1# Prilly Lovita dan Geng The Bitch
1. Lovita dan Geng BITCH
Siang terik terasa menyengat, bulir keringat pun jatuh begitu saja dari sela pori-pori kulit, tetapi saat cuaca sedang panasnya, tak perlu semangat gadis hijau nan manis untuk menjalankan misinya. Prilly Lovita, gadis itu sudah siap dengan tugas dari ketua Geng yang selama ini di idam-idamkan ia bisa bergabung di dalamnya.
"Lo mau gabung di geng kita? Boleh-boleh aja, tapi penuhi dulu syaratnya!"
"Mau kak, apa syaratnya?"
Gadis manis, cantik nan mungil sangat terobsesi sekali untuk menjadi bagian di dalam geng yang terkenal di kampusnya. Lovita sangat tertarik untuk bisa dekat dengan geng yang digawangi oleh Renata, Sheila, Ratna dan Via itu. Termasuk keempatnya dalam kategori cewe cantik nan populer di kampus Lovita dikembalikan studynya.
BITCH nama geng mereka. Eh, tapi jangan berpikir m***m dulu, itu tidak seperti arti sebenarnya. b***h itu singkatan dari Beautiful Intelegent Talented Charming Hot . Aku suka geng si p*****r itu terkenal cantik, pintar, semua anggotanya bertalenta dan juga hot atau rekreasi mereka jadi pusat perhatian.
"Lo tahu Ali, kan!" Renata sang ketua geng menunjuk ke arah cowo berkamata yang tengah berjalan melewati arah mereka.
Gadis bernama Lovita itu melirik sekilas ke Arah lelaki yang ditunjuk oleh si ketua geng tadi.
"Iya tahu Kak, memangnya kenapa ya?" Siapa yang tidak tahu Ali, mahasiswa tampan dengan segudang prestasi dan pastinya jadi wanita di kampus. Tapi sampai detik ini tidak ada satu pun yang terlihat berhasil lolos lelaki keturunan Arab-Jawa itu. Lovita juga tahu siapa Ali, tetapi ia baru saja datang, tapi siapa pun Ali sangat tidak menarik yang bisa menerima di geng yang sudah lama ia incar itu.
"Dilarang menyela sebelum penjelasan gue selesei!" Cerca Renata yang membuat Lovita mengatupkan bibir seketika.
"Lo harus deketin dia kalau mau gabung di geng kita!"
"Tapi kak ..."
"Peraturan satu tadi apa Vi?" katakanlah Renata sinis menatap ke arah Lovita.
"Dilarang menyela sebelum penjelasan selesei."
"Lo denger itu kan!"
"Iya Kak, maaf."
"Namanya Ali Cendekia, anak fakultas teknik mesin semester empat! Kalau lo serius gabung sama kita di sini, lo harus deketin dia, lo cari tahu seperti apa kira-kira soal cewe idaman Ali, dan juga cari tahu apa diem-diem dia udah pacar" , jika lo bisa dapetin informasinya lo lulus dan akan melanjutkan ke ujian selanjutnya. Gimana, deal atau tidak? "
"Iya kak setuju,"
"Bagus, tunggu informasi dari lo."
Lovita tidak perlu berpikir dua kali untuk menerima persyaratan yang diminta oleh Renata. Cuma nyari informasi ini, tak akan sulit diambil. Begitu pikir gadis itu.
***
Sementara itu sosok tampan tengah serius dengan berbagai buku tebal yang entah mengapa ia bisa berlama-lama dengan buku-buku tersebut. Ibarat jika dia punya pacar, mungkin pacarnya akan kalah menarik dimatanya dibandingkan dengan berbagai jurnal dan buku tentang teknik mesin yang ada di hadapannya.
"Hai, Kak," suara sapaan seorang gadis menginterupsi saat Ali sedang fokus dengan bacaan. "Boleh kenalan nggak?" ucapnya tanpa basa-basi di depan Ali. Jika suka banyak gadis yang malu-malu atau gugup jika mau langsung dengan lelaki itu, tapi tidak dengan gadis satu ini, Lovita. Ternyata usahanya untuk bisa diterima di geng Renata tidak main-main. Lovita langsung gercep! Alias gerak cepat dengan menghampiri dan langsung mengajak berkenalan dengan Ali.
"Assalamu'alaaikum," ucap lelak itu melirik sekilas ke arah Gadis yang kini mengambil tempat duduk di sebelahnya.
"Eh, gue pengen kenalan sama lo, kan?"
"Jawab dulu salam-ku kalau mau kenalan!"
"Iya iya, wa'alaikumsalam, Kak?" Sambil menjawab salam Lovita menyodorkan tangan untuk berkenalan. Tapi sekian detik dia menunggu, lelaki di sebelahnya itu juga ikut diangkat.
"Bukan mahram," ucapnya lembut.
'Cowo aneh!' batin Lovita dalam hati.
"Panggil Ali saja, nggak usah bingung begitu," ucapnya seperti tahu apa yang Lovita mengerti. "Lovita, aku harus manggil apa nih? Vita, atau Lovi, apa Cinta?"
"Terserah, tapi kok lo tau nama gue sih Kak? Eh, Li?" Ali hanya tersenyum, tetapi mengalihkan menunjuk ke arah jas almamater yang dikenakan Lovita 'Iya jelas aja bisa tau, begonya lo Lovi! Pasti baca nama lo di sini kan! ' gumam Lovita dalam hati.
"Lalu?"
"Lalu Apanya Li?"
"Lalu apa yang mau kamu tahu selanjutnya?"
"Eh, itu ... apa ya, anu ..." Lovita jadi salah tingkah langsung diterima seperti itu. Kesannya ketauan setelah menerima Ali memang ada yang membantah.
"Bilang sama Renata, yang jelas bukan seperti dia tipe perempuan idamanku."
'Nah loh! Ini orang apa sih vampir? Kok bisa baca pikiran gue. Belum diumumkan udah diumumkan sendiri, bagus Ta, jadi ga usah susah-susah nanya deh. ' batin Lovita bersorak.
"Lo udah punya pacar belum sih? Terus kira-kira tipe pacar idaman lo kayak apa sih?" Rupanya Lovita ini termasuk salah satu kerumitan yang suka bicara jujur tanpa tedeng aling-aling. Ceplas-ceplos sama jujur kan beda tipis. Cuma Lovita suka masuk dalam kategori pertama, ceplas-ceplos dan kadang suka lupa difilter kata-katanya.
Lagi-lagi Ali bebas tersenyum bebas pertanyaan gadis itu. Gimana nggak berani, mau kenal aja baru hitungan menit tapi sudah berani tanya masalah yang suka pribadi begitu. Satu kata Ali buat Lovita, 'cewe langka.' begitu batinnya.
"Hallooo ... dijawab dong kalau ada yang nanya!"
"Aku nggak pacaran, dan nggak ada niat buat punya pacar! Udah dijawab ya, jelas kan?" Sahut Ali
'Aiih, apa yang tadi bilang? Nggak pacaran, nggak ada niat buat punya pacar. Waduuh..jangan-jangan GGG lagi, ganteng-ganteng gayung! ' batin Lovita mulai ngawur.
"Sudah cukup kan informasinya. Oke aku tinggal dulu, sampai ketemu lagi, Sayang, assalamualaikum."
Meninggalkan Lovita dengan berbagai pertanyaan di otak. Ali pergi begitu saja.
Satu hal yang pasti, dia berhasil mengoreksi keterangan langsung dari mulut lelaki itu. Siapa itu Ali, apa maunya dia, seperti apa prinsip pergi. Buat Lovita itu semua Bomat! Alias bodoh amat! Yang penting informasi sudah dikantongi, dan jalan bisa diterima di The b***h semakin lebar. Seperti itu memikirkan seorang Lovita.
>>
Bersenandung kecil Lovita menyusuri koridor kampus dengan niat ingin bertemu dengan para anggota jalang, merasa sudah tak sabar untuk memaparkan informasi yang ia peroleh langsung dari Ali. Berharap nanti Rena akan senang mendengar hasil penyelidikan pada lelaki yang menurutnya aneh itu.
"Gimana, apa yang lo dapet tentang dia?" cerca Renata saat dihadang Lovita di koridor kampus.
"Tenang Kak, gue udah dapet semua informasi tentang dia, apakah Ali nggak punya pacar kak," Rena tersenyum mendengarkan penjelasan Lovita. "Terus dia bilang lagi, nggak ada niat buat punya pacar atau pacaran," kali ini wajah Rena agak berubah mendengarnya, senyum di bibirnya juga sudah musnah. "Dan Ali, yang pasti tipe cewe idamannya bukan seperti kak Renata," bukan musnah lagi itu senyum di wajah Rena sambil mendengarkan kata-kata Lovita, tapi kini berubah menjadi seperti harimau yang siap menerkam mangsa. Lovita sampai tidak berani meliriknya.
"Apa lo bilang! Coba lo ulangi lagi kata-kata lo itu!"
"Iya Kak, katanya yang pasti tipe cewe Ali bukan Kak Renata," ucap Lovita mengulangi. Nah kan, kalau sudah begini bisa dibilang jujur bawa kiamat ini namanya. Lovita sih, jadi orang kok ceplas-ceplosnya nudzubillah, nggak lihat sitkon. Situasi dan kondisi, jika sudah begini kan dia sendiri yang rugi.
"Pergi lo sekarang juga dari menghadiri gue!" teriak Rena pada Lovita.
"Lho Kak, tapi kan gue udah ..."
"Pergi! Dan inget ya, jangan sampai gue lihat lo lagi di depan kita."
Renata dan genk pergi begitu saja. Meninggalkan Lovita yang bingung. Kenapa tiba-tiba Renata bisa terlihat sangat marah. Sementara dia berpikir sudah melakukan apa yang diperintahkan untuknya.
"Gimana Lov? Diterima lo sama jalang?"
"Lo Ra, gue kira siapa," Lovita sedang melamun sendiri di bangku taman saat ada yang menepuk pundaknya dari belakang. Ternyata Indira atau Dira, teman satu fakultas juga satu kost-an dengan Lovita. Sama-sama dari luar kota dan bertemu saat ospek membuat Lovita lumayan dekat dengan Dira, disediakan saat tahu mereka juga tinggal satu kost yang sama.
"Boro-boro Ra! Yang ada gue kesel tau nggak! Sebel banget gue, lo tau kan kalau gue ini udah berusaha yang terbaik, masa kerja gue ga ada di hargai barang sedikitpun. Kesel nggak tuh!" Lovita tidak sadar rupanya karena saking asyiknya mengeluarkan uneg-unegnya Dira yang tadi membelanjakan membelakanginya sudah berganti dengan sosok tegap yang kini tengah tersenyum geli membaca semua luapan dialog Lovita. Lucu, begitu batin Ali.
"Lo tahu nggak sih Ra, gue lagi beteeee sebete-beteeee-nya!" mata Lovita membeli sempurna saat menoleh ke belakang dan mendapati siapa saja yang tengah berdiri dengan senyumannya. "Kok, lo sih! Sejak kapan Dira bisa berubah wujud begini," tanyanya bingung.
Sementara Ali yang tadi melihat Lovita tengah berjalan kesal ke arah taman dan diam-diam memperhatikan gadis itu. Saat ingin menghampiri ternyata sudah keduluan oleh Dira, jadi untuk beberapa saat ia meminta Dira menyapa Lovita baru setelah diam-diam Ali memberi kode pada Dira agar meninggalkan Lovita dan berganti dia yang memilih kedok di gadis berpipi gemuk.
"Iya ini aku, masih ingat kan, orang yang kamu investigasi kemarin siang," ucap Ali bernada candaan.
"Iya gue ingat, ngapain lo kesini! Pasti mau ngetawain gue lo, gegara jawab lo itu, gue diusir dari si jalang, sebel gue!" cerocosnya pada Ali yang sekarang mengambil posisi duduk di sebelah Lovita tetapi masih dengan persetujuan atau jarak.
"Istighfar, nggak baik kesel kayak gitu,"
"Bodo amat!"
"Memang kamu jawab apa? Kok sampai diusir dari genknya Renata?"
"Iya gue jawab sesuai lo kemarin lah! Emang menunggu."
Ali malah tertawa mendengar jawaban Lovita. "Jadi kamu bilang semua yang aku katakan tadi sama Rena?"
"Iyalah! Apalagi emang," jawab Lovita ketus.
'Ini anak jujur sama bloon beda tipis kayaknya. Cewe langka dan unik. ' Gumam Ali.
"Apa lo malah tersenyumam-senyum gajelas gitu!"
"Nggak papa, jadi kamu ga diterima sama Renata CS?"
"Kalau gue diterima nggak mungkin kan sekarang gue bete!"
"Yaudah sabar, mungkin memang belum rejekinya, sebagai ganti mau nggak jadi teman aku aja, Gimana?" Lovita menoleh Ali seketika, menelungkupkan mencari-cari ada kejanggalan apa sampai lelaki di sebelahnya memberi tahu pertemanan. Tidak ada yang janggal, biasa aja. Gumam Lovita.
"Kenapa, nggak mau punya teman kayak aku? Oke ga papa, semoga kamu bisa menemukan teman seperti yang kamu harapkan," katakan Ali akan beranjak pergi
"Eh, tunggu! Maen pergi-pergi aja lo! Belum juga gue jawab mau apa nggak!"
Ali menahan langkah.
"Jadi?"
"Ya, karena lo udah bikin gue diusir dan nggak punya peluang lagi buat masuk ke The b***h, oke gue terima tawaran lo tapi dengan satu syarat!"
"Lha kok pake syarat, orang itu mau mau temenan yang ikhlas yang tulus, biar silaturahminya juga dapet berkahnya, jangan karena ada apa-apanya."
"Ish, bawel deh! Jadi cowo itu nggak boleh bawel tahu!" rasanya kadar kekesalan Lovita bertambah menjadi seratus persen, sudah pasti karena nggak bisa masuk genk impiannya, eh tambah kesal tiba-tiba dapet ceramah si ustaz dadakan Ali maulana ini. Jerit Lovita dalam hati.
"Terserah apa kata lo deh!" kali ini Lovita yang beranjak pergi meninggalkan Ali yang masih dengan senyuman di wajah.
Lovita yang sedang menyusuri koridor jadi teringat kata-katanya semalam saat ngobrol dengan Dira.
"Pokoknya gue yakin banget Ra, gue bakal gampang diterima di genknya Kak Rena, iya kan lo tahu sendiri, gue ini sudah lebih dari cukup memenuhi persyaratan masuk genk si jalang." ucapnya semalam penuh keyakinan di depan Dira.
Dira hanya mangut-mangut saja mendengarkan Lovita. Dira tahu betul jika Lovi itu lucu dan keras kepala. Susah buat dinasehati.
"Yakin amat lo, Lov, kapan lo gagal gimana?"
"Lo dengerin gue ya Ra! Kalau gue gagal masuk si jalang, gue nggak akan lagi mau buat masuk ke genk manapun, kalau perlu nanti gue temenannya sama cowo aja!"
"Hati-hati tuh omongan, kejadian aja, harus ditepati lho!" peringat Dira saat itu.
'Duuh, apa gue kemakan sama omongan sendiri ya, nggak masuk si jalang, tapi malah didatengin si Arab jambul,'
Lovita jadi takut dengan omongannya sendiri. Kenapa cepet banget gitu bisa jadi kenyataan.
Jadi, takdirkah yang mempertemukannya dengan Ali atau karena kata dari ucapannya sendiri, dan pepatah kata setiap kata adalah doa yang terucap. Ataukah menentang karena Allah dengan cepat mengabulkan doa-nya untuk memiliki sahabat lelaki?
Seribu Nadzar Cinta
~~~~~~~~