“Aurora.. kamu akhirnya pulang ke rumah. Bagaimana dengan sekolahmu hari ini? Kenapa Dalton mengatakan jika kamu harus pulang terlambat?”
Aurora langsung disambut oleh ibunya begitu dia sampai di rumah. Ya, memang beginilah hari-hari Aurora berjalan.
“Jadi Mommy belum tahu? Lalu bagaimana Daddy bisa tahu jika aku akan mengikuti perlombaan?” Tanya Aurora sambil menatap ke arah ayahnya yang baru saja memarkirkan mobil.
Aurora sebenarnya belum ingin menceritakan apapun kepada ibunya. Entah tentang perlombaan atau tentang Victor. Ya, Aurora merasa jika dia masih belum siap. Tapi tentu saja Aurora tidak bisa menyembunyikan semua ini terlalu lama. Ayahnya telah tahu segalanya, akan jadi sangat rumit jika ibunya tahu dari orang lain.
“Apa? Kau akan ikut lomba lagi? Kenapa kau tidak mengatakan apapun padaku, Dalton? Astaga, kalian memang sangat menyebalkan..”
Aurora menatap ayahnya dengan pandangan kebingungan. Ketika tahu jika ayahnya telah mengetahui rencana perlombaan yang akan dia ikuti, Aurora berpikir jika ibunya juga pasti sudah tahu. Aurora menghubungi ayahnya dan mengatakan jika dia akan pulang terlambat karena masih ada urusan di sekolah, ayahnya tentu saja mengizinkan Aurora dan datang beberapa menit setelah sekolah usai. Aurora pikir ibunya sudah diberi tahu tentang semua ini.
“Abigail, ayolah.. jangan seperti ini. Putriku pulang ke rumah setelah sekolah seharian dan kau malah menahannya di depan pintu?”
Aurora tersenyum simpul ketika ayahnya berbicara.
“Baiklah, mari masuk, Aurora..” Kata ibunya sambil menyingkir dari depan pintu dan meminta Aurora untuk masuk ke dalam rumah.
Sebenarnya Aurora ingin langsung menaiki tangga dan berjalan menuju ke kamarnya seperti kebiasaannya ketika pulang sekolah, tapi tampaknya hari ini Aurora tidak bisa melakukan semua itu.
“Aurora, ayo katakan semuanya kepada ibumu. Dia pasti sangat cemburu karena aku yang pertama kali tahu tentang semuanya..” Kata ayahnya sambil tertawa pelan.
Oh ya ampun, ini akan menjadi masalah besar. Jika ibunya tahu Aurora sudah memiliki kekasih, wanita itu pasti akan marah besar. Aurora tidak tahu harus melakukan apa sekarang.
“Aurora? Mommy menunggu penjelasanmu. Katakan semuanya sekarang juga..” Kata ibunya dengan pandangan menyelidik.
Aurora menghembuskan napasnya dengan pelan. Baiklah, mungkin Aurora hanya perlu menjelaskan tentang perlombaannya saja. Ah, tapi bagaimana jika ayahnya malah menceritakan semuanya kepada ibunya?
“Aku memang akan mengikuti perlombaan, tapi belum ada kepastian untuk hal itu. Aku akan menceritakan semuanya ketika sudah pasti saja. Saat ini tolong jangan bertanya dulu tentang perlombaan itu..” Kata Aurora dengan pelan.
“Ah, begitu rupanya.. baiklah, kalau begitu Mommy tidak akan memaksa dirimu untuk menjelaskan semuanya. Apakah kamu lapar? Mommy baru saja memesan makanan, mungkin sebentar lagi akan segera datang..” Kata ibunya.
Aurora menggelengkan kepalanya dengan pelan. Di rumah ini tidak pernah ada masakan rumahan karena ibunya tidak bisa memasak.
“Baiklah, Aurora.. sekarang naiklah ke kamarmu dan istirahatlah. Kau pasti lelah, princess”
Aurora menatap ayahnya dengan pandangan terkejut. Aurora sama sekali tidak mengira jika Dalton akan menyuruhnya naik ke atas. Ya, tentu saja Aurora mengira jika ayahnya itu akan meminta Aurora untuk menjelaskan tentang Victor kepada ibunya.
“Naiklah ke atas, Aurora..” Kata ayahnya sekali lagi.
Aurora menganggukkan kepalanya lalu mulai melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamarnya.
***
“Apakah perlombaan itu akan dilakukan di luar kota?”
Aurora menganggukkan kepalanya dengan pelan sambil tersenyum ketika melihat Victor tampak sibuk dengan masakannya.
Iya, Victor memang langsung menghubungi Aurora ketika Aurora mengatakan jika dia sudah sampai di rumah. Pria itu bahkan menghubungi Aurora sambil mengerjakan pesanan makanan dari pembeli.
Setelah lulus sekolah, Victor memang membuka usaha makanan karena selama ini pria itu sangat suka memasak. Victor terbiasa memasak makanannya sendiri karena sejak kecil pria itu memang lebih sering sendirian di rumahnya. Saat ini usaha makanan Victor memang masih belum terlalu besar, tapi Aurora yakin jika suatu saat Victor akan menjadi pria yang sukses di bidang kuliner.
“Berbicaralah padaku, Aurora. Sungguh, aku tidak bisa menatap wajahmu saat ini. maafkan aku, aku sedang sangat sibuk..” Kata Victor sambil tertawa pelan.
Aurora ikut tertawa ketika mendengarkan suara tawa Victor.
Ya, selama satu bulan berkencan dengan Victor membuat Aurora tahu jika Victor adalah seorang pekerja keras.
Sebelum berkencan dengan Victor, satu-satunya hal yang Aurora ketahui tentang pria itu adalah dia sangat ramah dan murah senyum. Victor adalah seniornya di sekolah. Begitulah, kisah mereka terlalu klasik untuk diceritakan.
Salah satu teman Aurora adalah temannya Victor. Saat sedang ada tugas kelompok di rumah temannya itu, Victor ada di sana dan akhirnya Aurora jadi mengenal Victor. Mereka berteman selama beberapa bulan hingga akhirnya memutuskan untuk berpacaran satu bulan yang lalu.
“Apakah aku menganggungmu?” Tanya Aurora dengan pelan.
Aurora bisa melihat dengan jelas jika saat ini Victor benar-benar sibuk. Ah, andai saja Aurora bisa datang ke sana dan membantu Victor. Sekalipun Aurora tidak bisa memasak, setidaknya Aurora bisa membantu untuk mencuci piring.
“Sama sekali tidak, sayang. Aku memang sangat sibuk, tapi aku senang karena bisa berbicara denganmu” Kata Victor.
Aurora menganggukkan kepalanya.
“Victor, kenapa kau datang ke sekolah tadi?” Tanya Aurora.
“Ada sedikit urusan. Ada beberapa guru yang memesan makananku. Aku yang mengantar langsung karena aku pikir kita bisa bertemu.. dan ya, aku memang akhirnya menemukanmu” Jawab Victor.
“Apakah—”
“Aurora? Apakah Daddy boleh masuk?”
Kalimat Aurora terpotong ketika dia mendengar suara ayahnya dan juga ketukan pintu.
“Victor, aku akan menghubungimu lagi nanti. Sampai jumpa..” Kata Aurora dengan cepat.
Tanpa menunggu jawaban dari Victor, Aurora langsung mematikan video call yang mereka lakukan.
“Tentu, tentu saja, Daddy!” Kata Aurora sambil menyembunyikan laptop miliknya.
Baiklah, mungkin ayahnya datang karena dia ingin membicarakan masalah Victor tadi.
“Hai, princess.. apa yang sedang kamu lakukan?” Tanya ayahnya sambil menutup pintu kamarnya.
Aurora menatap ayahnya sambil tersenyum lalu menepuk tempat tidur yang ada di sampingnya seakan meminta pria itu untuk duduk di sampingnya.
“Ada apa, Daddy?” Tanya Aurora dengan pelan.
“Ada apa? Apakah Daddy memang memerlukan alasan untuk datang ke sini?” Tanya ayahnya dengan santai.
Aurora langsung tersenyum ketikan mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Iya, Aurora memang sangat beruntung karena memiliki ayah tiri yang sangat peduli pada dirinya.
Mungkin orang lain tidak bisa menikmati keberuntungan seperti Aurora.
“Tentu saja tidak..” Kata Aurora.
“Tidak ingin menceritakan apapun kepadaku? Mungkin tentang pemuda—”
“Victor. Namanya adalah Victor. Dia memang menjalin hubungan dengannya selama satu bulan ini. Maaf karena belum memberitahu apapun tentang Victor. Daddy tahu sendiri bagaimana Mommy. Dia pasti tidak akan senang ketika tahu jika aku memiliki kekasih.” Jelas Aurora dengan pelan.
Jujur saja Aurora sudah bosan mendengar kalimat larangan ibunya setiap hari. Iya, ibunya memang selalu mengatakan jika Aurora masih belum boleh berpacaran karena dia masih harus fokus dengan sekolahnya.
Sebenarnya teman-teman Aurora banyak yang sudah memiliki kekasih dan sampai saat ini sekolah mereka tetap baik-baik saja.
Aurora sering merasa jika ibunya sangat berlebihan, tapi tetap saja, Aurora tetap tidak berani melanggar semua perintah ibunya.
Ketika pertama kali dekat dengan Victor, Aurora merasa jika Victor adalah pria yang baik, oleh sebab itu Aurora memutuskan untuk melanggar satu larangan ibunya. Ya, begitulah..
“Tapi tidak benar juga jika kita menyembunyikan fakta ini dari ibumu. Dia pasti akan sangat marah”
Aurora menghembuskan napasnya dengan pelan. Sekalipun dia juga setuju akan apa yang dikatakan oleh ayahnya, Aurora tetap merasa ragu. Bagaimana jika ibunya marah padanya?
Ah, seharusnya Aurora sudah memikirkan semua ini sebelum dia menerima Victor menjadi kekasihnya.
“Kenapa tadi Daddy tidak mengatakan apapun pada Mommy?” Tanya Aurora.
“Mengatakan jika kau sudah memiliki kekasih? Aurora, itu sama sekali bukan hak Daddy. Kau bisa mengambil keputusanmu sendiri, tapi Daddy harus tetap membimbingmu, bukan? Bicaralah pada ibumu, katakan semuanya.. dia mungkin akan marah, tapi itu adalah konsekuensinya” Kata Ayahnya.
Aurora menundukkan kepalanya.
“Daddy memang ayah tirimu, tapi Daddy sangat peduli padamu. Sama seperti menjadi ayah, menjadi ibu juga bukan hal yang mudah. Jika ibumu marah, itu hal yang wajar..”
Aurora tersenyum lalu memeluk ayahnya.
Aurora sangat beruntung karena memiliki Dalton sebagai ayahnya.
Setelah perceraian orang tuanya, Aurora benar-benar kehilangan sosok ayah di dalam hidupnya. Ayah kandungnya memang masih sering menghubungi dirinya lewat telepon, tapi itu tidak cukup. Aurora membutuhkan sosok nyata yang akan memberikan pelukan pada dirinya seperti yang dilakukan oleh Dalton saat ini.
“Aku akan menemui Mommy setelah aku mandi” Kata Aurora dengan pelan.