Kekesalan Bellova

1034 Kata
"Lalu kamu berharap apa dariku? Jadi suami yang 24 jam ada buatmu, yang akan melayanimu seperti ratu. Yang memandikanmu dan menyiapkan semua kebutuhanmu, tanpa perlu bekerja?" tanya Nick balik. "Bukan begitu maksudku, tapi setidaknya aku kamu anggap ada. Bukan hanya pajangan yang kamu beli dan diletakkan begitu saja, aku butuh perhatian dan saat ini yang bisa memberikannya adalah kamu. Kita ini sudah suami istri," jelas Bellova. "Hahaha, kamu jangan berharap terlalu tinggi. Apalagi ingin membuatku menjadi suami romantis yang mencintaimu, yang akan membelaimu sebelum tidur dan mencium keningmu setiap bangun tidur. Itu mimpi yang terlalu tinggi dan akhirnya akan menyakitimu, bersyukurlah karena aku mau menikahimu. Dan membuatmu jadi ratu dengan banyak pelayan, apa itu tidak cukup buatmu. Ayolah jangan selalu berharap terlalu berlebihan," ucap Nick disela tawanya. "Jika pernikahan ini hanya sebuah permainan buatmu, sebaiknya kembalikan saja aku ke rumah. Aku tidak ingin tinggal di penjara ini!" teriak Bellova dan memutar kursi rodanya. Belum sempat Bellova menjalankan kursi rodanya, Nick menahannya, membuat kursi roda itu tidak bisa maju. Napas Bellova terlihat memburu karena menahan emosinya, dia tidak menyangka Nick hanya berpura-pura baik selama ini. Nick duduk di hadapan Bellova yang langsung melengos enggan melihat wajah Nick, tapi tangan Nick memegang rahangnya cukup kuat dan membuat Bellova menatapnya. "Dengar, kamu harusnya bersyukur padaku. Karena aku mau menikahimu, karena jika tidak kamu itu hanya menjadi beban buat keluargamu. Dan setelah orang-orang tidak ada lagi yang perduli dengan kehadiranmu, kamu pikir keluargamu akan terus merawatmu? Tidak, mereka akan menempatkanmu di sebuah yayasan untuk orang-orang cacat. Karena mereka enggan mengurusmu, kamu tidak lebih seperti beban bagi mereka. Jadi bersyukurlah karena aku menikahimu dan menyuruhmu tinggal di sini," ungkap Nick apa yang dia tahu. "Akh!" pekik Bellova menghentak tangan Nick yang mencengkram rahang. "Jangan bohong kamu, keluargaku tidak akan mungkin melakukan itu, mereka menyayangiku dan pasti akan merawatku. Jadi jangan membuat cerita jahat seperti itu, cepat kembalikan aku ke rumah!" bentak Bellova. "Kenapa kamu tidak percaya, aku mungkin orang jahat, tapi aku bukan pembohong, papamu itu sudah mencari panti yang siap menampungmu. Dia merasa kamu hanya beban untuknya, itu kenapa aku langsung menerima untuk menikahimu. Dan papamu menerima beberapa proyek bisnis dariku, jadi buka matamu. Dan terima saja nasibmu di sini, toh aku tidak berbuat kasar padamu selagi kamu menurut. Apa yang kamu inginkan akan kamu dapatkan," ucap Nick meyakinkan. Bellova terdiam, sebenarnya dia tidak meragukan ucapan Nick jika sudah menyebutkan Papanya. Karena sebenarnya tuan Robert tidak pernah benar-benar menyayanginya, itu kenapa Bellova merasa tidak terlalu dekat dengannya. Bellova selalu merasa dibeda-bedakan dengan kedua saudaranya, bahkan dia tidak pernah ditawari untuk bekerja di perusahaan papanya sendiri. Itu kenapa akhirnya Bellova mencari pekerjaan dan berada di perusahaan Nick saat kejadian itu. "Sudah mikirnya? Kalau begitu diam dan terima saja, jangan berharap lebih apalagi ingin aku menjadi suami sepenuhnya. Kamu pikir mudah buatku, termasuk harus meniduri perempuan lumpuh sepertimu. Aku mau tidur satu kamar saja kamu harusnya bersyukur," ujar Nick mendorong kursi roda Bellova kembali ke arah tempat tidur. Bellova hanya diam, seolah dia tidak punya semangat apapun lagi. Ucapan Nick seakan mengoyak hatinya, dia sadar hanya seorang wanita cacat yang harus bersyukur dinikahi. Dia tidak akan berharap lebih, apalagi mengetahui jika Papanya berniat menyingkirkannya dari rumah karena menganggapnya beban. Nick menggendong Bellova, meletakkannya di atas tempat tidur. "Kamu harus mulai belajarlah untuk naik dan turun dari kursi roda sendiri, jadi jika perawatmu sedang melakukan sesuatu dan kamu ingin naik ke kursi roda kamu bisa sendiri. Sebentar lagi perawatmu akan sampai, aku harus menyelesaikan pekerjaanku yang tertunda. Istirahatlah sebentar, setelah perawatmu datang kamu bisa bersih-bersih dengan bantuannya." Nick langsung berbalik menuju walk in closed selesai bicara pada Bellova. Selesai berganti pakaian, Nick kembali keluar terdengar suara pintu di ketuk. Nick langsung menyuruhnya masuk, dua pelayan wanita datang membawa barang-barang Bellova. "Kalian rapikan barang-barang miliknya, letakan di bagian bawah supaya dia tidak kesulitan meraihnya jika ingin mengambil sesuatu sendiri." "Baik, Tuan." Keduanya menjawab secara bersamaan, Nick langsung berlalu meninggalkan kamar itu. "Nona, kami akan merapikan barang-barang Anda. Apa Anda butuh sesuatu?" tanya salah seorang pelayan. "Tidak, lakukan saja tugas kalian. Tolong ambilkan tasku itu saja," jawab Bellova menunjuk arah tasnya. "Baik, Nona." Pelayan mengambilkan tas Bellova lalu melanjutkan tugasnya, masuk ke dalam walk in closed. "Aku butuh teman bicara, tapi siapa. Satu tahun terakhir aku sudah menyingkir dari semua orang, bahkan aku tidak punya teman lagi. Apa mereka masih mau jika aku menghubungi mereka?" tanya Bellova bicara sendiri. Bellova merasa menyesal, karena kejadian sebelum kelulusan dia akhirnya memutuskan untuk menjauh dari dunia. Dia selalu mengurung diri di kamar dan menjauhi semua orang, sampai akhirnya dia merasa sudah cukup dan ingin kembali berinteraksi dengan orang-orang. Itu kenapa dia akhirnya melamar pekerjaan di perusahaan Nick dan akhirnya mendapatkan panggilan wawancara kerja di hari naas itu. Sementara itu, Nick yang turun ke lantai bawah melihat Sean sedang sibuk dengan tabletnya. Dia ikut duduk di sofa ruang tengah, membuat Sean mengalihkan pandangan pada Nick yang mengusap wajahnya sendiri. "Ada apa, Tuan?" tanya Sean. "Tidak ada apa-apa, apa perawatnya sudah kemari?" tanya Nick menutupi yang sebenarnya. "Sudah, Tuan. Sebentar lagi mungkin sampai dan untuk asisten pribadi Nona Bellova mungkin besok pagi baru sampai." "Baguslah kalau begitu, aku tidak bisa selalu membantunya. Aku tidak mau sampai harus mengurusnya membersihkan diri," ucap Nick. "Bukankah tadi ada pelayan yang naik, kenapa tidak minta mereka lebih dulu untuk membantu nona." "Lalu kamu mau semua pelayan di rumah ini melihat tubuh istriku? Itu kenapa aku menyewa perawat khusus yang biasa melakukan pekerjaan ini, agar tidak semua pelayan di rumah ini yang melakukannya. Bagaimanapun dia istriku, tidak mungkin aku membiarkan tubuhnya menjadi konsumsi publik meskipun sesama perempuan!' tegas Nick. "Maafkan saya, Tuan. Harusnya saya tidak bicara seperti itu," sesal Sean. "Sudah, aku mau ke ruang kerja. Kamu urus jika perawat itu datang, bilang padanya untuk tidak kemana-mana sampai Bellova tidur atau aku kembali ke kamar." Nick beranjak dari duduknya dan meninggalkan ruangan itu, berjalan menuju ruang kerjanya. Sean menatap punggung sang bos, yang terlihat seperti orang lelah. Hanya saja Nick memang selalu menutupi apa yang sedang dirasakannya, meskipun kadang dia begitu terbuka pada Sean. Kadang Nick bisa menjadi sosok yang sangat misterius bagi Sean, ada beberapa hal yang tidak diungkapkan Nick padanya. Meskipun sebenarnya Sean bisa merasakannya, tapi dia tidak pernah tau kepastiannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN