Washington, D.C (US)
Suasana ruang rapat yang dipimpin langsung oleh seorang staff pemerintahan di bidang meteorologi terasa begitu menegangkan. Beberapa ahli menyampaikan pendapat yang hampir semuanya saling berseberangan sehingga menimbulkan sebuah perdebatan.
Alfred menyampaikan gagasannya sejak pertama kali rapat dibuka, beberapa ahli meteorologi menyangkal pendapat Alfred dengan menunjukkan pengamatan mereka sendiri. Berkali-kali Alfred mengeraskan suaranya demi mendapatkan waktu untuk menerangkan gagasan pikirannya mengenai ledakan nuklir beserta dampak buruk yang terjadi beberapa jam belakangan.
“Jika benar gelombang dingin itu bergerak melalui perantara samudra dan lautan, lantas bagian mana dari Amerika yang akan menerima dampak terburuknya, Profesor Bernadius?”
Alfred berhenti menyampaikan hasil pemikirannya ketika sebuah pertanyaan terdengar dari seseorang yang duduk di bagian ujung meja.
“Tolong tunjukkan peta wilayah Amerika Utara, Hugo” Kata Alfred sambil menatap Hugo yang sejak tadi menjadi operator komputer.
Hanya dalam hitungan detik Hugo berhasil menampilkan peta wilayah yang diinginkan oleh Alfred.
“Kita semua telah melihat bagaimana arah angin dingin yang melanda wilayah Australia dan beberapa negara Eropa. Bahkan benua Asia dan Australia mengalami penurunan suhu sebesar dua puluh derajat. Ini kondisi yang sangat ekstrem—”
“Kami membutuhkan jawaban darimu, Profesor Bernadius. Kami bukan anak SMA yang tidak mengetahui perkara tersebut!”
Alfred menghentikan penjelasannya sejenak ketika sebuah kalimat sarkas dilemparkan kepadanya.
“Jika ditarik garis lurus, bagian Australia Barat berbatasan langsung dengan Samudra Hindia yang sayangnya juga berbatasan dengan wilayah Asia Tenggara. Anda bisa melihat sendiri bagaimana gerakan angin dingin yang menyebar dari wilayah Asia Timur menuju Asia Tenggara lalu bergerak ke Australia. Hal yang sama juga terjadi pada negara Rusia yang berada di benua Eropa Timur dan Asia Utara, negara ini juga berada di garis lurus dari wilayah Asia Timur dimana ledakan itu terjadi. Jika kita menarik garis lurus ke arah barat, maka kita akan menemukan satu benua yang juga berbatasan langsung dengan Asia Timur, benua Eropa. Tapi sebagian besar benua Eropa tidak mendapatkan dampak buruk seperti yang terjadi dengan benua Australia karena mereka tidak berbatasan langsung dengan laut” Alfred menutup penjelasannya sambil menunjukkan bagaimana perbedaan kecepatan angin ketika berada di daratan Eropa dengan kecepatan angin di Samudra Hindia yang saat ini mulai memberikan efek buruk bagi Benua Australia.
“Itu sangat tidak masuk akal!” Beberapa orang mulai menyerukan pendapat mereka.
Alfred menganggukkan kepalanya dengan pelan. Semua penjelasan yang ia berikan memang sangat tidak masuk akal, tapi seperti inilah kenyataannya.
Ada beberapa pusat wilayah yang menjadi titik beku di sebuah benua. Saat ini Asia, khususnya bagian timur telah mengalami kelumpuhan karena ledakan tersebut menewaskan hampir seluruh populasi negara yang menjadi lokasi ledakan nuklir. Beberapa wilayah Asia Tenggara seperti Indonesia dan Singapura mulai mengalami musim dingin ekstrem padahal dua negara tersebut adalah negara yang memiliki iklim tropis. Wilayah Korea Utara dan Selatan menjadi yang paling parah karena mereka berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan sehingga angin dingin langsung bergerak dan melumpuhkan negara tersebut. Penurunan suhu yang begitu drastis juga terjadi pada negara Jepang.
“Jika ditarik garis lurus, maka wilayah Benua Amerika yang mendapatkan dampak paling buruk adalah California?” Tanya seseorang.
Alfred kembali menganggukkan kepalanya.
“Ini semua sangat tidak mungkin. Bagaimana bisa kita mempercayai sesuatu yang masih belum terbukti kebenarannya?”
“Benar, bukankah Washington juga berada di garis yang sama jika kita menarik garis dari Asia Timur ke arah barat?”
Perdebatan kembali terjadi.
“Washington juga berada di wilayah yang dekat dengan titik beku karena jika kalian menarik garis ke arah barat maka ada wilayah Washington dan New York yang berada di garis tersebut”
“Apakah ada penjelasan di balik hal itu?”
“Tentu saja ada!” Jawab Alfred dengan tenang.
“Bagaimana penjelasan yang dimiliki oleh tim kalian?” Beberapa orang kembali meragukan jawab Alfred dengan menatap rendah ke arahnya.
“Angin dingin yang bergerak ke arah barat tidak secara langsung mengarah pada Amerika karena terdapat perputaran angin di benua Eropa. Kita bisa melihat jika dari Portugal, angin dingin bergerak ke arah barat daya yang artinya wilayah Washington, D.C aman dari titik pusat kebekuan tersebut. Tapi bukan berarti wilayah kita akan terbebas dari suhu dingin. Menurut perkiraan timku, hampir seluruh lapisan daratan akan mengalami penurunan suhu yang cukup drastis.” Alfred menunjukkan arah angin yang bergerak dari negara Portugal di benua Eropa.
“Ke arah barat daya? Itu artinya New York yang akan menjadi pusat kebekuan?”
Alfred menundukkan kepalanya dengan pelan.
“Lalu bagaimana dengan arah timur dari wilayah ledakan terbut? Apakah ada perubahan gerakan gelombang dingin?”
Alfred menatap Austin seakan meminta pria itu untuk melanjutkan penjelasannya. Dia merasa tidak sanggup menerima kenyataan dari pengamatannya sendiri.
Austin langsung bangkit berdiri dan mengambil alih jalannya rapat dengan sangat tenang. Sementara itu Alfred hanya duduk sambil merenungkan mengenai apa yang akan dia lakukan setelah ini.
“Bergerak ke arah timur, gelombang dingin tersebut juga akhirnya sampai ke wilayah Amerika Utara. Di sini terlihat dengan jelas jika California, khususnya San Fransisco akan menjadi pusat kebekuan tersebut” Jelas Austin sambil menunjukkan bukti konkrit mengenai pengamatan mereka selama beberapa jam ini.
Hanya dalam hitungan jam gelombang itu bergerak dengan sangat cepat. Bahkan beberapa menit sebelum Alfred memasuki ruangan rapat, dia mendengar kabar jika salju lebat telah turun di kawasan San Fransisco dan sekitarnya.
“Lalu bagaimana dengan New York, benarkah New York juga akan menjadi titik beku seperti wilayah lainnya?” Pertanyaan mengenai New York kembali terdengar.
Austin menatapnya sekilas seakan meminta Alfred untuk kembali melanjutkan penjelasannya.
“Manhattan. Kota itu yang akan menjadi pusat titik beku dari gelombang dingin..” Alfred menjawab dengan suara pelan.
Terdengar kalimat tidak setuju yang disampaikan oleh beberapa orang. Mereka menganggap Alfred sedang bergurau dengan pengamatannya.
Dalam keributan tersebut, Alfred hanya diam sambil menatap kosong ke arah peta yang menampilkan suhu udara di New York.
Oh Tuhan, mungkin kali ini Alfred akan kembali ditertawakan karena kegilaannya dalam menyampaikan sebuah gagasan dari penelitian yang dia buat selama beberapa jam terakhir mengenai arah gerak gelombang dingin dari Asia Timur ke seluruh belahan dunia. Tidak masalah, Alfred sudah terbiasa dianggap gila karena pemikirannya. Pernikahannya hancur lima tahun lalu karena Alfred selalu mengatakan hal-hal gila yang tercetus dari obsesinya mengenai meteorologi. Kali ini para ahli juga melakukan hal yang sama kepada Alfred. Mereka juga tertawa..
Siapa yang peduli pada apa yang mereka pikirkan? Alfred telah menyampaikan pengamatannya, dia sama sekali tidak peduli pada apa respon orang terhadap penelitian yang telah dia lakukan. Alfred yakin pada setiap penelitiannya mengenai gerakan gelombang dingin. Mungkin tidak saat ini, tapi dalam beberapa hari ke depan mereka semua akan menyadari jika Alfred tidak main-main dengan setiap materi yang ia sampaikan hari ini.
“Kalian bisa mengatakan itu karena kita berada di Washington, D.C. Sekalipun tidak terlalu jauh dari New York, kota kita tetap aman dari kebekuan seperti yang kalian ceritakan beberapa saat lalu. Tapi bagaimana dengan masyarakat di New York? Apakah mereka akan mati membeku di sana?”
Alfred mengangkat kepalanya dengan pelan.
“Hanya dalam hitungan jam, gelombang itu akan datang dan secara perlahan menjadikan New York sebagai pusat titik terdingin di benua Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi pada California..” Alfred menjawab dengan suara pelan.
“Kita sedikit lebih beruntung dari New York. Ya, kalian bisa mengatakan itu karena kita tidak berada di New York dan—”
“Putriku, dia sedang ada di New York saat ini. Dia ada di Manhattan..” Alfred memotong kalimat wakil presiden dengan cepat.
Alfred menyampaikan hasil dari penelitiannya, semua ini sama sekali tidak dipengaruhi oleh keberadaan maupun wilayah mereka. Segala hal yang Alfred sampaikan benar-benra sesuai dengan penelitian yang ia lakukan sejak pertama kali ledakan nuklir terdengar.
“Kita masih belum bisa memastikan keadaan ini, bukan?” Wakil presiden tampak sedang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan mereka.
“Apa yang kalian tunggu? Apakah kalian ini melihat Manhattan dan San Fransisco membeku seperti yang terjadi di beberapa kota di Australia dan Rusia?” Tanya Alfred dengan cepat.
Seakan tidak memiliki jawaban atas pertanyaan yang Alfred ajukan, wakil presiden hanya diam sambil menghindari tatapan beberapa orang yang menantikan jawaban darinya.
“Putriku sedang berada di New York untuk mengikuti perlombaan meteorologi. Sebagai seorang anak SMA, dia jauh lebih mengerti dengan keadaan saat dini dibandingkan seluruh ahli meteorologi yang duduk di ruangan ini..” Alfred bangkit berdiri lalu berjalan untuk keluar dari ruangan rapat.
Beberapa kali Alfred mendengar Felix dan Hugo berusaha menghentikannya karena keluar dari ruangan rapat sebelum pembicaraan selesai adalah hal yang sangat tidak sopan. Kesalahan semacam ini dapat menghancurkan karir Alfred di bidang meteorologi, tapi kali ini dia sama sekali tidak peduli.
Sepanjang hidupnya Alfred hanya memikirkan pekerjaan, penelitian, dan data meteorologi untuk diamati sepanjang hari. Kali ini, kali ini saja Alfred ingin mengubah cara berpikirnya dan mengesampingkan setiap penelitian yang telah ia buat untuk menjemput putrinya di Manhattan.
Aurora menghabiskan hidupnya sebagai putri seorang pecundang yang hanya memikirkan pekerjaan tanpa pernah peduli pada keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Jika ini akan menjadi salah satu penyebab bencana besar yang akan melanda dunia dalam waktu dekat, Alfed ingin menikmati akhir dunia dengan hati lega karena dia berhasil menyelamatkan putrinya.
“Kau akan pergi di tengah rapat seperti ini?” Tanya Felix sambil menatapnya dengan kesal.
“Putriku berada di Manhattan.”
“Aku tahu. Kau sudah mengatakan itu lebih dari sepuluh kali sejak sore ini..”
Alfred menatap Felix sejenak lalu memilih untuk kembali melanjutkan langkahnya.
“Apa yang akan kau lakukan?” Tanya Felix sambil mengikuti langkahnya.
“Menjemput putriku?” Alfred mengendikkan bahunya dengan tidak yakin.
“Kau akan melewati jalan yang dipenuhi banjir untuk datang ke Manhattan?”
Alfred menatap jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Jam dengan warna silver tersebut menunjukkan jika sekarang sudah lebih dari pukul 1 dini hari. Rapat yang diperkirakan hanya menghabiskan waktu sekitar 3 jam tampaknya belum selesai padahal mereka telah berdebat selama lebih dari 5 jam.
“Aku akan melewati segalanya untuk membawa putriku keluar dari kota sialan itu!” Kata Alfred.
“Baiklah, kurasa kau akan membutuhkan bantuanku. Bisakah aku mendapat tumpangan menuju ke New York?” Tanya Felis sambil tertawa pelan.
“Tidak, kau tidak bisa ikut denganku, Felix” Alfred menatap pria yang usianya tidak berbeda jauh darinya dengan pandangan tidak percaya.
“Aku tentu akan mengikutimu, Alfred. Kau pikir kau mampu melakukan perjalanan seorang diri di tengah badai salju yang mungkin akan terjadi di sepanjang perjalanan menuju ke New York?”
“Kau sungguh akan ikut?” Tanya Alfred.
“Bukankah kau baru saja mengatakan jika Aurora berada di Manhattan dan harus segera dibawa ke Washington, D.C? Kenapa kau malah diam di sini dan membuang waktu dengan percuma? Austin dan Hugo akan menangani kantor selama kita menjemput putrimu yang jenius tersebut.”