Pulang

362 Kata
Ada yang unik dari kehidupan suku Dayak di Kalimantan ini. Orang suku Dayak asli mereka biasa menyembuhkan berbagai macam penyakit termasuk karena gangguan gaib. Untuk mengobati penyakit biasanya mereka melalukan ritual nyangiang. Jadi ritual sangiang ini adalah ritual mengobati penyakit dengan bantuan roh leluhur atau di sebut sahur bandar. Ritual ini biasanya di lakukan oleh suku Dayak Ngaju khususnya yang beragama Hindu Kaharingan. Dalam kehidupan mereka, mereka meyakini bahwa Raja Bunu dan keturunannya adalah manusia yang tidak kekal dan akan mendiami kehidupan sementara di pantai Danum Kalunen. Ritual manyangiang ini diawali dengan manyandah, yaitu menerawang atau melihat sebab penyakit atau gangguan yang di derita. Sang penyangiang akan memanggil roh dan merasuki dirinya sehingga bisa melaksanakan manyandah. Setelah selesai menyandah, barulah penyangiang tau penyebab serta cara untuk menyembuhkan penyakit yang dialami oleh orang yang minta untuk disangiang. Sebab sakit dan cara penyembuhan sudah diketahui barulah disiapkan alat dan bahan untuk melakukan proses manyangiang dan ditentukan hari untuk pelaksanaan ritual, semua hari boleh kecuali hari selasa. Lama pelaksanaan ritual juga tergantung besar kecil hajat. Biasanya dua sampai tiga hari untuk waktu pelaksanaannya. Proses pelaksanaan sang penyangiang memanggil pemimpin ritual dan membacakan mantra untuk memanggil roh yang membatu mengambil penyakit yang dialami pasien. *** Setelah perselisihanku dengan Candra, aku tak pernah menghubunginya lagi, terlebih di tempat Bapak sinyal susah, untuk mendapatkan sinyal kami harus pergi ke bukit. *** Tiga hari sudah aku berada di mes tempat kerja bapakku, kurasa sudah waktunya aku pulang ke Jawa, Bersama-sama di sini hanya akan merepotkan Bapakku. Pagi ini Bapak mengantarku ke Bandara. Selesai membeli tiket, kami muter-muter sebentar selagi masih ada waktu hingga jam dua belas malam kami menghabiskan waktu detik-detik terakhir kebersamaan kami. Bapak mengajakku berkeliling dan belanja beberapa oleh-oleh untuk ibu dan saudaraku di rumah. Kebersamaan kami terasa begitu cepat, sudah waktunya aku pergi meninggalkan Bapakku dan tanah Kalimantan ini. Lambaian tangan dan senyum yang tertahan mengiringi langkahku menuju bandara. Meski tersenyum namun tergambar jelas kesedihan di wajahnya seolah berat melepas kepergianku. Tanpa terasa setitik air meleh di pelupuk mata ini. Ku langkahkan kaki perlahan semakin manjauhi beliau yang masih berdiri di tempatnya, setia memperhatikan ku dari kejauhan. Tak ingin membuatnya semakin sedih, aku pun mempercepat langkah.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN