Hari Yang Berharga

1501 Kata
“Gimana kesan pertama kamu gabung grup cosplay?” Tama penasaran bagaimana perasaan Ayuna setelah bergabung dengan klubnya. Gadis itu mengangkat sendok es serutnya , mengarahkan bola matanya ke atas seraya sedikit memiringkan kepalanya seolah sedang berpikir. Ayuna tentu saja merasa sangat beruntung karena dapat bergabung dengan grup cosplay. Apalagi Pak Tomo sebagai ketua tim memberinya kesempatan untuk menjadi dokumentalis klub yang di pimpinnya. Hal itu menjadi pengalaman pertama yang  Ayuna bahkan tidak pernah membayangkan sebelumnya. Mereka sedang menikmati es serut yang mangkal tidak jauh dari tempat mereka mengadakan acara amal. Tama sengaja mengajak Ayuna ke sana, karena dia ingin mentraktir gadis itu sebagai ucapan selamat karena telah bergabung ke dalam klubnya. Tama sengaja memberi tahu ketua kelompoknya mengenai Ayuna dan keahliannya. “Biasa aja, ekspresinya.”  Tama mendorong pelipis Ayuna pelan dengan jari telunjuknya, seketika gadis itu tertawa. Begitulah cara Tama bercanda, terkadang dia sengaja mencubit hidung atau mengacak rambut. “Biar kelihatan kalau lagi mikir, Kak. Aku seneng banget bisa gabung di klub Kakak, temen Kakak semuanya asik orangnya, terus semuanya nyambut aku beneran seperti keluarga. Mereka juga lucu-lucu, apalagi Kak Yono. Aku sampai ngakak tadi.”  seketika Ayuna mengingat kembali saat dia di bawa Tama untuk berkenalan tadi. Yono adalah nama salah satu anggota klub cosplay yang di ikuti oleh Tama, sikapnya memang sangat terbuka dan jenaka. “Yono emang paling kocak, Yun. Pernah ada ibu-ibu latah ketawa sampe ngompol gara-gara dia,” ayuna tertawa mendengar penuturan Tama. Dia tampak sangat antusias untuk mendengarkan kisah tentang Yono, teman Tama itu. “Masa, sih Kak? Terus gimana ibu-ibu itu? Kasian banget, pasti malu.”  komentar  Ayuna, kemudian ia menyendok es serut di hadapannya lalu di masukkan ke dalam mulut perlahan. “Masuk ke dalam rumahnya. Untungnya, kejadian itu pas kami ngadain pertunjukan di dekat rumah si ibu. Nah, waktu itu si ibu sedang menyapu halaman, ketemulah sama Yono, dia nanya sama ibu itu, di mana kamar mandinya. Nggak tahu gimana ceritanya, tiba-tiba Yono bikin lelucon, jadilah ibu itu tertawa sampai ngompol. Gitu ceritanya.”  Tama menceritakan kisah Yono sambil memakan es serutnya, semetara Ayuna, dia sampai menggigit sendoknya karena terlalu serius. “Dih, Kak Yono. Mau nanya kamar mandi, malah bikin orang masuk kamar mandi.” Ayuna tersenyum tipis, lalu kembali menyendok kembali es serutnya. “Memang gitu, lucu orangnya. Nanti malam kamu ada acara, nggak?” mendengar pertanyaan Tama, Ayuna menghentikan kegiatannya. Dia menatap Tama dengan seksama. “Yun...,”  Tama mengayunkan tangannya di hadapan Ayuna, hal itu membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. “Ah, maaf Kak. Aku malah mengabaikan Kakak. Nanti malam aku tidak ada acara, memangnya ada apa?” Ayuna sedikit penasaran, tidak biasanya Tama menanyakan kegiatan malamnya. “Aku mau ngajakin kamu nonton, itu pun kalau kamu nggak sibuk, kalau kamu sibuk...,” “Aku nggak sibuk kok, Kak. Mari kita nonton.”  Ayuna tanpa sadar memotong kalimat yang di ucapkan oleh Tama. Lelaki itu tertawa kecil. “Kamu semangat sekali, Ayuna. Sepertinya kamu sudah lama tidak menjejakkan kaki ke bioskop, makanya cari pacar,kelamaan jomblo, sih.” ejek Tama, Ayuna mengerucutkan bibirnya, sebenarnya dia tidak bisa menyangkal kalau apa yang di katakan oleh Tama ada benarnya. Dia memang telah lama menyendiri. “ Belum ketemu yang tepat, Kak. Lagipula, sekarang punya pacar bukan prioritas utamaku, karena ku harus mengejar cita-citaku dulu. Aku juga akan pergi ke negeri seberang, pacaran hanya akan menyulitkan langkahku, bukan?” alasan yang di sampaikan oleh Ayuna pada Tama memang tepat, meskipun itu bukan alasannya yang sebenarnya menunda pacaran. Bagaimana mungkin dia berpacaran dengan orang lain sementara orang yang ada di hatinya sekarang ada di hadapannya. “Tapi, tidak semua pasangan protektif. Ada juga yang rela menunggu lama untuk menunggu kekasihnya kembali, seperti aku yang rela menunggu sampai Nada siuman.”  Entah mengapa  kalimat Tama justru menghilangkan seleranya makan es. Ayuna mencoa mengingatkan dirinya, dia tidak berhak cemburu dan menggaris bawahi statusnya yang hanya sahabat Tama. “Tidak semua orang bisa seperti Kakak. Kebanyakan, baru di tinggal sebentar saja sudah sibuk cari pengganti. Banyak juga yang memiliki simpanan, padahal pasangannya ada di sisinya. Mendapatkan pacar setia zaman ini sangat susah, Kak.” celoteh Ayuna, Tama setuju dengan pendapat gadis  itu, memang sekarang jarang sekali di dapat. “Pemikiran kamu memang tidak salah, tapi bagaimana kamu bisa tahu, kalau tidak mencoba?  Kamu terlalu pesimis, padahal belum tentu kamu dapat pasangan yang seperti itu, iya kan?” Tama menatap tajam Ayuna, entah mengapa gadis itu merasa seperti sedang di introgasi oleh Tama. “Kak, aku nggak mau coba-coba, karena rasa sakit setelah patah hati itu rasanya tidak layak untuk di coba. Aku tidak mau pacaran dengan orang yang aku sendiri tidak yakin dia sebaik apa, sudahlah ayo kita pulang, Kak. Aku belum masak makan malam buat si bontot, dia bisa ngomel kalau aku tidak memasakkan sesuatu.” Gadis itu segera bangkit dari duduknya, mengalungkan kembali kameranya di leher. “Biarkan aku mengantarmu pulang, aku bawa motor hari ini. Ayo!” sepertinya menggandeng tangan sudah menjadi kebiasaan Tama. Ayuna sudah tidak kaget lagi. Dia berjalan beriringan dengan Tama, dia membiarkan tangannya tetap berada di dalam genggaman tangan lelaki itu sampai Tama menyadarinya sendiri. Ternyata dia tetap menggenggam tangannya sampai mereka tiba di parkiran. Tama menyerahkan helm cadangan pada Ayuna, gadis itu menerima lalu memakainya. Tama yang melihat rambut Ayuna sedikit berantakan, menarik gadis itu agar menghadapnya dan merapikan rambutnya dengan lembut. Ayuna menahan napas, jantungnya berdisko karena ini. Dia menatap kedua bola mata Tama yang mengamati wajahnya. Gadis itu teringat sebuah adegan romantis di drama yang sering di lihatnya. Ternyata begini rasanya, batinnya. “Ayo naik! Hari ini kebanyakan melamun, kamu bisa kesambet, Ayuna.”  Ayuna segera naik ke jok belakang setelah mendengar teguran Tama, dia tersenyum geli  mengingat pemikirannya yang semakin kacau tentang Tama. “Pegangan, biar kalau melamun nggak sampai terbang.” Tama mengingatkan lagi, Ayuna mencubit kecil pinggang lelaki itu lalu berpegangan erat. Setidaknya, kali ini dia bisa sedikit berkhayal kalau Tama memang benar kekasihnya. Kekasih bayangan. Sepanjang perjalanan, mereka berdua saling bercerita, karena Tama membawa motornya dengan sangat lambat. Lelaki itu sengaja melambatkan laju kendaraannya agar perjalanan mereka lebih menyenangkan.  Semua ini membuat nilai positif Tama di mata Ayuna bertambah. Sejauh ini, dia baru merasa nyaman naik sepeda motor bersama sahabat lelakinya itu. Mereka berdua sampai di rumah Ayuna saat hari mulai gelap. Tama segera berpamitan,  setelah menurunkan Ayuna. Wanita itu sempat melambaikan tangan sebelum Tama meninggalkan halaman rumahnya. Perasaan senang menyelimuti perasaannya, Ayuna melangkahkan kakinya menuju rumah dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Hari ini sangat luar biasa baginya. Menghabiskan waktu bersama Tama membuatnya ketagihan. Ayuna segera masuk ke adalam rumah. Suasana rumah sangat sepi, Ayuna baru ingat, adiknya berpamitan pergi ke rumah sepupu mereka dan menginap di sana. Gadis itu berjalan santai menuju ke kamarnya dan merebahkan diri di sana. Hari ini adalah hari terbaiknya, di mana petualangannya sebagai fotografer di mulai. Ayuna tidak akan menyiakan kesempata yang datang padanya kali ini. Gadis itu tidak berlama-lama rebahan. Dia segera membereskan rumah, menyapu lantai dan mencuci piring. Setelah semua pekerjaan beres, Ayuna segera membersihkan diri, memilih baju terbaiknya untuk pergi bersama Tama. Dia ingin malam ini penampilannya tidak mengecewakan. Hanya untuk nonton bioskop bersama Tama, Ayuna sampai mengeluarkan hampir seluruh isi lemarinya. Dia merasa semua  bajunya kurang cocok.  Begitulah, semua cewek, pasti sama seperti Ayuna, tidak dapat melihat baju bagus saat akan pergi kencan bersama gebetan. “Kalau aku pakek ini, aneh nggak ya?” Ayuna bicara pada dirinya sendiri sambil berputar-putar di depan cermin besar yang ada di kamarnya bak seorang model. “Ah, sepertinya ini terlalu biasa, coba yang ini deh.” Ayuna melepas baju yang di kenakannya tadi dan menggantinya dengan model yang lain, begitu terus berulang-ulang, sampai akhirnya Ayuna menjatuhkan pilihan pada baju yang pertama kali di pilihnya. Ayuna kemudian merebahkan dirinya ke ranjang, dia membayangkan kebersamaan yang akan di lalui bersama Tama nanti di bioskop. Seutas senyum mengembang begitu lama di bibir gadis itu. Dia sedikit gugup, ini adalah pengalaman pertama kalinya Ayuna pergi ke bioskop bersama seorang cowok dan lebih membuatnya bahagia lagi, lelaki yang akan pergi bersamanya nanti adalah Tama, lelaki yang sangat spesial di hati Ayuna.  _Dear Dyari, Kamu tahu, Dear. Hari ini ada banyak hal manis yang aku lewati bersama Tama. Aku di masukkan olehnya ke klub cosplay dan di sana aku menjadi dokumentalis, ini adalah awal karirku. Rasanya aku bahagia sekali, Dear. Kamu tahu, Dear? Malam ini aku di ajak Tama ke bioskop, hal yang sudah lama sekali tidak pernah aku lakukan. Aku yakin, malam ini pasti akan menjadi momen yang tak terlupakan. Menurutmu, aku harus pakai baju seperti apa, Dear? Feminim? Tapi kami naik motor, tapi kan aku dan dia nggak pacaran, jadi aku nggak boleh terlalu berlebihan. Mungkin aku nanti harus berpenampilan yang simpel tapi berkesan, ayo Dear, bantu aku mikir, aku harus pakai baju apa hari ini? Kenapa ya, jantungku berdebar kencang? Ini benar-benar seperti kencan Dear, aku tidak sabar untuk menanri nanti malam. Apakah aku terlalu berlebihan? Sangat alay? Ah, terserah apa katamu, Dear..., yang penting hari ini aku sedang bahagia. Rasanya aku tidak ingin melewatkan satu momen kecil pun. Siap-siap, karena aku akan menuliskan semuanya di sini. Ehm, maaf ya dear, karena aku akan segera berkencan, jadi aku tidak bisa berlama-lama  bersamamu. Aku harus segera mandi sekarang, bye!_ Tulis Ayuna di buku diari kesayangannya, sebelum akhirnya dia masuk ke kamar mandi sambil bersenandung kecil. Kebahagiaan kini tengah menyelimuti hati Ayuna. Gadis itu benar-benar tengah berbunga-bunga hatinya. Tidak dapat di sembunyikannya. Sepanjang acara mandinya, Ayuna bernyanyi lagu romantis. sebentar-sebentar gadis itu tertawa tanpa sebab.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN