4-Pertunangan

985 Kata
Di rumah sakit… "Tidak ada luka serius, mungkin nanti akan sedikit terasa nyeri di bagian tubuh yang terkena benturan," dokter memberikan penjelasan kepada Vanya yang sedang memeriksakan kondisinya. Vanya mengangguk pelan,"Terima kasih Dokter, kalau begitu aku izin pamit," ucapnya dengan nada sopan, setelah itu dia keluar dari ruangan dokter yang sudah memeriksanya. Di luar ruangan, Utari menunggu putrinya dengan cemas. Namun enggan untuk bertanya lebih jauh. Wanita paruh baya itu segera menghampiri Vanya begitu melihat sang putri keluar dari ruangan. "Bagaimana hasilnya, Nak? Apa kata dokter? Apa kamu baik-baik saja?" "Aku baik-baik saja Ibu," balas Vanya disertai senyuman lembut kepada sang ibu. Utari menghela napas lega, "Syukurlah kalau begitu." "Ayo Ibu, aku akan memperkenalkan Ibu kepada Vicky." Ajak Vanya seraya menarik tangan sang ibu dengan semangat. “Iya… iya…” sahut Utari dan mengikuti langkah Vanya. Setibanya di lobi rumah sakit, Vanya melihat ke sekeliling lobi. Namun, dia tidak mendapai Vicky dan Barry. Wajahnya mulai terlihat panik, wanita cantik itu lalu melepaskan tangan Ibunya. "Tunggu sebentar, Bu." Vanya mengambil langkah cepat menuju parkiran, dan wajahnya berubah sedih saat tidak mendapati mobil yang tadi dia naiki bersama Vicky. Dari belakang, Utari sudah menyusul putrinya yang terlihat menunduk. Dia bisa melihat ekspresi kekecewaan dalam raut wajah putrinya, “Vanya,” panggilnya seraya memegang pundak Vanya. "Mungkin dia ada keperluan mendesak, Nak," sambung Utari berusaha menghibur Vanya. Vanya menoleh dan mengangguk, “Iya bu.” Ketika mereka hendak kembali ke tempat ayahnya dirawat, seorang perawat wanita menghampiri mereka. "Apakah anda Nona Vanya?" Tanya perawat tersebut. "Iya benar, aku Vanya," jawab Vanya. "Bapak yang bersama pemuda tampan tadi menitipkan pesan untuk disampaikan kepada anda," ujar perawat muda tersebut. Vanya mengerutkan keningnya, "Pemuda tampan? Oh... maksudnya Vicky?" "Oh... nama pemuda tampan itu Vicky," gumam perawat itu, pelan. "Ah maaf... bukan itu maksud saya." Perawat itu terlihat salah tingkah karena sadar bukan itu tujuannya menemui Vanya. "Bapak yang tadi bersama pemuda itu mengatakan jika besok malam mereka akan kembali menemui anda," sambungperawat itu menyampaikan pesan yang ditinggalkan Barry. Vanya tidak dapat menutupi wajah bahagianya, “Terima kasih.” Ucapnya kepada sang perawat. Seandainya tidak ada orang di sekitarnya, sudah dipastikan Vanya akan melompat kegirangan. Perawat itu pun izin pamit setelah menyampaikan pesan dari barry kepada Vanya. Sedangkan Vanya dan sang Ibu kembali ke ruang rawat Ayahnya. "Ibu jadi penasaran, setampan apa pria bernama Vicky itu sampai membuat perawat tadi salah tingkah,dan membuat putri Ibu tersenyum tiada hentinya." gumam Utari kembali menggoda Vanya. "Vicky sangat tampan Ibu, matanya sangat indah, dia juga sangat baik, dia pasti menjadi menantu yang baik untuk Ibu," celutuk Vanya menjawab pertanyaan Ibunya. "Menantu?!" Utari terkejut mendengar jawaban dari anaknya, ini benar-benar pertama kali bagi dirinya mendengar Vanya memuji dan menyukai seorang pria di depannya. Refleks Vanya langsung menoleh ke ibunya serayamenutup mulut dengan kedua tangannya. "Ibu!" rengeknya manja kepada sang ibu, Vanya mempercepat langkah dan meninggalkan ibunya. Sikap polos Vanya membuat Utari kembali tertawa dia pun terus menggoda putrinya dalam perjalanan menuju tempat suaminya dirawat. — "Selamat datang Tuan Vicky." Beberapa pelayan wanita menyambut Vicky yang baru saja tiba di depan rumah mewah yang terletak di salah satu komplek elit di Kota Bogor. Dia lalu diantar masuk ke dalam rumah mewah itu, untuk menemui pria yang telah membuat janji dengannya. Pria tua yang menunggu di ruang tamu hendak berdiri untuk menyambut Vicky, namun Vicky mempercepat langkahnya dan langsung memegang kedua bahu pria tua itu dengan lembut. "Kakek Efendi tidak perlu berdiri," ucap Vicky cepat seraya membantu Kakek Efendi untuk kembali duduk di kursi. "Ah... usia tua menjadikanku kakek-kakek yang tidak berguna, bahkan hanya untuk berdiri menyapamu sangat sulit aku lakukan sekarang," keluh Efendi kepada Vicky. Vicky tertawa kecil begitu dia mendengar keluhan Effendi. "Kakek Efendi jangan terlalu merendah, malah jika aku membiarkan Kakek Efendi berdiri menyapaku, aku yang akan menjadi anak muda tidak berguna," balas Vicky menghibur Efendi, dia lalu duduk tepat di samping Efendi. "Haha...Vicky kamu memang anak yang baik dan juga sopan, sama seperti informasi yang diberikan kakekmu." Tawa lepas Efendi terdengar menggema di ruang tamu. "Kakek mau minta maaf sebelumnya karena kemarin tidak dapat menghadiri acara pertunanganmu dengan cucuku, kondisiku sekarang tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh," keluh Efendi sambil memegang pundak Vicky. "Tidak apa-apa Kakek, doa dan restu darimu sudah cukup mewakili kehadiranmu," balas Vicky dengan sopan. Kakek Efendi kembali tersenyum mendengar jawaban dari tunangan cucunya itu. "Jadi bagaimana tanggapanmu terhadap cucuku?" Kakek Efendi bertanya dengan nada yang cukup serius kali ini. "Manda gadis yang cantik dan ramah, ayah dan ibunya juga orang yang sangat baik," balas Vicky. "Baguslah kalau kamu menyukainya," ucap Efendi yang terlihat puas dengan jawaban yang diberikan Vicky. Usai bercengkerama dengan Efendi. Vicky masuk ke kamar yang sudah di siapkan untuknya beristirahat malam ini. Didalamkamar, pelayan sudah meletakkan baju ganti untuk Vicky. Pria itu bergegas untuk mandi dan menghilangkan rasa letihnya dengan air hangat. Setelha berpakaian, Vicky berbaring di kasurnya sambil menatap langit-langit, pemuda tampan itu kembali mengingat kejadian sebelumbertemu Vanya. Dua hari lalu, dia baru saja bertunangan dengan cucu Kakek Efendi yang bernama Manda Mahardika, ini merupakan hal yang disepakati kedua keluarga mereka, jadi acara itu merupakan kali pertama dia bertemu dengan tunangannya. Manda memiliki paras yang cantik, gadis yang berumur satu tahun lebih muda darinya itu memiliki sikap yang ramah, seperti yang tadi Vicky sampaikan kepada Kakek Efendi, jadi dia benar-benar jujur ketika menyampaikan hal tersebut. Pada acara itu juga disepakati, jika Vicky akan menduduki posisi CEO dari salah satu perusahaan yang berada di bawah naungan Dharma Prakarsa Group, saat itu terjadi mungkin Vicky akan menjadi salah satu CEO termuda di Indonesia yang memimpin perusahaan ternama. Keluarga Mahardika milik Efendi sendiri merupakan pemilik saham kedua terbesar di Dharma Prakarsa Group, setelah mengajukan permohonan kepada para pemegang saham, Mereka menyepakati usulan jika calon menantu keluarga Mahardika diberikan Posisi CEO di salah satu perusahaan di bawah naungan grup itu. Sedangkan untuk masalahpernikahannya belum diputuskan, mengingat Vicky yang baru berumur 20 tahun dan Manda yang baru berumur 19 tahun. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN