Book 1, Chapter 6 - Clamity -

1586 Kata
Siang itu matahari bertanggar tepat di atas kepala, suhu bahkan mencapai 50 drajat Celcius, suhu setinggi itu biasanya dengan mudah membuat manusia normal pingsan karena dehidrasi dan pusing karena panas yang menyerang kepala. Pemanasan gobal menjadi salah satu penyebab utama dari iklim dan keadaan lingkungan yang rusak, sementara itu ribuan prajurit baru berbaris dengan rapi dilapangan pelatihan. "Perhatian!" Seorang kapten perempuan berbedan tegap dengan tinggi 2,5 meter berdiri di podium, sambil berteriak keras, suaranya menggema hingga baris paling akhir dari barisan prajurit itu. Waktu pelatihan dasar kalian telah selesai, pembagian pangkat kalian akan disesuaikan dengan kemampuan fisik kalian, dan sudah jelas mereka yang lemah harus tunduk dan mengikuti perintah dari mereka yang memiliki pangkat lebih tinggi! ... Pada saat yang bersamaan ketika sang kapten sedang memberikan arahan kepada ribuan prajurit baru. - Pedalaman Hutan – " Dappp!!... Dappp!!... Dappp!!" Suara langkah kaki sekawanan besar mutan terdengar dari kejauhan, jumlah mereka sangat mengejutkan, lebih dari satu juta mutan bergerak dengan cepat ke arah benteng pertahanan kota tersebut. "Roar!! Roar!! Roar!!" Makhluk-makhluk itu mengaum dan meraung dengan keras, beberapa makhluk yang bertubuh sangat besar bahkan menghancurkan pohon-pohon yang dilewatinya. Pergerakkan mereka tidak dapat dihentikan, mereka terbagi menjadi beberapa kawanan, sesuai dengan jenis spesiesnya masing-masing. ... "Wing! Wing! Wing!" Belum sempat menyelesaikan perkataannya sang kapten wanita dan seluruh peserta pelatihan lainnya dikejutkan oleh suara alaram darurat yang berbunyi begitu keras. Sontak seluruh prajurit menjadi panik dan menimbulkan kekecauan di barisan prajurit. Ribuan prajurit senior berlarian keluar barak, sebagian dari mereka yang sedang berlatih di lapangan pelatihan bergegas mengambil perlengkapan mereka masing-masing. "Seluruh pasukan bersiap untuk berperang! Ini bukan latihan, sekali lagi ini bukan latihan!" Dalam kebingungan dan kegaduhan, pengeras suara di seluruh sudut markas memberikan pengumuman yang mengejutkan. Sang kapten wanita tentunya lebih siap dari seluruh prajurit baru, yang mungkin belum pernah melihat darah dan pembunuhan, sang Kapten dengan sigap menenangkan kekacauan dengan suara lantang dan keras. "Dengarkan!! Hai kalian, makhluk penakut dan bodoh!!!" "Hentikan kekacauan dan kembali ke barisan! Berdiri di luar barisan maka hanya kematian yang menunggu kalian!" Sang Kapten wanita berteriak dengan keras, amarah bercampur dalam suaranya. Wajahnya yang sebelumnya dingin kini berubah menjadi terlihat menjadi lebih buruk, mendengar teriakan sang kapten seluruh pasukan kembali kebarisan sebagian dari mereka tidak sabar untuk berperang, sementara beberapa dari mereka gemetar dan ketakutan. Sambil memandang dengan tatapan dingin ke arah kerumunan pasukan baru, sang kapten menerima pengumuman detail dan perintah melalui alat pendengaran pada telinganya. "Drones menemukan jutaan mutan! perkiraan waktu tiba musuh: 30 menit, menghitung dari sekarang!" Suara Robotic terdengar di seluruh jam tangan para prajurit, membuat mereka tersadar. Tak lama suara terdengar dari pengeras suara,"Siapkan seluruh batalyon dari para prajurit baru itu, letakkan mereka pada barisan paling depan!" Suara di balik alat pendengaran itu terdengar serak dan bernada tinggi, wajah sang kapten wanita berubah karena ucapan atasannya. "Pak! Mohon pertimbangan ulang! Mereka semua pasti akan mati bila kita melakukan hal itu!!" "DIAM!!!" Suara di balik alat pendengaran itu berteriak, marah. "JANGAN MEMBANTAH INI PERINTAH!!" Tambahnya singkat dengan emosi meluap-luap dan suara keras.   ***   "Ada apa ini?! Mutan menyerang?!" Ucapku membatin. Jantungku mulai berdegup kencang. Perasaan ku bercampur antara takut, penasaran dan sedikit tertantang. "Namun bukankah ini hal biasa bagi mereka? Mengapa mereka terlihat bergitu gugup?" Pikirku sambil memandang ke arah para prajurit yang berlalu-lalang membawa perlengkapan perang mereka. "Bersiaplah Husk!" Kukirimkan gelombang elektromagnetik ke dalam pikiran Husk, semenjak mengetahui kemampuan pikiranku, aku menemukan beberapa kemampuan lain yang dapat ku gunakan, yaitu menyampaikan isi pikiranku pada orang atau makhluk lain, orang biasanya menyebutnya dengan telepati. "Woft!" Husk menjawab singkat sambil memandang ke arahku. "Seluruh batalyon pasukan baru, berkumpul di pintu masuk pangkalan, berbaris dengan teratur dan persiapkan diri kalian!" Sang kapten wanita memberikan perintah sambil memimpin pasukan berjalan ke arah pagar besar yang melindungi pangkalan perang. Sesampainya di pintu masuk pangkalan kutemukan puluhan ribu pasukan berdiri di pintu masuk pangkalan dan memberikan jalan kepada batalyon baru untuk maju kebarisan paling depan. Melihat hal itu sudah dapat kutebak maksud dari hal itu, mereka ingin mengorbankan batalyon pasukan baru ini, karena dari segi kekuatan batalion ini tidak lebih berharga dari para batalion senior yang rata-rata memiliki tingkat kekuatan fisik level C dibandingkan mereka batalion yang baru terbentuk 2 bulan ini tentunya tidak terlalu berharga. "Sial! Seharusnya aku tahu mereka hanya memikirkan dirinya sendiri!" "Apa yang harus kulakukan?!" Sedang aku terhanyut dalam rasa panik dan takutku, terdengar suara yang tidak asing memanggilku dari kejauhan. "Vincent!!" Kapten Abimanyu dan Batalion yang dipimpinnya berjalan ke arahku dengan terburu-buru. "RISKA!!! JELASKAN PADAKU APA YANG KAU LAKUKAN!!!!" Kapten Abimanyu berjalan ke arah sang kapten wanita yang belakangan baru aku tau bernama Riska. Abimanyu terlihat begitu marah, auranya menyebar ke sekeliling membuat beberapa pasukan yang berada di sekeliling Kapten Riska gemetar. "Abimanyu! Aku hanya melakukan perintah!" Kapten Riska menjawab, wajahnya jelas terlihat ekspresi malu dan marah disaat yang bersamaan. Memang pada dasarnya kapten Riska hanya menerima perintah dari atasan. "Vincent! Gwen! Imran! Samuel! Kalian ikut denganku! Sekarang kalian bagian dari batalyonku!" Abimanyu berteriak sambil melihat ke arah batalyon prajurit baru, matanya memandang bibit-bibit unggul dari para anggota baru. Suaranya seperti air yang menyiram tubuhku di saat udara terasa begitu panas membakar kulitku, ternyata kapten tidak membiarkan aku mati sia-sia sebagai perisai bagi batalion lain. "Abimanyu! Ini perintah atasan!" Kapten Riska berusaha menahan kapten Abimanyu mengambil para anggota baru. "Aku yang akan bertanggung jawab, lagi pula Vincent berada di bawah pengawasanku! Itu juga merupakan perintah atasan" Kapten Abimanyu menjawab namun matanya tidak memandang Riska, seolah dia bukanlah levelnya. Kapten Abimanyu memang termasuk Evo level B+ karena hanya sedikit lagi kemampuan fisiknya akan mendapatkan terobosan dan menjadi Evo level A, sehingga para kapten yang lain takut padanya. Kapten Abimanyu berjalan ke arah barisan batalion yang dipimpinnya, anggotanya terdiri dari 500 orang yang semuanya adalah Evo, dan anggota yang paling lemah adalah Evo dengan level fisik C sedangkan ketiga wakil kaptennya adalah Evo dengan kekuatan fisik level B. Gwen, Samuel, dan Imran berjalan di belakangku berjalan ke arah batalion Khusus Regu Pemburu, yang dipimpin oleh kapten Abimanyu. Terlihat mereka kebingungan dengan apa yang dilakukan kapten Abimanyu. Kami berbaris di bagian paling belakang barisan, sedang kapten Abimanyu berdiri di bagian paling depan dari batalyon. Gwen memandang ke arahku sambil bertanya: "Apa yang terjadi? Pasti kau mengetahui sesuatu kan?!" Wajahnya jelas menunjukkan keraguan dan kecurigaan. Aku hanya diam dan mengangkat jari telunjukku ke arah mulutku mengisyaratkan dia untuk diam, keadaan seluruh barisan sangat tegang karena seluruh prajurit tidak mengetahui kapan serangan akan dimulai. Tiba-tiba: "Kyaaaaa!!!" Jeritan keras seekor burung besar dengan ruas sayap masing-masing 4 meter terdengar, bersamaan dengan bayangan besarnya menutupi seluruh batalyon prajurit baru. "Burung Mutasi! Nisaetus Bartelsi! JATAYU!!" Abimanyu berteriak sambil menghunus pedangnya, sontak seluruh batalyon khusus pemburu juga bersiap. Aku sempat membaca beberapa nama makhluk evolusi yang berhasil didapatkan informasinya, saat Kapten berteriak Jatayu hatiku terguncang! Jatayu atau Nisaetus Bartlesi adalah salah satu jenis elang yang hampir punah dan merupakan raja pegunungan Nusantara, kekuatan fisiknya adalah B+ ditambah dengan kemampuannya untuk terbang membuatnya lebih kuat dari Evo tingkat A. Jelas terlihat wajah Kapten Abimanyu Menjadi sangat serius, hanya dia yang benar-benar mengetahui kemampuan burung besar dihadapannya, karena meskipun Evo memiliiki kemampuan super namun mereka tetaplah manusia yang tidak dapat terbang. Ditambah lagi paruh, cakar dan bulu-bulu tebal yang melindungunya membuat Jatayu menjadi burung pembunuh yang sangat berbahaya. Namun kehadiran Jatayu hanya awal dari kengerian yang sebenarnya, tidak lama berselang terdengar dentuman keras dari pagar baja yang melindungi pangkalan. "Boom!! Boom!! Boom!!" Bunyi dentuman keras itu tidak berhenti, hingga pagar baja yang begitu besar itu dipenuhi bekas tanduk makhluk besar yang menyerupai tanduk bajak dan cakar beruang. "Sial!!!" Aku berusaha keras untuk melawan ketakutanku dan menhunuskan dua pedang yang terbalut di punggungku. Aku menghela nafas panjang berusaha memusatkan fokus dan pikiranku dan menggerakan 2 pisau dari saku celanaku menggunakan kekuatan pikiranku. "Aku harus bertarung! Atau Ayah, Ibu dan David akan berada dalam bahaya!" Aku membulatkan tekadku, seluruh pasukan berlari ke arah pagar penutup pintu masuk dan sebagian mulai menggunakan pelontar rocket ke arah Jatayu yang sedang bertarung dengan Kapten Abimanyu. "Clang!!" Kapten Abimanyu terlempar beberapa meter ke belakang, kedua pedang di tangannya saling bersilang berusaha menahan cakar burung besar itu. "Kapten!!" Teriak ketiga wakil kapten ketika melihat sang Kapten berguling di atas tanah menerima serangan makhluk besar itu. Ketiga wakil kapten itu dengan sigap berlari ke arah Jatayu sambil mengayunkan senjata mereka, Nicholas menggunakan Tombak besar dan mengayunkannya dengan kedua tangannya ke arah leher burung besar itu. Sementara Ernest menggunakan pelontar rocket pada tangan kirinya dan pedang pada tangan kanannya. Ali bergegas berlari ke arah sang kapten berusaha membantunya. "Kya!!!!" Makhluk besar itu tentunya tidak bodoh, melihat serangan dari dua arah yang berbeda makhluk besar itu menghempaskan sayapnya dan terbang ke atas sehingga serangan Nicholas dan Ernest hanya memukul angin. Hempasan sayap besar Jatayu menerbangkan debu dan beberapa serpihan atap rumah dan mengenai beberapa prajurit lain memaksa mereka berlindung menggunkan tameng yang mereka pegang. "Vincent!!! Gunakan serangan gelombang pikiranmu padanya!!!" Kapten Abimanyu berlari ke arah Jatayu sambil berteriak, seluruh aura pembunuhnya menyebar ke sekeliling tubuhnya. Mendengar teriakannya bergegas aku berlari dan memfokuskan pikiranku dan memasukan kedua pisauku kedalam sarung di celanaku. Aku harus memfokuskan pikiranku hanya pada serangan gelombang elektromagnetik yang akan kulakukan, meski aku tak tau hal itu akan berguna atau tidak. Dengan cepat aku sampai di hadapan makhluk besar yang sedang melayang 15 meter di atas tanah, kepalaku menengadah ke atas memandangnya. Kulancarkan seranganku, pusaran gelombang elektromagnetik dengan cepat merambat ke kepala Jatayu dan membuatnya seperti kehilangan kemampuannya terbang dan seketika terjatuh ke tanah. "Boom!" Debu dan tanah berterbangan karena tubuh besar Jatayu membuatnya terjatuh dengan sangat keras dan membuat angin yang menerbangkan partikel-partikel kecil disekitarnya. "SEKARANG!!!" Kapten Abimanyu berteriak sambil berlari ke arah Jatayu diikuti Ketiga wakil kaptennya ke arah burung besar yang tergeletak dihadapannya, masing-masing dari mereka mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membunuh makhluk tersebut. Beberapa saat sebelum Pedang, tombak dan puluhan peluru rocket mengenai tubuhnya, burung besar itu tiba-tiba tersadar! "SIAL!" Pikirku. To Be continued!  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN