Dengan tangan kiri menahan punggung Amy dan tangan kanan menyelinap di bawah kedua lutut gadis itu, Paris membawa gadis yang ia sangka mate sejatinya menuju kamarnya. Dia membuang perasaan tidak nyaman ketika me-reject Vetri. Paris bahkan ingin menyingkirkan perasaan hampa yang merayap di d**a tanpa bisa dihentikan.
Paris menghentikan langkah kakinya ketika ide mengerikan muncul di benaknya. Dia berpikir untuk membuat gadis itu tidak muncul lagi di depannya. Paris mengira jika langkah itu mampu membuat perasaannya membaik.
"Amy, bisakah kau menuju ke kamarku sendiri? Aku ingin mengatakan sesuatu pada ayahku? "
"Ada apa Paris? Apakah kau terganggu dengan sesuatu? "
"Aku ingin meminta ayah untuk membatasi gerak Vetri. Aku tidak ingin melihatnya lagi. "
Paris tidak melihat senyum kejam dan penuh kemenangan yang muncul di wajah Amy.
"Tentu saja, turunkan aku disini. "
Paris menurunkan tubuh Amy perlahan. Dalam tiap gerakannya lembut tersirat perhatian yang besar sebagai bentuk cinta dari Paris. Untuk tindakan terkecil apa pun yang berkaitan dengan Amy, Paris memperlakukan gadis itu seperti permata berharga yang langka.
Kecantikan Amy menarik akal sehatnya hingga tak tersisa.
Mereka berpisah di ruang tengah. Paris menuju ke ruang ayahnya sedangkan Amy berjalan ke kamar Paris.
"Vetri, akulah sang pemenang. Kau akan tetap menjadi pecundang dan aku yang selalu menang. "
Amy masuk ke kamar Paris. Dengan sabar ia menunggu Paris untuk aktivitas panas mereka.
"Fufufu apa kau puas dengan hasil sihirku, Amy? " Sebuah suara muncul di cermin yang tergantung di dinding. Kemudian sosok cantik bersurai gelap muncul dan menyeringai lebar.
"Lumayan, " jawab Amy.
"Nikmati kesenanganmu, Amy. Dan aku akan meminta bayaran atas sihir yang kau minta. "
"Sudah kubilang. Selain jiwa dan kecantikanku, kau boleh mengambil apa pun yang kau inginkan. "
"Ahahah tentu saja, Amy. "
"Sekarang pergilah. Aku tidak ingin Paris memijat mu. Nanti semua akan kacau."
"Tentu saja Amy. Aku hanya mengingatkan perjanjian kita. "
Cermin itu kembali memantulkan gadis bersurai pirang dengan seringai manis.
"Hem, sepertinya urusan Paris sudah selesai. Aku mencium aromanya yang semakin mendekat. "
Amy berdiri membelakangi pintu. Tangannya bergerak membuka satu demi satu gaun yang ia kenakan.
"Sepertinya ada yang memulai sesuatu yang menyenangkan tanpa menungguku. "
Amy memandang Paris dari balik bahunya. Dia tidak berhenti dan masih melucuti satu demi satu kain yang melekat di tubuhnya.
"Ini menyenangkan. Aku terkadang merasa tidak nyaman ketika kain ini menggantikan buluku, jadi aku lebih suka melepasnya. Kau mau bergabung denganku, Paris? "
"Tentu saja. Aku suka melepas pakaian untukmu. "
Mereka pun tenggelam dalam ombak gairah yang bergulung-gulung. Amy tidak pernah gagal membuat Paris tergila-gila atas tubuhnya yang cantik.
"Apa aku lebih baik dari gadis yang kau kencani sebelumnya. " Amy terengah dan bertanya. Pujian dari Paris tentang betapa nikmat dirinya adalah prestasi tersendiri. Itu membuatnya merasa superior dari Vetri.
"Jangan bandingkan mereka dengan dirimu. Kau seribu kali lebih baik dari mereka. "
Cengkeraman tangan Amy pada sprei mengetat. Cara Paris menidurinya dari belakang menyentak tubuhnya, menjalarkan gairah ke seluruh sarafnya lagi dan lagi.
'Akulah pemenangnya Vetri. ' Lagi-lagi menyuarakan isi hatinya dengan kemenangan.
Kebencian Amy pada Vetri dimulai saat mereka masih kecil. Amy merasa tidak kalah sedikit pun dari Vetri tapi gadis itu memiliki semua perhatian dari pack biasa yang mereka tinggali. Kecerdasannya, sifat sok baik Vetri menimbulkan rasa muak Amy. Baginya Vetri gadis munafik yang menyedihkan. Sekarang, Amy merasa senang karena membuat gadis itu menjadi pecundang.
*
Kedamaian yang beratus tahun dinikmati oleh pack Blackfire melemahkan sifat waspada dan insting bertarung mereka. Pelatihan sederhana yang dilakukan tanpa keseriusan membuahkan hasil yang sepadan dengan kemalasan warewolf pack Blackwolf. Dengan wilayah sebesar ini, Pack blackwolf hanya memiliki beberapa Alpha yang menguasai mana spirit buas mereka. Hal itu dimanfaatkan oleh Silverwolf untuk menyerang kastil tempat Don Mathias, pemimpin pack Blackwolf tinggal.
Ketika Matahari mulai merayap berlahan di ufuk timur untuk menunjukkan cahayanya. Lolongan mengancam datang dari arah perbukitan. Serigala bulu perak mengelilingi kastil dengan aura membunuh. Para Alpha mereka yang terlatih ---mengeram, mengeluarkan tantangan dan ancaman.
Lolongan dan aura membunuh memaksa Don Mathias bangkit dari ranjangnya yang nyaman. Ia melolong membangunkan para kesatria blackwolf baik Alpha maupun Beta.
Situasi tak terduga ini mengejutkan Paris. Dengan cepat ia mengambil pakaian yang berserakan dan memenuhi panggilan ayahnya yang menggema diantara dinding kastil.
"Ada apa Paris? Mengapa suara tuan Don Mathius terdengar marah? "
"Kita diserang!"
"Apa!? " pekik Amy pucat. Dia merutuki penyerangan ini. Padahal dia baru saja menikmati kemenangan dari Vetri, tapi malah terjadi penyerangan.
"Amy, kau tetaplah di kamar ini. Aku harus bersiap untuk perang." Paris mewanti-wanti Amy agar tidak gegabah. Bagi Paris, Amy adalah mate nya yang berharga.
"I-iya. "
Paris menyematkan ciuman sekilas sebelum meninggalkan Amy di kamarnya.
Don Mathius menghimpun para kesatrianya. Sebagai pemimpin dia harus membangkitkan semangat juang Beta dan Alpha yang berdiri di depannya. Meski dia tau posisi mereka lemah, tapi Don tidak boleh menyerah begitu saja.
"Kalian siap mengoyak daging serigala tidak tau diri yang menyerang kita! " tanya Don Mathius.
"Ya!! " Geraman dan jawaban menyatu bersautan untuk membakar semangat juang mereka.
"Tunjukkan posisi mereka. Hancurkan serigala rendahan itu! "
Grrraaaooo!
Auuuuuooo.
Don Mathius bersama para kesatria wolf bersiap di depan kastil.
"Ayah! " panggil Paris. Terus terang ia sama sekali tidak siap berperang.
''Kita pertahankan wilayah kita, Paris. Demi harga diri kita! Harga diri pack Blackwolf! "
Satu demi satu tubuh para ksatria wolf Alpha dan Beta bertransformasi---dengan raungan keras bulu-bulu mereka yang gelap muncul dari dalam seolah merobek lapisan kulit manusia. Perubahan mengerikan itu seakan para serigala selama ini mengenakan kulit manusia untuk menutupi wujud mereka yang sesungguhnya.
"Ubah diri kalian ke bentuk spirit! "
Menuruti lolongan dan geraman Don Mathius, serigala - serigala itu memulai bertransformasi tingkat spirit yaitu tingkatan yang lebih ganas dari wujud wolf. Wajah serigala mereka yang semula menggemaskan membesar membentuk moncong serigala yang lebih ganas. Mata mereka semerah darah. Taring yang semula berukuran normal memanjang tajam dan berliur. Tidak berhenti di sana, wujud mereka yang semula berjalan dengan empat kaki sekarang berdiri tegak layaknya manusia. Kini para kesatria Alpha dan Beta sudah siap dengan wujud tempur seperti monster serigala raksaksa yang bisa berdiri tegak/Lycan.
Maju!
Aaauuuuuoooo!
Graaaaa!
Lolongan sebagai bentuk perlawanan menggema. Dengan kecepatan tinggi, sang para kesatria Alpha dan Beta Blackwolf berlari ke arah datangnya musuh.
"Aaaoooouuu! (Serang! )"
Pemimpin Silverwolf juga tak kalah semangat. Alpha dari Silverwolf pun melolong dan mengeram menanggapi seruan pemimpin pack. Mereka berlari kencang merubah wujudnya menjadi bentuk spirit , persis seperti yang kesatria Blackwolf lakukan. Sangat cepat hingga hampir tak terlihat.
Duarr!
Dua gelombang energi Blackwolf dan Silverwolf bertabrakan. Debu dan tanah bergerak karena energi dasyat yang berbenturan. Pertempuran di lapangan kastil Blackwolf berlangsung sengit dan brutal. Lolongan dan geraman menjadi melodi pertempuran dua pack.
Cakar para kesatria wolf beradu seolah ingin membuktikan cakar siapa yang paling tajam. Mereka mengigit, berguling-guling tanpa menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawannya.
Crazzz.
Bau amis mulai menyebar. Korban mulai berjatuhan.
Para kesatria Alpha dari Blackwolf ternganga melihat mana yang ditembakkan dari mulut serigala Silverwolf yang dasyat.
Don Mathias berusaha membendung serangan mana yang bersinar terang di mulut wujud spirit Silverwolf. Don Mathias memutuskan untuk menahan serangan mana yang dilakukan bersama-sama.
Bhooosh!
Duarrg.
Uhuk.
Don Mathias mengorbankan dirinya menerima tembakan mana dengan tubuhnya.
Bruk!
Dia ambuk di tanah dengan luka bakar di d**a.
Sementara itu, Paris mulai melemah karena kurangnya latihan. Dia putus asa di tengah-tengah pertempuran yang di warnai darah juga serpihan daging yang berserakan. Tubuhnya berkali-kali terkoyak cakar tajam lawan. Semangatnya hilang. Terlebih banyak sekali korban yang berjatuhan dari pihak mereka. Dia hampir gila karena semua ini.
"Aagghhhr! ''
Paris menjerit dan menyerang secara membabi buta. Cakar mengoyak siapa pun yamg mendekat dan taringnya mengigit apa pun yang mengancam. Tapi itu semua tidak menghentikan tubuhnya yang bergetar karena rasa takut.
"Mundur! "
Teriakan putus asa terdengar dari belakang. Suara yang seperti lonceng kematian meruntuhkan ketahanan jiwa Paris, membentuk sifat pengecut yang memalukan sebagai seorang Alpha.
"Run for your life! '' Suara itu memacu Paris lari terbirit-b***t ke arah kamarnya. Dia ingin membawa Amy nya yang cantik agar tidak jatuh ke tangan pack Silverwolf. Namun semua hancur atas penolakan Amy yang sikapnya jauh berbeda dari beberapa menit yang lalu.
Di sana, Amy menyeringai lebar pada Paris.
"Aku tidak menginginkanmu lagi, Paris. "
Deg!
Tbc.