"Why do you love me..."
Sebuah lagu cinta membangunkan Greyzia dari tidurnya yang cukup lelap. Berbarengan dengan itu, anjingnya menyalak. Kali ini Greyzia terbangun bukan karena alarm ponsel. Kombinasi yang aneh dan jitu untuk membuat Greyzia keluar dari alam mimpi.
"Bentar, aku doa dulu yah, Cin." ujar Greyzia ke Cinderella dan segera berdiri untuk mengambil kitab suci dan buku renungan harian. Memang seperti itulah seorang Greyzia Gunawan. Selalu menyempatkan diri untuk berkomunikasi dahulu dengan Tuhan dan alam semesta melalui doa dan satu perenungan pribadi di pagi hari.
Pembacaan kitab suci hari ini diambil dari kitab Mazmur. Dari Mazmur pasal sembilan puluh lima. Greyzia membaca ayat demi ayat dengan penuh penghayatan. Cukup lama ia baca. Mungkin ada sekitar sepuluh menit.
Selesai sudah Greyzia, seorang perempuan lajang (yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya di kantor dan pelayanan di gereja sebagai guru sekolah minggu), membaca ayat demi ayat yang perempuan itu baca dari sebuah kitab yang konon ditulis oleh salah seorang raja Israel. Mungkin ia tak terlalu mengerti dengan apa yang dibacanya. Namun, yang ia tahu, aktivitas yang ia sudah lakoni sejak masih kanak-kanak, itu sudah memberikan energi tambahan yang membuat dirinya begitu berenergik sebelum beraktivitas.
Perempuan itu coba mengingat, membaca kembali, dan merenungkan apa yang ia baca barusan. Sungguh tulisan yang cukup membuat ia terpekur sendiri dari seorang yang sengaja tak menyebutkan identitasnya. Si penulis hanya berani menyebutkan identitasnya sebagai anonymous.
*****
Hukuman dan Didikan Allah
Mazmur 94: 12-15
Jika kita mengamati proses peradilan di Indonesia, kita merasa pesimis. Dari hulu sampai hilir sarat dengan manipulasi dan rekayasa. Apa pun asal ada uang bisa diatur, tuntutan bisa dibatalkan, vonis bisa diubah. Baik dari membebaskan orang bersalah maupun menghukum mereka yang tidak bersalah.
Syukur, bukan demikian hakim adil yang pemazmur percayai. Pemazmur telah mengalami bagaimana Tuhan membela dia dari serangan keji orang fasik yang mencoba menghancurkan dia.
Pemazmur berani berseru kepada Tuhan agar keadilan-Nya kembali ditegakkan saat kejahatan merajalela di tengah-tengah umat-Nya. Pemazmur yakin bahwa tidak ada dosa dan kejahatan orang fasik yang tersembunyi di hadapan Tuhan. Tuhan pasti akan menghukum dan membinasakan mereka serta memulihkan umat-Nya dari penderitaan akibat ulah orang-orang jahat.
Di sisi lain pemazmur yakin bahwa penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi pada umat-Nya lewat tangan-tangan jahat adalah bagian dari pendidikan dan disiplin Tuhan atas mereka. Justru melalui masalah, umat Tuhan diingatkan untuk kembali setia kepada firman- Nya.
Semakin mereka berpaut pada kehendak-Nya, semakin pula mereka menegakkan keadilan. Maka keadilan Tuhan ditegakkan baik dengan cara menghukum mereka yang bersalah maupun dengan cara umat Tuhan menegakkan yang benar dan menyingkirkan yang salah!
Berharap keadilan pada tangan manusia, sekalipun mereka yang berjabatan dan berotoritas tinggi, hanya akan mendatangkan rasa kecewa, frustasi, dan apatis. Namun berharap pada Tuhan niscaya tidak akan mengecewakan.
Pada waktunya orang jahat akan menuai hasilnya yang membinasakan. Namun sementara menunggu waktu Tuhan, panggilan untuk kita adalah menjadi orang yang taat hukum, menegakkan keadilan di sekeliling kita, dan membela mereka yang tertindas! Jika engkau anak Allah, engkau dikasihi, sekalipun dalam relasimu dengan manusia, engkau sama sekali tak punya siapa-siapa.
Doa:
Tuhan, ada kalanya kami merasa sedang dihukum Tuhan dan tidak Engkau kasihi lagi, bersyukur oleh karena Kristus maka Engkau mengasihi kami ketika kami membawa kelemahan kami dan bertobat memperbaiki hidup kami. trimakasih Tuhan dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
*****
Greyzia tutup kitab sucinya. Ritsleting dari sarung Alkitab-nya dinaikkan. Ia melipat tangan dan mulai berdoa. Terkadang berdoa berdasarkan tuntunan dari buku renungan harian, ada kalanya ia berdoa sendiri secara kreatif. Ia sering mencurahkan isi hatinya secara suara batin melalui doa.
"Amiiinnn..." ucap Greyzia tersenyum.
Alkitab dan buku renungan harian itu diletakkan kembali ke dalam rak buku. Greyzia lalu berdiri cukup lama. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kini pandangan matanya tertuju pada kalender dinding yang tertempel tak jauh dari jendela kamar. Ke sanalah ia melangkah.
"Udah tanggal tiga aja," ujar Greyzia yang lalu membolak-balik kalender. "Cepet juga waktu berlalu. Perasaan baru kemarin tahun baru. Eh, udah ketemu tahun baru lagi aja. Udah Advent pertama aja. Mau Natal."
Greyzia langsung menyanyikan salah satu lagu Natal, "What a bright time, it's the right time, to rock the night away, jingle bell time is a swell time."
Jam dinding di dalam kamar Greyzia sudah menunjukkan pukul 05:32.
"Langsung mandi aja, ah. Daripada rebutan kamar mandi bareng adek yang super tengil. Cowok kok, tapi kalo mandi kayak cewek?!" kata Greyzia yang menyindir adik pertamanya, yang aktivitas kamar mandi adiknya malah jauh lebih lama daripada dirinya.
Greyzia berjalan menuju lemari baju. Ia buka pintu lemari bajunya.
"Enaknya pake yang mana, yah?" Greyzia memilah-milah pakaian yang tergantung di dalam lemari. "Yang ini, udah kan minggu lalu. Yang ini apa lagi. Eh, bentar,"
Greyzia memungut salah satu gaun berwarna ungu yang tak tergantung. Gaun itu berbentuk agak mirip dengan gaun yang dikenakan oleh Cinderella. Sejak kecil, Greyzia amat menyukai cerita Cinderella tersebut. Ia selalu berangan-angan dirinya itu seorang Cinderella, yang mendapatkan keberuntungan mendadak untuk datang ke pesta dansa, lalu berjumpa dengan pangeran, berdansa dengan pangeran, kabur mendadak, dan, ujung-ujungnya ia menjadi buronan kerajaan.
Gaun ungu itu Greyzia pegang. Ia hirup gaun tersebut. Hidungnya mengernyit. Katanya, "Bau! Kok bisa gue lupa nge-laundry gaun ungu ini? Nanti sepulang gereja, gue bawa ke tukang laundry langganan."
Greyzia mengapit gaun ungu itu di ketiak. Tak lupa ia mengambil pakaian yang hendak ia kenakan. Kelihatannya ia tahu hendak mengenakan pakaian yang mana. Blus berwarna hijau sebagai atasannya, dan celana panjang berwarna gelap. Itulah yang ia pilih. Selanjutnya, ia berjalan keluar kamar. Yang sebelumnya, ia meringkuk ke bawah ranjang. Dilepaskan sebentar anjing Poodle kesayangannya, yang sudah tiga-empat tahun terakhir, sudah menemaninya di dalam kamar. Cinderella adalah nama anjing Poodle tersebut.
"Bentar, yah, Cinderella," ujar Greyzia yang tergesa-gesa ke rak terbawah. Di sana ada sekotak Royal Canin dan piring makan khusus anjing. Greyzia meletakkan isinya ke dalam piring secara hati-hati. Ia kembali ke Cinderella. "Love you so much, Cinderella. Thank you for being my best friend till this second."
Cinderella menyalak. Ekor Cinderella berputar-putar lucu. Beberapa kali Cinderella menjilati wajah Greyzia. Greyzia membalas aksi Cinderella dengan cara mengelus-ngelus rambut Cinderella.
"Aku pergi ke gereja dulu. Di rumah, jangan nakal. Jangan nyakar-nyakar perabotan rumah lagi. Nggak usah takut. Si Jason ada di rumah, kok. Dia biasanya gerejanya sore." kata Greyzia mengumbar senyuman manis.
Cinderella menyalak lagi. Anjing Poodle itu tampaknya senang sekali dengan senyuman dan kedipan mata Greyzia tersebut. Jangankan seekor anjing jenis Poodle, setiap laki-laki di tempat kerjanya begitu tergila-gila dengan senyuman Greyzia tadi. Teramat sayang, tak satupun dari laki-laki tersebut yang diterima Greyzia sebagai pacarnya. Kejujuran Greyzia dalam menolak itu sungguh menyakiti hati para laki-laki tersebut.
Greyzia bangkit berdiri dan menggeser pintu. Cinderella menggonggong sembari mengikuti Greyzia.
"Cin, dalem kamar aja. Ngapain ngikutin aku, sih?" ucap Greyzia dengan mata melotot. "Aku mau mandi. Lagian kamu kan cowok."
Cinderella agak takut. Ia menurut dan kembali ke dalam kamar. Anjing Poodle itu memakan makanannya dengan lahap sekali.
Greyzia tersenyum dan meneruskan perjalanannya. Sebelum ke kamar mandi, ia bergegas ke dapur dulu. Jika mencari kantong kresek, memang adanya di dapur. Keluarga Greyzia, walau itu sebetulnya mamanya, memiliki kebiasaan suka menyimpan kantong kresek selepas dari pasar, mal, atau tempat-tempat yang biasanya pramuniaganya sering memberikan kantong kresek.
Di dapur, mamanya tampak sibuk memasak. Sepertinya memasak bihun goreng topping daging kambing. Itu adalah salah satu makanan kesukaan Greyzia.
"Masak apa, Ma? Enak, nih, kayaknya."
"Tumben kamu telat bangunnya. Biasanya suka bantu-bantu Mama."
Greyzia nyengir.
"Nyari apa kamu?"
"Kantong kresek, Ma. Abis, yah?! Soalnya nanti sepulang gereja aku mau bawa gaun ungu favorit aku ke tempat laundry."
"Yang kamu pake buat ke nikahannya sahabat kamu itu, si Tania?"
Greyzia mengangguk. "Disimpen di mana, sih, Ma?"
"Kan, semalam Mama sampai teriak-teriak, ngomong ke kalian, kantong kresek habis. Jangan lupa beli lagi kalau ke supermarket."
Greyzia mendesah.
"Ya, udah, taruh di dalam mobil aja. Simpen di dalam rak salah satu jok. Kunci mobilnya ditaruh papa kamu di dekat tivi."
Greyzia bergegas ke ruang tengah.