"Kau?" Aku terkesiap saat menyaksikan siapa yang sedang dipukuli para warga. Tubuh kurus, pakaian compang-camping, serta wajah yang tidak terawat juga ada bekas luka gores memanjang di bagian wajah kirinya. Tangannya yang kiri juga terlihat cacat. Kudekati lelaki itu, ia adalah laki-laki yang pernah aku kenal dulu waktu pertama kali aku tiba di Jakarta. Wajahnya babak belur di hajar masa karena tertangkap basah mencopet. Keadaannya berbanding terbalik saat beberapa bulan yang lalu kami bertemu dalam perlombaan. Meski beberapa kali kami hanya bertemu, namun aku tahu kalau laki- laki itu adalah Ustaz Adam yang pernah memberikan kerak telor. Saat itu Ustaz Adam terlihat gagah dan tampan memakai setelan jubah mahal dan barang berkelas. Tapi, kini sungguh aku hampir tidak bisa mengenalin