Memainkan Sebuah Rasa

1435 Kata
Berkata jujurlah selama itu benar! Jangan menutupi yang seharusnya tidak usah ditutupi, sebab akan menimbulkan satu masalah yang mungkin bisa terus menambah panjang karena merasa tak ada kejujuran yang berlaku. Sekalipun berkata jujur itu akan menyakitkan tapi percayalah lebih baik sakit karena kejujuran daripada kebohongan. Sebab semuanya akan terasa sakit bila diingat. Angga masih menutupi kebenaran mengenai wanita itu. Kejadian hari ini cukup membuat mereka semua lelah. Lelah hati, pikiran dan jiwa. Angga merasa lelah karena bingung tak tahu harus bagaimana menghadapi seseorang itu yang datang tiba-tiba di saat dirinya merasa sedang sangat bahagia dengan keluarga kecilnya. Ai merasa lelah karena belum menemukan celah untuk titik terang kejadian tadi. Mimi merasa lelah karena emosinya belum seluruhnya tersalurkan dan Ama merasa lelah untuk memberikan pengertian pada kakaknya itu. Mobil sudah meluncur meninggalkan pelataran rumah sakit. Malam yang syahdu karena di temani oleh gerimis manja yang membuat malam menjadi lebih indah juga romantis. Aroma tanah yang menguar masuk ke dalam cuping hidung mereka memberi kenyamanan sendiri di dalam hatinya. Masing-masing di antara mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Terlebih lagi Angga, ia sedang memikirkan kata-kata yang pantas diucapkan apabila nanti sang istri menanyakan siapa gerangan wanita yang dengan berani membuat masalah. Kejadian tadi pasti akan membuat Ai berpikir juga menanyakannya baik itu secara langsung atau tidak langsung. Angga hafal betul dengan tabiat istrinya yang pandai sekali membuat pertanyaan berputar-putar lalu dirinya akan terjebak di dalam pertanyaan tersebut dan stuck tak bisa menjawabnya. Seringkali Angga melakukan itu, makanya ia sama sekali tak bisa berkata bohong pada Ai. Selalu ketahuan pastinya. Ingin rasanya Angga lari dari masalah tadi, namun rasanya itu tidak mungkin. Saat pertemuan tak sengaja itu pun sebenarnya ia ingin sekali mengaku bahwa tidak kenal. Tapi, bagaimana lagi? Sikap wanita itu benar-benar menjijikan, tanpa basa-basi langsung menubruk dan memeluk erat. Ah, sial! Kenapa juga harus ketemu dia, sih! Sudah bagus tak pernah ketemu dan muncul di hadapan wajahku, ini sekarang justru bertemu di waktu yang sangat tidak tepat, umpatnya dalam hati. Mengaku tak mengenalnya pun percuma sebab kejadian yang tiba-tiba membuat tidak bisa berpikir! Argh! Menyesal sekali karena sempat mengenal wanita buruk sepertinya, keluhnya lagi dalam hati. Angga mengenal dia, sangat amat mengenal bahkan. Wanita itu adalah salah satu bagian dari masa lalunya. Masa lalu yang sebenarnya tak pernah ingin ia ingat-ingat kembali tapi dengan kejadian ini terpaksa teringat kembali. Dulu, Angga berusaha susah payah untuk melupakan masa lalu menyakitkan itu sebelum bertemu dan mengenal, Ai. Keadaannya di masa lalu tak lebih baik atau lebih buruk dari Ai. Keduanya sama-sama mempunyai masa lalu yang buruk. Dan, keduanya sama-sama berusaha bangkit dari sebuah keterpurukan itu. Ai bangkit dari rasa sakit yang dicurahkan oleh Vian dan Angga bangkit dari rasa ketidakpercayaan yang sudah ditanamkan oleh wanita itu. Hingga saatnya tiba, ia memilih Ai yang jelas lebih baik dari wanita itu. Memilihnya untuk menjadi istri juga Amih dari anak-anaknya kelak. Ya, hati memang tak pernah salah. Dengan membuang masa lalu yang menyakitkan, ia justru mendapatkan kebahagiaan yang sangat luar biasa seperti sekarang ini. Namun, tak bisa di pungkiri, rasa bahagia itu sekarang bercampur dengan rasa takut juga khawatir. Angga paham betul sifat istrinya, Ai tak akan pernah lelah untuk berpikir dan mencari jawaban yang akan menenangkan hatinya. Ibu hamil itu adalah tipe wanita berpikir dan ia akan terus berpikir hingga jatuh sakit lalu tak menyadarinya. Dan itu, benar-benar sangat dihindari oleh Angga. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menciptakan sebuah keraguan di dalam hati, Ai. Tapi sekarang, justru karena ulah wanita itu membuat Ai akan jadi seperti yang tidak seharusnya. Angga benar-benar sangat menghindari agar Ai tak berpikir terlalu berat. Mengingat dulu saat masih jadi istri orang lain, ibu hamil itu sempat keguguran jadi membuat kandungannya lemah. Angga tak ingin kandungan istrinya semakin lemah karena terlalu banyak berpikir lagi. Apalagi sekarang, kondisi Ai yang tengah hamil. Dimana kondisi hormon ibu hamil akan naik dan turun. Dalam hatinya, ia ingin istrinya itu hanya fokus pada kesehatan dan perkembangan janinnya saja tanpa ada pikiran-pikiran lain yang mempengaruhi. Angga menghembuskan nafas perlahan lalu mengusap wajahnya kasar. Angga memberanikan diri untuk menoleh ke arah samping. Menatap istrinya yang hanya diam dengan pandangan mata lurus ke depan. Istrinya itu seakan sedang memikirkan sesuatu hal yang mungkin tak penting. Rasa khawatir menyeruak hingga masuk ke dalam relung hatinya. Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan? Kenapa tatapanmu seakan kosong? Kenapa hanya menatap ke depan tanpa ada niat menoleh ke samping dan menatap aku? Sayang, maafkan aku yang belum sempurna untukmu, tapi aku berjanji akan selalu menjagamu dengan baik. Aku tak ingin kejadian di masa lalu membuatmu akan semakin terpuruk, ucap Angga dalam hati. Berbeda dengan Ai, ia sibuk dengan pikirannya sendiri sebab lagi-lagi masa lalu seakan-akan menari di dalam kepala cantiknya itu. Rasa sesak mulai terasa menghantam dadanya, ia takut ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi kembali. Berdiam diri dengan menatap lurus ke depan adalah hal baru yang selalu membuatnya nyaman. Dalam beberapa saat, ia seperti berhenti dari dunia yang selalu membuatnya terluka. Rasanya, ia ingin sekali membuat dunianya sendiri yang hanya ada kebahagiaan di dalam setiap langkahnya. Ai masih berada di dalam dunianya, dunia khayal yang membuatnya tenang. Dan semakin didukung oleh alunan musik yang terdengar sangat melow. Angga merasa bersalah melihat keadaan istrinya itu. Ia yakin sekali bahwa istrinya sedang memikirkan kejadian tadi. Aina adalah wanita yang pintar dan cerdas. Ia pintar sekali dalam memainkan sebuah rasa. Rasa menyakitkan sekalipun ia dengan pintarnya tetap bersikap seperti biasa walaupun itu menyakitkan. Ai benar-benar pintar menutupi apa yang sedang dirasakan olehnya. Ia seakan bisa membaca sebuah kejadian, bahkan ia bisa membaca permainan apa yang sedang dimainkan oleh orang lain. Aina dengan sengaja memilih diam agar bisa membaca situasi tadi yang sebenar-benarnya. Meyakini diri bahwa memang ada sesuatu antara Angga dan wanita itu. Tapi, siapa sangka dengan sikap diamnya Ai justru membuat Angga frustasi. Ia merasa tak kuat jika seakan didiamkan oleh Ai seperti ini. "Sayang," panggil Angga. "Aina, istriku sayang," panggilnya lagi karena tak ada jawaban. "Amih, cintaku," panggilnya kembali untuk yang ketiga kali seraya menggenggam tangan istrinya. Seketika Ai tersentak karena terkejut tiba-tiba ada yang menggenggam tangannya. Semua lamunan Ai buyar karena ulah Angga. "Sayang, kenapa?" "Hah? Memangnya aku kenapa, Pih?" "Mih, sudahlah jangan memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak dipikirkan. Jangan terlalu banyak memikirkan sesuatu yang tidak penting. Kasihan adik bayi kalau Amihnya terlalu banyak pikiran," ucapnya lembut kembali mengeratkan genggaman di tangan, Ai. Bagaimana mungkin bisa aku tak memikirkan semua itu, Pih? Melihat kejadian tadi seakan aku bermimpi buruk. Sungguh, aku tak ingin masa lalu itu datang kembali dan menari-nari di dalam kehidupan kita, jawabnya dalam hati. "Sudah ya, jangan melamun, lagi. Gak baik untuk kondisi Ibu hamil. Tenang saja, semua akan baik-baik, saja." "Amih tidak memikirkan apapun, Pih. Maaf, tadi tidak dengan Apih memanggil. Maaf ya," jawabnya lembut. "Amih melamun?" Angga mengulang kembali pertanyaannya itu. "Tidak, Sayang. Aku hanya merasa lelah saja dan ingin segera sampai di rumah." "Ya sudah, sabar ya." Ai mengangguk dan tersenyum manis. "Angga benar, Ai. Kamu jangan terlalu banyak memikirkan sesuatu yang belum tentu saja terjadi. Jangan sampai masa lalu kembali menyeretmu dalam bayang-bayang menyakitkan itu. Jangan selalu mengaitkan suatu kejadian dengan masa lalu. Berkaca dari masa lalu boleh, bahkan harus berkaca dan waspada tapi tetap harus sesuai porsinya jadi tidak berlebihan. Sebab, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik," ucap Mimi. "Kak Mimi benar, Ai. Lebih baik sekarang tenangkan pikiran, hati dan jiwamu. Jangan dibawa stres, kamu harus tetap baik-baik saja dan tenang sebab ada kehidupan yang seharusnya kamu pikirkan juga. Kehidupan yang ada di dalam kandungan kamu. Jangan lagi bersikap egois yang hanya memikirkan dirimu sendiri tanpa pernah mau memahami kondisi tubuh dan juga kandunganmu," timpal Ama. "Nah, betul itu kata Ama. Kamu harus selalu happy agar orang-orang yang ingin menjatuhkan merasa keki karena tak berhasil membuatmu jatuh. Justru, karena sebuah keadaan membuatmu semakin kuat mental dan hatinya. Kamu tenang saja, kami akan selalu bersama denganmu. Apapun yang terjadi, kami tidak akan pernah diam!" ucap Mimi. "Makasih ya, Kak Mimi, Kak Ama." "Tidak perlu berterima kasih sebab itu sudah seharusnya kami lakukan. Mendukung dan menenangkan kamu jika dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Entah itu ulah dari pikiranmu atau dari sekitarmu," jawab Mimi. "Kamu sungguh beruntung mempunyai sahabat seperti mereka, Mih. Mereka bukan lagi sahabat sih, sekarang. Tapi sudah melebihi semua itu, kalian layaknya saudara kandung yang enggan salah satunya berada dalam keadaan yang tidak baik-baik, saja." "Semoga persahabatan kalian abadi sampai maut memisahkan," lanjut Angga. "Aamiin," jawab mereka bertiga serempak. Mereka kembali diam dengan pikirannya masing-masing. Si kembar sibuk dengan ponselnya dan tak memperdulikan sepasang suami istri yang berada di kemudi depan. Aina benar-benar merasa ingin segera sampai dirumah dan merebahkan tubuhnya yang sangat lelah itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN