Vicky terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut pria itu. Dia menoleh ke pria itu dan menatap pria itu dengan satu alisnya yang terangkat.
"Sayang?" ucap Vicky, dia lalu menoleh ke arah Manda yang sudah terlihat panik.
Ketiga teman Manda juga terlihat panik sewaktu Giyan mengucapkan hal itu.
"Giyan, mengapa kamu berada disini?" tanya Manda kepada Giyan yang sedang menatap Vicky dengan arogan.
"Hei, aku dengar kamu sedang jalan bersama tunanganmu, tentu saja aku datang untuk menyapa dan berkenalan dengan tunanganmu," balas Giyan dengan nada angkuh.
"Aku ingin melihat sosok orang yang telah membuat kamu meninggalkanku," ucapnya yang lagi-lagi menatap Vicky dengan tatapan angkuh.
"Aku mengira jika sosok calon suami kamu adalah orang yang mapan, ternyata dugaanku salah. Tunanganmu hanya bocah bau kencur, aku sangat heran dengan pilihan kakekmu," sambungnya sambil menoleh ke arah dua pria di belakangnya yang langsung disambut tawa oleh kedua pria itu.
"Menarik," gumam Vicky dalam hati sambil menyilangkan kedua lengannya.
"Giyan kita sudah putus, aku sudah tidak mencintai kamu lagi!" Teriak Manda sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Hah? Bukankah kamu berjanji kepadaku akan menolak rencana perjodohanmu dengan anak bau kencur ini!" sahut Giyan yang sudah terlihat marah.
Manda semakin terlihat panik ketika Giyan mengatakan hal tersebut.
Vicky sendiri masih duduk dalam diam, dia terlihat sedikit tertarik dengan kata MENOLAK yang baru saja dikatakan oleh pra angkuh di depannya. Dia juga tidak berusaha melerai Manda dan Giyan, menurutnya itu hanya dua mantan kekasih yang sedang terlibat pertengkaran.
"Giyan! Diam!" Bentak Manda yang juga mulai terlihat marah.
"Kamu meninggalkanku demi anak yang tidak jelas asal-usulnya ini? Kamu kira aku tidak tahu latar belakang tunanganmu?" hardik Giyan sambil menunjuk Vicky.
Mendengar itu, Manda sudah tidak bisa menutupi ekspresi terkejutnya. Dia tidak menyangka jika mantan kekasihnya mengetahui sampai sebanyak itu.
Sama halnya dengan ketiga sahabatnya, melihat ekspresi Manda, mereka yakin jika Manda sedang menyembunyikan sesuatu.
Vicky tentu saja juga ikut terkejut, sepengetahuan Vicky, yang mengetahui itu hanya keluarga Manda. Jadi Vicky mengambil kesimpulan jika ada seseorang di antara keluarga Manda yang menyampaikan hal itu kepada Giyan.
"Bagaimana Giyan bisa tahu hal itu," batin Manda dalam hati.
"Giyan...Aku mohon berhenti," ucap Manda dengan nada memelas.
Di pikiran Manda saat ini, percuma berdebat dengan Giyan, jika semakin diteruskan. Manda takut jika sahabatnya semakin curiga dan akhirnya mengetahui jika dia berbohong tentang latar belakang Vicky kepada mereka.
"Baiklah, tapi kamu harus menemuiku untuk menyelesaikan hubungan kita secara baik-baik," balas Giyan kepada Manda.
Manda menoleh ke arah Vicky yang masih duduk terdiam, Manda berpikir mungkin Vicky takut. Apalagi Giyan datang bersama dua temannya, oleh karena itu Manda merasa Vicky tidak akan marah dan akan mengerti jika dia menyetujui permintaan Giyan untuk bertemu dengannya.
"Baiklah," ucap Manda sambil mengangguk, dan benar saja, ternyata Vicky tidak melarangnya. Vicky masih tetap diam dan tidak menanggapi hal itu.
Giyan juga berpikir hal yang sama, dia merasa jika bocah tunangan Manda sepertinya ketakutan dan tidak berani berbicara. Oleh karena itu terbesit di kepalanya sebuah ide untuk mempermalukan Vicky di depan teman-teman Manda.
"Oke sayang," balas Giyan sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Manda. Manda juga terlihat tidak menghindar, Manda hanya berharap Giyan segera pergi dan meninggalkan mereka.
Namun tepat sebelum menyentuh dagu Manda, dengan posisi yang masih duduk di kursi. Vicky menangkap tangan Giyan dan meremasnya dengan kuat. Hal itu membuat Giyan meringis kesakitan, dengan mata melotot dan kepala yang sedikit dimiringkan, Vicky berkata "Apa yang ingin kamu lakukan?!"
Tentu saja itu membuat semua orang terkejut, sejak tadi ketika Giyan dan Manda berdebat Vicky terlihat tidak peduli. Namun saat ini Vicky terlihat sangat marah, tatapannya saat ini penuh dengan aura membunuh.
Vicky lalu berdiri, dan menatap wajah Giyan.
"Sejak tadi kamu berbicara dengan Manda, aku tidak pernah ikut campur, menurutku kalian memang perlu menyelesaikan masalah di antara kalian dan aku tidak berhak untuk ikut campur dalam hal itu.Namun saat ini kamu sedang melanggar batas, saat ini status Manda sudah berbeda, ketika kamu masih bersamanya, kamu bebas menyentuhnya, namun saat ini! Dia Tunanganku! Dia wanitaku! Jadi ketahuilah tempatmu.”
Vicky terus meremas tangan Giyan.
Giyan yang kesakitan berusaha menarik tangannya namun tidak berhasil, Vicky sendiri tidak berniat melepaskan tangan yang mencoba menyentuh wanitanya.
Kedua pria yang dibawa oleh Giyan mendekat, Manda sendiri sempat terperanjat karena melihat Vicky yang tiba-tiba bertindak seperti itu. Tapi ketika melihat dua orang yang dibawa Giyan mulai mendekat, Manda langsung segera memeluk lengan Vicky.
"Vicky... sudah," ucap Manda dengan nada memohon.
Mendengar permintaan Manda, Vicky langsung melepas tangan Giyan, bukan karena Vicky takut jika harus bertarung dengan ketiga orang itu, dia hanya menghargai permintaan dari tunangannya.
Begitu terlepas, Giyan ingin menyerang Vicky, namun Manda dengan sigap menghentikannya.
"Giyan !! Kumohon berhenti!!" Lagi-lagi Manda terpaksa harus kembali memohon kepada Giyan.
"Ah... sial!" ucap Giyan sambil memukul meja yang berada di depannya, dia lalu menatap Vicky dan berkata,
"Kamu beruntung bocah, jika bukan karena Manda, aku pasti akan menghajarmu sampai babak belur!" Teriaknya dengan marah sambil berbalik pergi meninggalkan tempat itu bersama kedua temannya.
Vicky tersenyum sinis mendengar ucapan Giyan, dalam hati dia berkata, "Hah... justru kamu yang beruntung."
Setelah Giyan keluar dari Cafe, Manda lalu menarik lengan Vicky dengan lembut dan memintanya kembali duduk.
“Duduklah,” ucapnya singkat kepada Manda.