BAB 9 - Pemahaman Baru

1460 Kata
Hari besoknya ... “Selamat pagi, Bu Nuning ..." "Selamat pagi ... ayo sini, masuk ..." "Baik, Bu ... terima kasih." Nuning memandangi gadis yang segera memasuki pintu ruang kerjanya. Pagi itu, Gita tampil begitu cantik dan terlihat dewasa. Pakaian yang ia pilih bersama Nuning kemarin, benar-benar terlihat pas serta pantas melekat di tubuhnya yang ramping dan cenderung kerempeng. "Coba kamu berdiri dulu disitu. Nah, hadap ke samping ... hadap kesana ... ke sini lagi ..." Dengan puas; sekretaris Opa Narendra itu memandangi Gita. Gadis yang kemarin tampak sangat bersahaja, tiba-tiba saja saat itu telah berubah menjadi seorang wanita anggun penuh pesona. "Kamu cantik sekali pagi ini," komentar Nuning setelah mempersilakan gadis tersebut duduk di depannya. "Eh, iya ... terima kasih," jawab Gita dengan sopan dan malu-malu. "Kamu tahu kenapa ibu minta datang sepagi ini?" "Tidak, Bu ..." "Baiklah, Bu Nuning mau sedikit bercerita ... ini tentang promosi jabatanmu yang dengan tiba-tiba melejit sedemikian tinggi. Bayangkan saja, dari seorang pekerja lepas menjadi sekretaris Direktur Utama. Kamu harus paham jika hal itu tidaklah main-main." "Saya paham, Bu." Gadis itu hanya menjawab datar saja. "Kamu belum sepenuhnya paham, Gita ... karena yang memilihmu menjadi seorang sekretaris merangkap asisten pribadi adalah Niko sendiri." "Kalau itu, saya malah sangat paham." "Begitu? Coba jelaskan sampai dimana pemahamanmu." "Pak Niko memilih saya menjadi sekretaris merangkap asisten pribadi, bukanlah untuk perusahaan kepentingan ini." Demikian jawab gadis itu lugas. "Kenapa bisa begitu? Apa yang menjadi dasarmu sehingga bisa menyimpulkan hal tersebut?" "Sederhana saja. Beliau kenal saya karena mengikuti kelas yang sama dalam satu matakuliah. Nah, karena Pak Niko itu sudah dua kali tidak lulus, dia mengharapkan bantuan saya agar bisa lulus dengan nilai memuaskan," jawab Gita dengan gamblang. "Apa yang membuatmu sangat percaya diri sehingga memiliki pendapat yang seperti itu?" tanya Nuning kembali dengan heran. "Karena saat itu, Pak Niko mengatakan jika saya lebih pandai menjelaskan materi kuliah daripada dosen yang dimaksud. Selain hal tersebut, mungkin juga beliau masih penasaran karena saya tidak mau diajak berkenalan." “Ohhh ... kamu, tak mau diajak berkenalan dengan Mas Niko? Mengapa bisa begitu?” “Mmm ... maaf, dengan jujur harus saya katakan, bahwa sesungguhnya saya kurang menyukai seorang pemuda yang sudah begitu terkenal memiliki banyak pacar.” “Ahhh ... seperti itukah? Ha-ha ... baiklah, itu tak mengapa.” ---   Nuning memandang gadis itu sambil tersenyum. Baru kali ini ia menemui seorang karyawan yang begitu jujur mengatakan apa yang dipikirkan. Sekretaris itu kembali mengamati dengan kritis, lalu ia menyimpulkan apa yang telah berhasil ditemukannya. Gadis itu masih sangat belia, tapi ternyata memiliki kemampuan alami yang sangat langka. Disamping ketajaman otaknya yang sangat cerdas, ternyata Gita juga memiliki sebuah kepribadian yang begitu lurus tak terbengkokkan. Dan iapun yakin jika sang pemilik harta karun karunia Tuhan tersebut, malah belum menyadari secara utuh tentang apa yang sudah  dimilikinya saat ini. Dia sendiri sebenarnya sangat terkejut ketika melihat hasil test Gita yang dilakukan secara cepat di bagian HRD. Bahkan, sekretaris direksi senior itu menyempatkan diri untuk mempertanyakan akurasi dari test yang mereka lalukan. Lalu, keterkejutannya berubah menjadi kagum saat ia mendapatkan jaminan keakuratan test sebesar 99 prosen. --- Merasa harus meluruskan terkait segala sesuatunya, ia terus bertanya untuk melakukan pendekatan pribadi pada gadis yang ia anggap sangat istimewa itu. Karena bukan hanya kecerdasan Gita saja yang berada jauh di atas rata-rata bahkan hampir mendekati jenius, tapi justru kepribadian sang gadis itulah yang menjadi perhatiannya. Cerdas, jenius, loyal, jujur, pekerja keras! Begitulah adanya Gita. Dan pribadi seperti inilah yang sangat dicari oleh perusahaan manapun untuk menduduki jabatan-jabatan terpenting dalam jajaran strategis. Namun, Gita masih terlalu muda. Apalagi, sang CEO yang harus ia dampingi juga belum tahu apapun tentang masalah perusahaan. Karena itulah, ia merasa perlu untuk terlebih dahulu memantapkan hati serta tujuan dari sang gadis tersebut. ---   "Gita, tahukah kamu jika konsekuensi pekerjaanmu bisa menjadi sangat berat?" tanya Nuning kembali dengan agak hati-hati. Gadis itu diam sejenak, lalu menjawab dengan tenang, "tidak akan berat, Bu. Karena saya hanya dibutuhkan oleh Pak Niko hingga sampai tiga bulan ke depan. Setelah selesai ujian dan mendapatkan nilai bagus, beliau sudah tidak membutuhkan saya lagi." "Kenapa kamu berpikiran seperti itu?" "Karena beliau punya uang banyak, jadi bukan masalah jika harus menggaji saya dalam jumlah besar selama tiga bulan agar bisa lulus dengan baik." Nuning menghela napas prihatin. Sekali lagi ia menemukan jika gadis itu benar-benar cerdik dan taktis menganalisa apapun yang tengah dihadapi. Sebuah anugerah yang teramat besar, karena itu adalah merupakan  bakat alam dan karunia Sang pencipta karena kebesaran-Nya. Yang Maha Kuasa begitu sayang dan bermurah hati karena telah memberikan pikiran, perasaan serta segala tingkah laku dan etika baik pada gadis yatim itu. Namun Ia prihatin, karena menyayangkan tentang betapa tidak beruntungnya Gita dalam hidup yang demikian keras saat ini. Mengetahui hal tersebut, ia merasa harus bertindak agar semuanya bisa menjadi seperti apa yang diharapkannya. Dan sekaranglah saatnya bagi Nuning untuk memberi motivasi serta pengertian pada Gita.   Tanpa tedeng aling-aling lagi, Nuning bertanya lugas, "Gita, berapa gaji kamu saat dulu bekerja sebagai tenaga administrasi di bagian gudang?" "Satu juta dua ratus ribu. Bu Nuning pasti sudah tahu itu," jawab Gita dengan terus terang. "Lalu sekarang, berapa salary yang ditawarkan oleh Pak Niko?" tanya Nuning lagi dengan mengabaikan komentar sang gadis. "Sepuluh kali lipat, berarti dua belas juta rupiah." "Baiklah. Pertanyaan selanjutnya, apakah jumlah itu cukup untuk menjadikan keluargamu sejahtera, mengobati ibumu sampai sehat, dan membiayai sekolah adikmu hingga perguruan tinggi jika kamu hanya bisa mendapatkannya selama tiga bulan saja?" "Pasti tidak cukup, Bu." "Karena itu, apakah kamu tidak ingin mendapatkan gaji sebesar itu atau bahkan lebih besar lagi selamanya?" “Pasti saya menginginkan. Karena itulah, saya berusaha untuk tetap kuliah walaupun merasa sangat berat,” Jawab Gita kembali. “Bagus, aku sangat menghargai semangat serta cita-citamu. Pertanyaan terakhir, tolong jawab dengan jujur. Apakah kamu mau melakukan hal apapun untuk mempertahankan posisimu sebagai sekretaris tetap Pak Niko?” “Maksud Ibu?” “Maksudku, apakah kamu mau belajar keras serta bekerja lebih keras lagi untuk menjadi seorang sekretaris yang baik dan mau tetap berusaha keras untuk mempertahankan itu?” “Dengan cara apa? Saya hanya anak lulusan SMA yang tidak mengetahui apapun seluk beluk perusahaan.” “Itulah hal inti terpenting  yang akan aku tanyakan padamu. Maukah kamu belajar dari nol untuk menjadi sekretaris yang baik dan menguasai semua permasalahan disini?” “Ya, saya mau. Saya pasti akan berusaha semampu mungkin.” “Baiklah, kata tersebutlah yang aku ingin dengar darimu.” “Tapi ... maafkan saya, Bu Nuning. Apakah itu mungkin?” ---   Sang sekretaris senior tersenyum saat mendengar pertanyaan Gita. Dari nada suara gadis belia tersebut, ia bisa langsung mengerti seberapa besar antusiasme dan semangat serta harapan yang kini telah tumbuh di dalam hati gadis itu. Kemudian, mulailah Nuning menjelaskan semua duduk perkara untuk membereskan kesalah pahaman yang terlanjur telah salah dipahami oleh Gita. "Dengarkan ceritaku baik-baik. Aku sudah cukup lama mengikuti keluarga Narendra. Mereka semua orang baik dan sangat menghargai kerja keras serta kemampuan karyawan yang jujur dan loyal. Hanya mungkin si bungsu ini yang agak istimewa. Tapi jangan takut, kecerdasan Bu Nuning mungkin tak ada setengahnya dibanding kamu. Kamu bisa belajar, kalian berdua  harus banyak belajar ... Terutama Niko.” “Maksud ibu?” “Jika kamu ingin menjadi seorang sekretaris perusahaan yang baik dan mendapatkan kepercayaan penuh seperti Bu Nuning, mulailah belajar dari sekarang. Temui Niko nanti, dan pinjamlah buku-buku yang berada di atas mejanya. Itu semua adalah catatan yang menyangkut semua seluk beluk perusahaaan ini dengan lengkap. Mulailah dari sejarah berdirinya, latar belakang, status hukum, perkebunan, pabrik dan lain-lain. Ibu percaya, kamu akan mampu memahami semuanya dengan hanya sekali membaca.” “Baik, Bu. Lalu, apa yang harus saya lakukan selanjutnya?” “Tugasmu adalah selalu mengingatkan Niko tentang semua masalah yang terkait dengan itu. Bila sudah memahami sampai pada detil tentang pemasaran, arus keluar masuk barang dan uang dan hal-hal menyangkut operasional perusahaan; tak akan sulit bagimu untuk memberi masukan bagi sang Direktur Utama.” “Hanya itu?” “Bukan hanya itu. Yang terberat adalah tanggungjawab membimbing Niko agar mau dan bisa belajar mengenal perusahaannya sendiri.” “Baiklah, kalau itu saya sanggup. Dengan catatan, saya bisa belajar langsung dibawah bimbingan Bu Nuning.” “Oke, Ibu percaya padamu. Dan seperti yang tadi kukatakan, aku akan sangat senang untuk mengajarimu tentang semua hal terkait perusahaan.  Oh, ya ... ada satu hal penting juga yang akan aku sampaikan.” “Iya, Bu ...” “Tentang hak kamu sebagai sekretaris CEO.” “Apakah itu?” “Rumah dinas. Sehubungan dengan tugas-tugas berat yang harus kamu jalani nanti, perusahaan sudah memberikan pinjaman rumah dinas yang ada di belakang kantor ini. Sudah pernah lihat?” “Oh, yang ditempati para manager itu?” “Betul. Kamu mendapatkan satu rumah lengkap dengan semua perabotan yang sudah siap digunakan dan ditempati kapanpun.” ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN