. Mulut netizen sangat berbahaya, bisa merusak kesehatan mentalnya. Hery mendesah lemah, “Kamu ini memang keras kepala ya. Siapa sih yang tahu kalau saya mengantar kamu pulang? Semua karyawan sudah pulang kan?” Lily menggeleng cepat, “Di ruang office masih ada yang lembur. Ada Mega juga Pak, tapi sepertinya masih ke toilet.” Jangan sampai Mega tahu tentang hal ini karena mulut wanita itu lebih pedas dari cabai setán. “Baiklah kalau kamu tidak mau, saya pulang duluan kalau begitu.” Hery menyerah membujuk Lily karena ini bukan pertama kali seorang Hery mendapat penolakan dari bawahannya dalam konteks di luar pekerjaan. Sebelumnya, juga Lily tidak mau menerima tawarannya dengan alasan yang sama, tidak ingin orang lain salah paham terhadap niat baiknya. “Bapak jangan tersinggung karena saya menolak niat baik Bapak.” Lily merasa tidak enak pada pria yang masih berdiri di hadapannya. “Santai saja, kamu hati-hati pulangnya ya.” Lily mengangguk, “Terima kasih Pak. Bapak juga hati-hati pulangnya.” Hery mengangguk, lalu pergi dari hadapan Lily. Lily menghembuskan napas lega karena akhirnya pria yang menjadi atasannya selama tiga tahun sudah pergi. Ia bisa melanjutkan kembali pekerjaannya yang nyaris selesai kalau saja Hery tidak datang untuk menyapanya. “Oh jadi itu jurus nyari muka sama atasan ya? Pura-pura sibuk biar dapat simpati dari Pak Hery.” Suara dari Mega tidak diragukan lagi tingkat kepedasannya. Lily memutar bola matanya, “Yang cari muka siapa sih, Mbak?” “Siapa lagi kalau bukan kamu. Emangnya tadi Pak Hery ngomong sama setán?” sindir Mega yang meja kerja tepat di sebelah Lily. “Wah aku nggak meerasa tuh, Mbak. Muka udah cantik gini kenapa harus nyari muka lain lagi,” jawab Lily dengan santai. Ia sudah biasa mendengar sindiran Mega sejak ia pertama kali bekerja di sini. Entah apa kesalahan Lily sampai Mega begitu tidak menyukainya. Mega berdecak sebal, “Sombong sekali kamu ya. Pantas saja kamu percaya diri untuk menggoda Pak Hery.” Bukan menjawab, Lily menyumbat telinganya dengan earphon agar tidak mendengar omong kosong dari Mega. Ia lebih mementingkan pekerjaannya dari pada harus buang-buang waktu menanggapi ocehan tidak bermutu dari wanita itu. “Dasar sinting! Rugi kuliah tinggi, kerjaan bagus tapi mulutnya isinya duri landak. Tiap ngomong nyakitin mulu,” Lily membatin. Mega menghempaskan berkas di atas meja yang sebelumnya sudah tersusun karena Lily tidak menanggapi ucapannya. Ia kesal karena tidak pernah bisa memancing juniŏrnya itu untuk beradu mulut. Pembawaan Lily yang selalu tenang kadang membuat Mega gemas dan emosi. Walaupun pada akhirnya Mega kembali merapikan berkas pekerjaannya, setelah itu ia beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan Lily untuk pulang. Lily mengintip lewat sudut mata kepergian Mega dan membuat merasa lega,.“Sabar Ly, makhluk macam begitu jangan pernah ditanggapi, yang ada kamu darah tinggi.” Gumam Lily sambil mengelus dadanya agar merasa tenang. Tepat jam sepuluh malam, Lily sudah selesai dengan pekerjaannya. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kerja. Merentangkan tangan dan melakukan pelemasan pada otot karena pegal setelah digunakan untuk kerja rodi. “Syukurlah sudah beres. Waktunya pulang dan menikmati tidur nyenyak.” Lily merapikan meja serta memasukkan beberapa barang miliknya ke dalam tas. “Ly, lo belum pulang?” sapa Nadine salah satu staf keuangan yang menjadi teman baik Lily selama bekerja di sini. “Eh, gua kira lo udah pulang dari tadi. Ternyata lembur juga?” Lily terkejut dengan kemunculan Nadine. “Awalnya gue udah mau pulang tapi Mbak Nika minta tolong ditemenin. Ya kali gue tega ninggalin emak-emak lagi hamil besar. Lagian nanti tugasnya bakalan gue yang handle kalau dia cuti melahirkan. Sekalian aja gue belajar.” “Terus Mbak Nika mana?” “Masih di ruangan sama Mas Oka, sambil nunggu suaminya jemput.” Lily berdiri dan menghampiri Nadine, “Yuk pulang, udah malem banget. Nanti penghuni sini pada marah karena aktivitas kita yang udah lewat jam kerja.” Niken mendelik, “Lo ngomong sembarangan banget sih.” Lily tergelak, “Ya ampun Nadine, emang  penakutnya lo nggak ketulungan ya.” Lily menggeleng geli. Nadine mencubit lengan Lily, “Ini hadiah buat lo yang selalu godain gue. Udah tahu gue penakut masih juga main-main.” “Ouch, sakit tahu. Lo kasar banget jadi cewek.” Lily mengusap lengan kanannya yang jadi sasaran kekasaran Nadine. Nadine merangkul lengan Lily, “Gue penakut makanya cocok temenan sama lo yang ditakutin sama setán.” Lily menyiku pinggang gadis di sebelahnya, “Lo kira gue pawang setán. Kámpret.” Protes Lily. Kini giliran Nadine yang tergelak kencang. Keduanya keluar dari gedung sambil melontarkan hal-hal konyol yang membuat keduanya tertawa. Lily dan Nadine tidak langsung pulang, tapi mampir terlebih dahulu di sebuah warung tenda yang menjual ayam goreng. Tempat makan yang sudah menjadi langganan keduanya kalau pulang kerja larut malam. Rumah Nadine kebetulan dekat dengan tempat kos Lily sehingga keduanya bisa pulang bersama. “Lembur ya Neng?” tanya Pak Ujang pemilik warung tenda tersebut. “Iya Pak, biasa wanita karir kalau nggak malam ya nggak pulang,” jawab Nadine asal. “Wah Neng berdua hebat sekali. Yang jadi suaminya nanti pasti senang kalau istrinya rajin dan pekerja keras.” Lily tertawa, “Mana ada Pak, yang ada suami kami protes karena istrinya pulang malam terus.” “Kan cari uang buat bantu suami juga, Neng. Masa marah?” tanya polos Pak Ujang sambil menyerahkan dua porsi ayam goreng dan dua porsi nasi putih lengkap dengan teh hangat untuk Lily dan Nadine. “Makasih Pak” ucap Lily dan Nadine bersamaan. “Ya kalau pulang malam, kewajiban istri terlantar, Pak.” Lanjut Lily. “Misalnya ngelonin suami gitu deh Pak,” celetuk Nadine yang langsung mendapat tatapan mendelik dari Lily. “Oalah, berarti istri saya marah dong kalau saya pulang malam karena nggak ada yang ngelonin tidur.” Pak Ujang memang polos maka dari itu Nadine selalu menjadikannya sasaran untuk dijaili. Lily menatap kesal Nadine yang masih saja cekikikan karena berhasil membuat Pak Ujang termakan umpannya. Bahkan Nadine tetap lahap dengan makanannya tanpa peduli dengan kekesalan Lily. “Pak, jangan dengerin omongan teman saya. Bapak kerja sampai malam kan cari uang buat anak istri. Jadi kalau pulang malam dan bawa uang, istri bapak pasti senang walaupun nggak d kelonin tidur sama Pak Ujang.” jelas Lily agar pria polos itu tidak menanggapi serius ucapan Nadine. “Iya Neng, saya kerja juga buat anak istri. Silakan dilanjutkan makannya, saya mau cuci piring dulu,” ucap Pak Ujang lalu meninggalkan Lily dan Nadine yang lahap dengan makanannya. “Eh tadi lo lembur sendiri?” Lily menggeleng, “Sama Mbak Mega.” Nadine mengernyitkan alisnya, “Kok bisa? Bukannya lo sering menghindar buat lembur sama dia?” “Terpaksa, besok gue mau pulang nengok nyokap sama adik gue. Jadi besok gue nggak usah lembur.” “Oh, terus dia nggak bikin ulah lagi?” “Rekor dong kalau sehari nggak gangguin hidup gue” “Diapain lo sama cewek stres itu?” “Tadi Pak Hery nyamperin gue karena belum pulang. Dia nawarin diri buat nganter gue pulang. Ya gue nggak mau, apa kata karyawan yang lain gue pulang sama Pak Bos.” “Gilá, serius si Pak Bos mau nganterin lo?” “Serius, lo kira gue halu,” protes Lily. “Terus lanjut-lanjut,” pinta Nadine yang terlihat begitu penasaran. “Terus setelah Pak Hery pergi, eh Mbak Mega datang. Dia nyindir gue cari muka lah, godain si bos lah. Gilá banget emang orang itu.” “Wah parah sih si Mega. Kayaknya lo punya dosa besar sama dia sampai segitunya ngefitnal lo.” “Gue sendiri juga heran, kok dia kayaknya benci banget sama gue. Emang gue ada salah ya sama dia? Perasaan selama di sini gue kalem-kalem aja.” “Karena lo terus aja dapet perhatian sama karyawan cowok. Dan sekarang ditambah Pak Bos, ya makin dongkol itu perawan.” “Gue nggak minta kok buat diperhatiin sama mereka. Kalau gue niat buat cari muka atau goda si bos, udah dari kapan lalu gue terima tiap ditawarin pulang. Buktinya gue nolak terus.” “Emang lo nggak suka sama Pak Hery?” tanya Nadine dengan tatapan menyelidik. Lily diam saja, ia bingung tiba-tiba diberi pertanyaan seperti itu oleh Nadine. “Gue nggak tahu. Kalau gue jawab nggak, takutnya nanti malah suka. Kalau jawab iya, gue masih ngerasa biasa aja,” jawab Lily dengan raut wajah santai. Nadine mendengus kesal, temannya ini selalu saja memberikan jawaban yang menggantung kepadanya. ~ ~ ~ --to be continue-- *HeyRan ------------------ Terima kasih sudah mampir di cerita ini. Sebelum lanjut membaca saya sebagai Author ingin menyampaikan beberapa hal. Jika kalian merasa cerita yang dibaca kurang sesuai, silakan tinggalkan cerita ini untuk meminimalisir kalian menulis komentar negatif. Apabila menemukan kesalahan informasi atau adanya typo bisa disampaikan dengan cara yang baik. Masukan yang positif akan selalu saya terima. Jadi tolong sebelum menulis komentar jahat alangkah baiknya dipikirkan lagi dampak komentar tersebut bagi Author. Saya juga sebagai manusia biasa tidak luput dari segala kesalahan. Terima kasih dan salam sayang untuk kalian   RAN

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Broken

read
7.1K
bc

Love You My Secretary

read
243.4K
bc

The crazy handsome

read
466.3K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
51.5K
bc

The Ensnared by Love

read
105.4K
bc

You're Still the One

read
118.5K
bc

Long Road

read
129.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook