"Apakah salah saya kepada ibu? Kenapa ibu sangat membenci saya?" Tanya Kelana pada ibu mertuanya.
"Saya tidak benci kamu, saya cuma tidak suka sama kamu." Jawab sang ibu mertua dengan ketus.
"Lalu, mengapa dulu ibu merestui pernikahan kami?" Sebuah pertanyaan yang tidak seharusnya diajukan oleh Kelana, karena jawaban yang disampaikan ibu mertua sangat melukai perasaannya sebagai seorang menantu perempuan.
"Karena Adjie sudah kalian beli, jauh sebelum kalian menikah. Saya sudah punya pilihan lain, yang juga dicintai Adjie, tapi dia akhirnya terpaksa harus memilihmu, demi kami, keluarganya, perusahaan dan karyawan kami! Dia menikahimu karena terpaksa, bukan karena cinta."
~~~~
Sebuah - lagi-lagi - cerita mainstream. Tentang keterpaksaan. Tentang pengabdian seorang anak kepada ibunya. Tentang cinta dan ketulusan. Tentang sakit dan pengkhianatan.
Kelana, gadis cantik dan seksi, sudah mentok hatinya hanya pada Adjie, sedari dulu. Adjie adalah sahabat sang kakak. Awal pernikahan yang tanpa cinta dari Adjie, berhasil mereka lalui dengan baik hingga akhirnya sang ibu mertua selalu mengungkit ketidakmampuan Kelana memberikan keturunan. Kelana selama ini selalu mengalah, tapi setiap kesabaran ada batasnya.
Sebagai anak lelaki satu-satunya, sang ibu memberi ultimatum pada Adjie, agar menikah lagi hingga garis keturunan bisa terus berlangsung. Mana yang harus Adjie pilih? Menuruti permintaan ibunya atau tetap bersama Kelana dengan segala konsekuensinya.
Kelana atau ibu atau perempuan dari masa lalunya?