Bab 17 Reiko Si Pembuat Masalah

995 Kata
Di sebuah kafe di salah satu stasiun TV swasta ternama, TEBS. Wanita seksi itu duduk bersandar di salah satu sudut ruangan. Sekilas, mungkin ada yang mengira dia adalah artis.  Fashion-nya sangat elegan, mewah, tapi sederhana—dres pendek putih tak berlengan menempel ketat sempurna pada lekukan tubuhnya, dan mata indahnya ditutupi oleh sunglasses bermerk, secara sembunyi-sembunyi sibuk menyeleksi para pria yang lalu lalang di sekitarnya. "Reiko-san!" seorang pria melambaikan dokumen padanya. Lelaki itu sekitar umur tiga puluhan, penampilannya sangat rapi berupa kemeja biru langit dan dasi biru tua bergaris, bawahannya celana kain hitam halus, dan rambutnya bergaya dandy. "Kazuki-san!" wajah Reiko cerah bukan main, membuka kacamatanya lalu dilambaikan. "Sudah lama, ya?" "Menunggu sedikit saja tidak masalah, kok." Matanya melirik dokumen yang cukup tebal di tangan Kazuki. Pria itu tersenyum, menarik kursi lalu duduk. "Ini adalah profil sesuai kriteria yang kau minta. Cukup susah juga menyeleksinya, aku harap aku dapat imbalan yang setimpal." "Jangan khawatir. Aku tidak akan macam-macam, kok! Nanti aku kenalkan seseorang yang luar biasa! Mungkin dia bisa merubah peruntunganmu tahun ini, loh." Ia hendak menarik dokumen itu, tapi ditahan oleh Kazuki. "Katakan. Ide buruk apa lagi yang kau pikirkan, Reiko?" tiba-tiba pembawaan pria itu menjadi akrab, matanya memicing curiga. "Ah… Kazuki~ Kau ini masih saja tidak berubah. Kepo, ya?" sudut-sudut bibirnya berkedut, kesal. "Kau ingin menjodohkan salah satunya dengan seorang wanita, kan? Aku bisa rugi kalau ada yang terlibat skandal di usia muda seperti itu. Apalagi sampai menikah. Apa Miyamoto group sanggup menanggulangi kerugianku?" "Cerewet sekali. Aku hanya ingin mempertemukan berlian dengan berlian. Memangnya itu salah?" ia merebut paksa dokumen itu, mukanya berseri-seri membuka dengan cepat lembaran-lembaran dokumen penuh dengan foto pria-pria berkelas dan high quality. "Kau ini benar-benar pembuat masalah, ya?" tangannya dilipat di  d a d a, mendesah pasrah. "Kau butuh model untuk iklan produk terbarumu, kan? Nah, nanti aku yang urus. Berikan aku waktu dua minggu untuk mempersiapkannya. Aku jamin kau tidak akan menyesal membantuku." Dia menggoyang-goyangkan dokumen di hadapan pria dandy itu, senyum misterius berkilau terang di wajahnya. "Kau yakin? Tidak bohong, kan? Aku butuh model yang natural dan wajah baru, serta kesan misterius yang mampu mewakili produk itu sendiri. Sangat sulit mendapatkan kriteria semacam itu di saat sibuk begini." "Serahkan padaku! Serahkan padaku! Ohohoho!" punggung tangannya menutupi mulut, mata tertawa. "Baiklah. Aku akan coba percayakan padamu." Ia memiringkan kepala, mendecak lesuh. Pandangan pria itu tetiba tertuju pada sosok pria tinggi dan keren di ujung lorong kafe. "Kurosawa-san!" teriaknya riang, melambaikan satu tangan di udara. "Kurosawa-san?" kepala Reiko berbalik. Senyum licik terbentuk di wajahnya. Pria bernama Kurosawa itu membungkuk sejenak, kemudian berjalan menghampiri meja mereka. "Kazuki." "Hmmm?" "Profil pria itu ada di dokumen ini, kan?" liriknya pelan. "Maaf, Reiko. Kalo dia, sangat sulit untuk kau tangani." Ia tersenyum kikuk. "Jadi maksudmu dia tak bisa aku jangkau karena terlalu tinggi? Tak selevel denganku? Begitu?" Reiko tersinggung. "Dia itu iblis berhati dingin, Reiko. Percintaan bukan topik menarik buatnya. Lagi pula dia itu workaholic akut." "Hooooo…. Kenapa aku merasa karakternya sedikit familiar, ya?" Reiko tersenyum ramah pada sosok baru yang kini mendekat pada mereka. "Yamamoto-san. Lama tak berjumpa," sapa pria yang dipanggil Kurosawa itu. "Yah! Lama tak berjumpa. Kau baru saja menyelesaikan kontrakmu di Korea dan Amerika, bukan? Sesekali bersantailah sedikit, Kurosawa. Apa kau tidak jemu bekerja terus? Sedikit skandal juga tak mengapa." Ia terkekeh santai. "Yamamoto-san selalu saja bercanda." Kurosawa berusaha tersenyum, tapi jika dilihat saksama lebih mirip senyum seorang pembunuh berantai, padahal wajahnya sangat rupawan. Halus dan putih. Garis-garis wajahnya tegas sekaligus indah. Outfitnya juga sangat kece, jas hitam dipadu-padankan dengan syal arab bermotif catur yang menutupi  d a d a, dan topi cowboy terpasang penuh gaya di rambut panjang ikalnya yang indah. Untuk bagian kaki, ia memakai sepatu boots rocker tinggi pada celana jeans hitam ketat, sepertinya terlihat sangat mahal dan mewah di sana. Ikemen yang sangat manly! Jackpot! seru Reiko dalam hati. "Kali ini aku serius. Sesekali mainlah. Asal tidak membuat rugi agensi." "Apa kau tertarik pada perjodohan?" Reiko tiba-tiba nimbrung. Kurosawa meliriknya dingin. "Reiko!" "Apa? Kau sendiri, kan, yang bilang dia butuh rehat sejenak," protesnya. "Iya. Tapi bukan perjodohan, dong!" "Maaf. Aku tidak tertarik." Tatapan dan nada bicara lelaki itu tanpa emosi. "Maaf, ya, Kurosawa. Kenalkan, Ini Miyamoto Reiko. Putri tertua Miyamoto Group." "Oh! Salam kenal!" kali ini, ia membungkuk sangat sopan pada Reiko. "Salam kenal juga. Kaku sekali." Reiko tertawa. Pria pendatang itu tak berkata apa-apa. Hanya mengamati dengan mata dinginnya. "Kalau begitu silahkah lanjutkan urusanmu, Kurosawa-san. Aku hanya ingin menyapamu sejenak tadi. Sukses selalu, ya!" Kazuki tersenyum tulus. "Terima kasih." Saat pria yang dipanggil Kurosawa itu hendak pamit dari tempat itu, ponsel Reiko bergetar. "Calon adik ipar." Baca Kazuki pada layar ponsel Reiko. "Apa kau juga ingin menjodohkan Wataru-kun? Si playboy itu?" "Diam sebentar, ya!" "Kalau begitu aku permisi dulu." Kurosawa membungkuk sejenak, dan melangkah pelan meninggalkan meja. Kazuki membalasnya dengan anggukan cepat. "Misaki?! Ada apa meneleponku? Baj*ngan itu tidak menindasmu, kan? Apa dia usil lagi padamu? Jangan gentar! Kau lebih berpotensi menyabet gelar Miyamoto dibandingkan wanita-wanita mainannya! Kau harus lebih percaya diri! Ingat apa yang aku ajarkan padamu!" Langkah pria bersyal itu tiba-tiba terhenti. Mulutnya terbuka sedikit, lalu ditutupnya kembali. "Aku senang sekali jika si bej*t itu sadar dan menjadikanmu adik iparku," nada suaranya terdengar manja kekanak-kanakan. "Senangnya jika namamu berubah dari Fujihara Misaki menjadi Miyamoto Misaki. MI.YA.MO.TO MISAKI! Kau pasti jadi menantu idaman ayahku!" katanya mantap, Reiko kini terbakar api semangat. "Reiko! Kau serius mau menjodohkan anak bandel itu?" Kazuki tercengang. "Apa? Dia tidur di tempatmu? Susah dibangunin? Siram saja dia dengan air kalau tak mau bangun! Siram seember kalau perlu! Anak itu tidur seperti orang mati kalau sudah dapat tempat yang nyaman! Menyusahkan sekali!" tangannya meraup dokumen dengan terburu-buru. "Kazuki, aku pamit dulu. Anak bandel itu kambuh lagi kebiasaannya! Terima kasih dokumennya, ya!" "Reiko! Tunggu!" teriaknya pada sosok Reiko yang kini sudah nun jauh di sana. Kurosawa yang mendengar ribut-ribut itu memiliki ekspresi yang sulit untuk ditebak. Setelah melirik sejenak melalui bahunya, ia kembali melanjutkan langkahnya penuh percaya diri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN