BULAN PUASA

1205 Kata
Moondy terus menerus mondar mandir di depan pintu utama rumah kami. Dia juga keluar masuk rumah seperti sedang menunggu sesuatu. "Kamu kenapa sih sayang ?" Tanyaku sambil membawakan teh hangat untuknya. "Apa Pelangi sungguh benar-benar bekerja ?" Tanya Moondy padaku. "Sepertinya iya. Kemarin aku sempet tanya katanya dia bekerja di toko kue gitu. Kenapa sayang ?" "Toko kue dimana ?" "Di dekat kampus katanya. Kayanya arah yang deket cafe kamu yang cabang Tembalang itu." "Hah ? Itu kan lumayan jauh dari rumah kita." Moondy menghela nafas panjang. Wajahnya sudah mulai memerah padam. Itu tandanya dia mulai marah. Aku yakin pasti nanti akan ada keributan besar lagi. "Rupanya dia sungguh tidak memperdulikan perintahku. Dia tidak menganggapku sebagai suaminya." "Sudahlah, biarkan dia bekerja. Tidak ada salahnya dia mencari hiburan kan ?" Aku mendekatinya sambil mengusap bahunya. "Bukankan sudah kubilang padamu jika aku hanya ingin Pelangi dirumah menungguku pulang kerja? Sudah cukup kamu yang bekerja. Aku tidak ingin Pelangi bekerja." Dan ternyata Moondy sungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia benar-benar marah mengetahui bahwa Pelangi benar-benar bekerja. Jika seperti ini aku jadi ingat masa laluku saat kami pertama kali pacaran. Moondy memang sempat mengutarakan niatnya untuk memiliki istri yang setiap dia berangkat dan pulang kerja ada di rumah. "Bukannya tidak boleh bekerja, tapi aku mau setiap aku pulang dan berangkat kerja istriku ada di rumah menyambutku." Katanya. "Doakan semoga aku bisa menjadi wanita yang kamu inginkan ya sayang. Karena biar bagaimanapun juga aku ingin memiliki usaha dan mengurusnya sendiri." Kataku. "Tapi jika itu kamu, aku tidak akan mempermasalahkannya kok sayang." "Makasih untuk pengertiannya sayang." Kupikir keinginan Moondy sudah hilang mengingat betapa lamanya kami menjalin hubungan. Tapi ternyata bersama Pelangi keinginan Moondy untuk memiliki seorang istri rumahan pun kembali terwujud. **** "Ngi... " Panggilku pada Pelangi saat dia mencuci piring. "Iya ?" Jawabnya singkat. Seperti biasa dia selalu irit bicara. "Puasa gini kamu tetep masuk kerja ?" Tanyaku. "Sepertinya iya. Kata temen kerja kalau puasa biasanya malah rame, apalagi jika menjelang lebaran." "Berarti kita bagi waktu aja gimana untuk persiapan sahur dan berbuka ? Sekalian bahas masalah jadwal tidur bareng Moondy ?" "Aku ngikut gimana kalian aja ya." Katanya sambil beringsut ke kamar. Bulan puasa telah tiba. Ini puasa pertamaku menjadi istri dari Moondy. Jika tahun-tahun sebelumnya hanya berstatus sebagai pacar, kali ini status kami sudah sah sebagai suami istri. Biasanya kami bergantian mempersiapkan makanan untuk sahur dan berbuka kami. Jika jadwalnya Moondy tidur dengan Pelangi maka aku yang mempersiapkan makanan sahurnya. Begitu juga sebaliknya. "Pelangi dimana ?" Tanya Moondy. "Mungkin dia shift siang sayang." "Jadi dia ga ikut buka puasa lagi ?" "Sayang aku pengen kita buka puasa di luar." Kataku sengaja mengalihkan kemarahan Moondy. Moondy menarik nafas panjang dan mengeluarkannya pelan. "Baiklah. Gimana kalau kita jemput Pelangi dulu sebentar ?" "Kenapa ?" "Aku pengen kita buka bersama diluar bertiga. Sekali-kali aku pengen bikin kalian berdua seneng." Senyumanku langsung hilang begitu Moondy ingin mengajak Pelangi buka bersama. Sudah 3 hari Moondy tidur dengan Pelangi, dan selama itu pula aku tidak bersama Moondy. Aku ingin menikmatinya berdua. Aku rindu dengan Moondy. Jujur saja setiap Moondy memiliki jadwal tidur dengan Pelangi aku selalu uring-uringan. Aku bahkan tidak rela jika Moondy meniduri Pelangi. Bahkan aku sudah belajar berbagai cara untuk memuaskan Moondy asal dia tidak menyentuh Pelangi, aku bahkan memiliki fantasi bercinta dengan liar dengan Moondy agar dia hanya merasa puas denganku. "Sayang .... Hei .... Kenapa ?" Moondy membuyarkan lamunanku. "Haruskah dengan Pelangi ? Aku merindukanmu. Aku hanya ingin berdua denganmu." Pintaku. "Ya nggak harus sih. Tapi kan kadang kamu bilang aku harus adil padanya, kamu bilang dia juga istriku. Makanya aku juga mau ajak dia buka bersama." "Tapi jangan hari ini. Kan sudah 3 malam kamu bersamanya. Kali ini aku ingin bersamamu sayang." Manjaku. "Yasudah kalau itu mau kamu. Malam ini kita buka puasa berdua ya ?" Kata Moondy sambil memelukku. "Nah gitu dong sayang. Aku memang ingin kamu berlaku adil pada dia juga, tapi bukan berarti juga harus melupakan waktu kita berdua." "Iya sayang. Aku minta maaf ya. Jangan cemberut dong." Menang ! Aku selalu merasa menang jika Moondy menuruti kemauanku. Aku juga bingung pada diriku sendiri. Terkadang aku ingin Moondy adil pada Pelangi karena kasihan melihat Pelangi. Tapi jika Moondy terlihat dengan dengan Pelangi, aku merasakan kecemburuan yang luar biasa. Aku merasa Moondy sudah sedikit berbeda dari biasanya. Walaupun dia sering marah pada Pelangi, tapi dia juga sering sekali membahas Pelangi di depanku. Setiap kali kita menghabiskan waktu bersama tidak pernah sekalipun dia tidak membahas soal Pelangi. Bahkan kini dia juga jadi lebih rutin tidur dengan Pelangi. Dia selalu memperhatikan semua gerak gerik Pelangi. Aku takut jika Moondy mulai mencintai Pelangi. "Jangan lupa memberitahu Pelangi kalau kita sedang ada acara buka bersama dengan rekan bisnismu dan karyawanku sayang. Biar Pelangi merasa kita juga perhatian padanya." Perintahku. ***** Aku masih berdiri di depan cermin sambil menunggu Moondy yang masih mandi. Untuk buka puasa kali ini aku memilih menggunakan dress panjang berwarna merah menyala, flashoes senada dan tas jinjing warna senada. Aku memilih polesan make up nude agar serasi dengan pakaianku. Inilah salah satu yang kubanggakan dalam diriku yang tidak ada dalam diri Pelangi. Pelangi tidaklah modis sepertiku. Dandanan dan gaya outfitnya biasa, dia berbeda denganku. Aku selalu mengutamakan penampilan, sementara Pelangi cuek dengan penampilannya. Aku bahkan merawat diriku 3 hari sekali untuk kesalon, sedangkan Pelangi, entahlah. Sepertinya dia ke salonpun tidak pernah. Aku cantik, dan aku harus menjaga kecantikan yang aku miliki. Rambut panjang menjadi aset kecantikanku. Moondy begitu suka dengan rambut panjangku. Bahkan ketika kita bercinta dia selalu ingin rambutku tergerai agar semakin terlihat sensual saat aku mendesah, berbeda dengan rambut Pelangi yang pendek dan itupun selalu dikuncir. Tapi jangan salah. Meskipum begitu aku tetap bisa menjalankan tugasku sebagai seorang istri. Aku juga memasak dan menyapu lantai, meskipun bagian mencuci baju dan mengepel menjadi tugas Pelangi. Tentu saja aku tak mau kuku panjangku patah karena itu. "Selamat berbuka puasa suamiku." Alhamdulillah akhirnya buka puasapun tiba. Aku dan Moondy memilih untuk buka bersama di cafe milik Moondy. "Selamat berbuka puasa juga istriku sayang." Moondy Alsegara. Pria yang begitu kucintai sepenuh hatiku. Tak pernah aku membayangkan akan menjadi istri keduamu meskipun akulah orang yang nomer satu dihatimu. Dia pria yang gagah, tinggi, tampan, dan sempurna di mataku. Di usianya yang sudah 30 tahun, pesonanya tak pernah pudar, bahkan ketika gadis-gadis remaja cantik nan seksi diluar sana berlomba-lomba untuk mencari perhatian dari Moondy, pandangan Moondy tetap tak bergeming. Hanya melihatku. Itulah yang membuatku jatuh hati padanya. "Daripada aku harus berzina denganmu, lebih baik aku menikahimu." Kata Moondy sesaat setelah dia memberitahuku bahwa dia akan menikah dengan Pelangi. "Sayang .... " Moondy membuyarkan lamunanku. "Iya sayang ?" Jawabku. "Aku sebenarnya bingung mau mulai dari mana, tapi ini harus kita bicarakan." Katanya. "Ada apa ?" "Lebaran nanti, aku tidak bisa bersamamu." Katanya sendu sambil menggenggam tanganku. "Kamu tau kan, orang tuaku tidak mengetahui soal pernikahan kita." Lanjutnya. "Aku mengerti. Dan aku bisa memberitahukannya pada orang tuaku nanti." Getir dan perih aku mengatakan itu. Aku sesaat merasa benci pada Pelangi. Jika saja Pelangi tidak hadir dalam pernikahan kami tentu kami tidak akan sembunyi-sembunyi begini. Seharusnya kami bisa merayakan hari besar bersama. Ah aku benci Pelangi! "Tapi aku janji, aku akan secepatnya pulang, dan setelah itu baru kita kerumahmu ya." Katanya. "Iya sayang." Aku mencoba untuk tersenyum.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN