Bab 12

1814 Kata
  Washington, D.C (US) Jam dinding yang bergerak membuat mata Alfred semakin sulit untuk terpejam. Pikirannya bercabang karena banyak masalah yang sedang membutuhkan perhatiannya di saat yang bersamaan. Penelitian yang gagal, kekecewaan anggota tim penelitiannya, lalu juga masalah mengenai Aurora. Alfred kesulitan tidur selama sepekan ini karena terus memikirkan keadaan putrinya yang entah kenapa jadi semakin dekat dengannya. Seminggu ini Aurora selalu menghubunginya ketika malam hari. Putrinya itu menceritakan banyak hal mengenai materi perlombaan yang akan dia lakukan tiga minggu lagi. Alih-alih bertanya mengenai suatu materi, Aurora justru mengajukan pertanyaan kepada Alfred dan gadis itu yang akan melakukan evaluasi terhadap jawaban yang Alfred berikan. Beberapa kali Alfred merasa takjub pada kepandaian putrinya yang jelas berada di atas rata-rata anak seusianya. Dengan kepandaian seperti itu, Alfred tidak mengerti mengapa Aurora tidak mengambil kelas akselerasi. Malam ini Aurora mengatakan jika dia sedang demam dan flu karena terkena hujan yang mengguyur Colombus selama dua hari belakangan. Suara Aurora terdengar lemah jadi mereka tidak terlalu lama berbicara. Aurora mengatakan jika dia mengantuk karena baru saja meminum obat. Gerakan di ranjang sampingnya membuat Alfred menolehkan kepala dan menemukan Charlotte yang menatap dengan kebingungan. Wanita itu meraih lampu tidur yang ada di samping nakasnya. Lampu tersebut segera menyala dan membuat Alfred bisa melihat dengan jelas jika saat ini Charlotte tengah menatapnya dengan pandangan kebingungan. “Hei, kenapa kau masih bangun?” “Tidak, aku hanya sedang memikirkan tentang Aurora. Tidurlah kembali, Charlotte” Alfred menggeser posisi tidurnya dan mengusap kepala Charlotte yang ada di atas lengannya. “Kau selalu bisa membagi setiap masalah dan kekhawatiran denganku. Kau tahu itu..” Charlotte semakin mendekatkan dirinya ke dalam pelukan Alfred. Sambil menganggukkan kepala dan mengecup kening Charlotte, Alfred tersenyum lalu kembali mengucapkan syukur atas kehadiran Charlotte di dalam hidupnya. Wanita itu belum sedewasa usianya, tapi pemikiran Charlotte selalu membuat Alfred merasa takjub. “Aku tahu, Charlotte. Sekarang kembalilah tidur..” Alfred semakin mengeratkan pelukannya kepada wanita itu. Untuk yang kesekian kalinya, Alfred merasa jika keberadaan Charlotte terlalu unreal untuk dirasakan. Wanita itu terlalu sempurna untuk seorang pria yang penuh dengan kegagalan. Tapi kenyataannya Charlotte ada di sisinya, wanita itu memilih untuk tetap bersama dengan Alfred padahal dia bisa saja meninggalkan Alfred untuk pria sukses yang seusia dengannya. “Aku juga merasa sedikit khawatir belakangan ini..” Dalam pelukannya, Charlotte berbicara dengan suara pelan. Charlotte seorang wanita mandiri yang penuh dengan kepercayaan diri. Wanita itu selalu menebarkan aura positif yang membuat orang di sekitarnya merasakan pengaruhnya. Selama mengenal Charlotte, Alfred sangat jarang mendengar kekhawatiran yang diungkapkan oleh wanita itu. Tangan Alfred terulur untuk ikut menyalakan lampu tidur di sampingnya. Malam ini sudah terlalu larut, Alfred merasa lelah dengan semua kegiatannya seharian ini. Namun Alfred tidak akan pernah bisa melewatkan waktu berbicara dengan Charlotte. Selalu ada hal menakjubkan ketika wanita itu sedang mengungkapkan isi pikirannya. “Apa yang mengganggu pikiranmu?” Tanya Alfred sambil mengusap rambut panjang milik wanita itu. “Ada beberapa hal..” Charlotte tersenyum sambil menatapnya. “Seperti.. apakah Aurora akan menerima keberadaanku di sini..” Untuk beberapa saat tidak ada satupun yang berbicara di antara mereka. Di langit-langit kamar tampak bayangan tangan Alfred yang sedang membawa jemari Charlotte membentuk gerakan di atas cahaya lampu tidur. Kadang Alfred menggenggam tangannya, membuat bentuk hati, lalu menunjukkan cara untuk membuat bentuk hewan-hewan seperti yang dulu sering ia lakukan bersama dengan Aurora. Suara tawa Charlotte kerap kali terdengar ketika Alfred berhasil menunjukkan bentuk-bentuk baru. “Abigail menikah sekitar tiga tahun lalu. Aurora tinggal dengan ayah tirinya, dia terlihat sangat bahagia karena akhirnya kembali memiliki keluarga yang utuh. Aku tidak pernah mendengar Aurora keberatan atas kehadiran ayah tirinya.. jadi kurasa dia juga tidak akan keberatan dengan keberadaanmu..” Charlotte mengikuti gerakan tangan Alfred. Terlihat di langit kamar jika jari mereka sedang menari diiringi dengan suara tawa Charlotte yang sesekali terdengar. “Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk diterima oleh Aurora” “Kau tidak perlu melakukan apapun untuk diterima olehnya, Charlotte. Aurora seorang gadis yang luar biasa, dia pasti akan langsung cocok jika bertemu dengan wanita luar biasa sepertimu..” *** “Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang? Duduk di sini sambil terus mengamati perubahan iklim bumi?’ Hugo berbicara di balik layar komputer yang sedang menampilkan penampakan perubahan arah angin. “Aku sudah berusaha untuk kembali menghubungi pihak pemerintah, kita tidak bisa gegabah untuk mengubah arah pikiran kita” Jelas Alfred sambil ikut mengamati layar komputer milik Hugo. Sepekan ini mereka terus mencari jalan lain untuk merealisasikan penelitian mereka. Tanpa dana dari pemerintah, penelitian mereka mengenai pembuatan energi baru berbasis panas dari matahari buatan tidak akan pernah terjadi. Proyek itu adalah sebuah proyek luar biasa yang akan mengubah sistem kehidupan manusia. Tidak perlu ada limbah dan polusi yang mencemari udara sehingga membuat pemanasan global jadi semakin buruk, energi ini akan membuat manusia berhenti menggali bahan bakar dari pertambangan. Lagipula, efek samping dari pemanasan global bukan hanya mengenai kenaikan suhu bumi, tapi yang paling mematikan adalah menurunnya suhu bumi karena polusi udara menutupi lapisan atmosfer sehingga menyebabkan terhalangnya cahaya matahari. Semakin tebal polusi di udara, maka bumi akan semakin dingin dan gelap. Mungkin pemikiran Alfred memang terlalu jauh. Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda mengenai penurunan suhu bumi karena tertutupnya lapisan atmosfer, tapi bukankah seharusnya pemerintah mulai menyiapkan langkah pencegahan agar hal buruk tersebut tidak sampai terjadi. “Bagaimana dengan ide mengenai pencarian dana dari pihak swasta?” Tanya Austin. “Tidak ada pihak swasta yang mau mengembangkan penelitian ini, Austin. Kau tahu sendiri jika keberadaan energi matahari buatan akan merusak pasar minyak dunia. Mereka justru akan menyerang kita habis-habisan” Kata Hugo. “Tapi mereka sebenarnya juga bisa ikut serta dalam pendirian energi baru ini. Minyak bumi semakin sulit untuk didapatkan, mau sedalam apa mereka menggali pertambangan minyak?” Alfred mengusap kepalanya dengan pelan. Pertanyaan yang terus timbul di kepalanya sejak dia masih kecil hingga akhirnya mampu mendirikan sebuah penelitian untuk mendirikan pusat energi yang jauh lebih ramah lingkungan. Ya, sampai kapan mereka terus menggali minyak bumi? “Pemerintah menganggap jika kita ingin mengembangkan teknologi nuklir” Kata Hugo dengan asal. “Apa kau serius? Ini sangat berbeda dengan teknologi nuklir!” Felix tampak tidak setuju dengan pemikiran Hugo. “Bukan aku yang mengatakan itu. Apa kau tidak mengerti maksud kalimatku?” Alfred menatap perputaran gerakan angin yang kembali tampak tidak beraturan. Entah kenapa perasaannya jadi sentimentil jika sedang memikirkan kemunginan yang akan terjadi di masa depan. “Apa kalian percaya pada hari akhir dunia?” Tanya Alfred. Hugo dan Felix saling menatap dengan kebingungan. “Maksudmu kiamat?” Tanya Hugo. “Semacam itu” Alfred mengendikkan bahunya dengan santai. “Ibuku sering pergi ke gereja ketika sedang hamil. Dia selalu memaksaku untuk ikut bersamanya sehingga minggu lalu aku akhirnya bangun pagi untuk mengikutinya. Di sana ada seseorang yang berbicara di depan mimbar—” “Seorang pendeta” Kata Austin dengan tenang. “Ah, ya benar! Seorang pendeta. Dia membicarakan mengenai kedatangan Isa yang ke dua, suara sangkakala, dan juga kebangkitan manusia. Aku tidak terlalu mengerti apa yang mereka bicarakan, tapi aku cukup tertarik dengan topik semacam itu” Hugo mengakhiri penjelasannya dengan anggukan yang penuh dengan keyakinan. “Kau benar-benar datang ke gereja? Apakah mereka tidak mengusir seorang b******k sepertimu?” Tanya Felix dengan pandangan prihatin. “Hey, pak tua! Kau pikir kau tidak b******k sepertiku?” Hugo memutar matanya dengan dramatis. “Ini bukan tentang akhir dunia yang seperti itu. Maksudku adalah akhir dimana akan ada bencana yang menghancurkan dunia. Apakah kalian percaya akan hal itu?” Alfred kembali mengulangi pertanyaan. “Memangnya apa yang akan terjadi di akhir dunia? Hujan api seperti yang ada di film fenomenal beberapa tahun lalu?” Tanya Hugo. “Film yang berdasarkan ramalan suku Maya?” Tanya Felix sambil tertawa. “Kau melihat film itu juga ternyata. Aku sempat menangis ketakutan saat sedang di bioskop bersama dengan ibuku” Hugo ikut tertawa. “Kau memang anak manja yang selalu melakukan segala hal bersama dengan ibumu! Apakah sampai sekarang ibumu masih mencuci pakaian dalammu?” Felix menatap sambil mengejek. “Jangan membicarakan hal buruk mengenai ibuku! Dia sedang mengandung saat ini” Hugo dan Felix justru saling berdebat satu sama lain. “Memangnya apa yang akan terjadi dengan akhir dunia? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu kepada kami?” Tanya Austin yang baru saja duduk di sampingnya sambil membawa segelas kopi hitam. “Tidak, aku hanya ingin tahu saja apa pendapat kalian mengenai akhir dunia..” Alfred mencoba untuk bersantai. “Kau seorang ilmuan, apakah kau percaya tentang hal-hal semacam itu, Alfred?” Tanya Felix. “Justru karena aku seorang ilmuan aku jadi bisa memprediksi hal apa saja yang kemungkinan terjadi jika kita tidak segera memperbaiki sistem kerja bumi ini. Pikirkan saja berapa banyak polusi yang disumbangkan oleh bahan bakar minyak ke atmosfer bumi?” “Itu benar. Aku tidak mengerti kenapa pemerintah menolak penemuan kita! Ini adalah satu-satunya hal luar biasa yang pernah aku lakukan di sepanjang 28 tahun kehidupanku!” Kata Hugo sambil menggelengkan kepalanya. “Kita masih bisa mencoba untuk membicarakan hal ini dengan mereka, bukan?” Tanya Felix. “Aku sudah mencoba menghubungi mereka, tapi tidak ada respon apapun. Kurasa kita harus mulai mengubah konsep pendirian energi matahari buatan ini” Kata Alfred. “Tidak bisa. Mana mungkin kita mengubah arah penelitian setelah melakukan pengamatan selama lebih dari 3 tahun? Semuanya akan sia-sia” Kata Hugo dengan tatapan kecewa. “Jika mengikuti kemauan pemerintah, kita harus menciptakan amunisi yang berfungsi untuk menurunkan suhu bumi. Itu akan membuat iklim bumi semakin tidak terkendali” Kata Austin. “Jika iklim bumi tidak terkendali, bisa saja kita akan berada di hari akhir dunia..” Alfred berbicara dengan pelan. “Tidak akan semudah itu. Kau ingat pada zaman es? Kemungkinan besar bumi juga akan melakukan hal yang sama jika keadaan semakin tidak terkendali. Kau pernah dengar ungkapan jika bumi memiliki cara tersendiri untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia?” Tanya Austin. Alfred pernah mendengar kalimat itu ketika dia sedang duduk di bangku kuliah lebih dari 20 tahun lalu. Saat itu ada seorang teman kelasnya yang mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana proses regenerasi bumi setelah terjadinya ledakan nuklir di Jepang pada saat perang dunia dua. “Bumi akan menyembuhkan dirinya sendiri? Aku tidak pernah tahu bagaimana cara bumi melakukan itu. Sangat tidak masuk akal!” Kata Hugo. “Kau terlalu memikirkan bagaimana kelangsungan kehidupan manusia, padahal tidak ada satupun yang peduli pada kehidupanmu” Felix berkomentar sambil menatap Alfred dengan prihatin. “Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan, tapi kita tahu apa saja akibat dari kegiatan industri manusia. Aku melakukan proyek ini bukan hanya untuk mendapatkan ketenaran dan juga uang dalam jumlah besar.. aku hanya ingin melakukan perubahan dalam konsep berpikir manusia” Alfred menjelaskan dengan tenang. “Tapi penemuanmu akan merusak pasar minyak dunia. Kau tahu sendiri jika ada banyak orang kaya yang memiliki perusahaan pertambangan. Mereka tidak akan membiarkan proyek kita berjalan, Alfred” Felix kembali memberikan komentar. “Ya, setidaknya kita sudah berusaha..” 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN