AKU MENCINTAIMU

1172 Kata
"Terimakasih sudah belanja di butik kami. Kami tunggu ketangannya kembali ya." Ucapku pada pelangganku, kusiratkan senyum termanisku tentu saja. "Sama-sama, kami permisi dulu ya." Jawabnya sambil meninggalkan butik milikku. Aku Bulan. Nama lengkapku Bulan Permata Sari. Anak tunggal dari ayah dan ibuku. Ayahku seorang penjahit jas di kota kelahiranku Boyolali. Sedangkan ibuku seorang perias pengantin. Aku hidup merantau di Semarang, ibu kota provinsi Jawa Tengah. Bermula dari melanjutkan kuliah di perguruan tinggi kemudian lulus dan memutuskan untuk membangun bisnis disini. Aku memiliki sebuah butik yang terletak tidak jauh dari pusat kota Semarang. Usiaku kini sudah menginjak 25 tahun. Namun aku masih memilih untuk mengembangkan bisnisku dulu. "Halo sayang, maaf ya nunggu lama." Sapaku pada Moondy kekasihku yang sudah menunggu untuk menjemputku. Dia Moondy AlSegara. Pria yang selama 4 tahun ini sudah menemaniku. Kami saling mengenal saat kami masih duduk di bangku kuliah. Dan berlanjut sampai sekarang. Moondy yang menemani usahaku dari 0 sampai butikku besar seperti sekarang. Moondy adalah seorang pengusaha restaurant anak muda atau sering biasa disebut Cafe. Cafe turunan dari keluarganya dulu. Cafenya memiliki cabang dimana-mana, apalagi jika itu lingkungan kampus. Pasti ada cafe Moondy disana. Meskipun hanya cafe warisan tapi di tangan Moondy cafenya menjadi lebih besar dan sukses daripada ditangan keluarganya yang terdahulu. "Nggak pa-pa sayang. Aku ngerti kok." Jawab Moondy sambil mengusap rambutku. Moondy sangat mencintaiku. Setidaknya itulah yang kurasakan selama ini. Moondy selalu memanjakanku. Menghujaniku dengan pujian dan kata cinta. Tak pernah dia berkata kasar padaku bahkan menyakitiku. Selalu saja ada kejutan yang dia berikan padaku. Dari bunga, coklat, perhiasan semuanya dia berikan padaku. "Jadi keluar sayang ?" Tanyaku pada Moondy "Berbicara dirumahmu sepertinya lebih nyaman sayang." Jawab Moondy sambil menggenggam tanganku. Kulihat wajahnya, seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku. Aku hafal betul bagaimana kekasihku itu. Tau saat dia bahagia, sedih, ada masalah bahkan saat dia menyembunyikan sesuatupun aku tau. "Kamu kenapa ? Ada masalah ?" Tanyaku. "Aku tidak apa-apa sayang." Jawabnya masih dengan senyuman meskipun kutau itu hanyalah senyum paksaan. "Yaudah kita pulang ke rumahku ya." Rumahku dan rumah Moondy berada tidak terlalu jauh. Hampir setiap hari kami bertemu, sekedar untuk makan bersama atau ada urusan berat sekalipun. Kami membeli perumahan yang jaraknya berdekatan. Bedanya dia memilih perumahan elit dan aku hanyalah sebuah cluster. Tapi jangan salah ya, kita membeli rumah dengan uang masing-masing. "Aku bikinkan teh hangat kesukaan kamu dulu ya." Kataku begitu sampai rumah. "Sayang ...... " Moondy menarikku. Dia memelukku erat. Sesekali mengelus rambut dan mencium ubun-ubunku. "Kamu kenapa sayang?" Tanyaku sambil mengusap punggungnya. "Aku mencintaimu." Katanya. "Aku juga mencintaimu." Balasku sambil memeluknya. "Aku ingin kita segera menikah." Katanya lagi. "Aku juga ingin segera menikah denganmu." Jawabku lagi. "Bagaimana kalau kita menikah saja?" Tanyanya. "Ya ayo, 4 taun kurasa cukup untuk kita mengenal satu sama lain. Kapan kamu dan orang tuamu akan melamarku ?" Tanyaku. Moondy melepas pelukannya. Dia menatapku sebentar. Setelahnya dia berjalan membelakangiku. "Aku tidak bisa." Katanya. "Maksud kamu ?" "Aku ingin kita kawin lari saja." "Sayang ..... Kenapa kamu bicara seperti itu ? Apa orang tuamu tidak menyukaiku ?" Moondy kembali memelukku. Kali ini lebih erat dari pelukannya yang tadi. Kudengar nafasnya sedikit berat. Aku tau dia sedang ada masalah besar. Moondy menangis. Aku yakin itu. Kuusap lembut punggung gagahnya. "Mereka menyukaimu. Tapi wasiat kakekkulah yang membuat mereka tak mengijinkanku menikahimu." Kata Moondy masih dengan memelukku. "Wasiat ?" Moondy melepaskan pelukannya. "Sebelum almarhum kakekku meninggal, dia meninggalkan wasiat bahwa aku harus menikah dengan anak orang yang sudah menolong kakekku. Dulu kakek kecelakaan, lalu ayah dari gadis itu menolong kakekku, setelahnya hubunyan mereka jadi dekat. Dan pas kakekku sakit keras dia memberikan wasiat bahwa aku harus menikahi salah satu anak dari penolong kakek." Jelas Moondy. "Maksudnya kamu sudah dijodohkan ?" "Iya." Jujur bagai tersambar petir di siang bolong. Tak pernah kubayangkan jika kisah cintaku akan menjadi serumit ini. Hubungan yang sudah 4 tahun terjalin sempurna tanpa pertengkaran yang berarti harus berakhir seperti ini. Aku dan keluarga Moondy sudah saling mengenal, bagaimana bisa mereka dengan mudahnya menyetujui permintaan satu orang saja ? Sedih ? Tentu. Marah ? Pasti. Tapi aku tak bisa menunjukkannya pada Moondy Aku takut akan semakin membebaninya jika aku menunjukkan kekecewaanku. Besar dari keluarga sederhana membuatku cukup mandiri dan tegar menghadapi segala permasalahan yang ada. Aku bukan seorang perempuan yang grusa grusu dalam mengambil keputusan. Aku selalu berfikir dalam setiap langkah yang akan kutempuh. "Sejak kapan kamu tau tentang perjodohan ini ?" Tanyaku. "2 hari yang lalu saat aku pulang ke rumah sayang." "Kamu sudah bertemu dengannya ?" "Siapa ?" "Calon istrimu ?" "Belum." "Kenapa ?" "Mama papa belum mengajakku kesana. Lusa aku kembali pulang ke Solo. Mereka akan mengenalkanku dengan perempuan itu." "Kamu sudah tau seperti apa dia ?" "Belum. Dan aku tidak mau tau." "Mungkin dia lebih baik dan lebih cantik dariku sayang." "Meskipun dia lebih segalanya dari kamu, tetap tidak akan bisa menggantikan posisimu di hatiku. Kamu tau kan aku mencintai kamu. Sudah banyak waktu yang kita lakukan bersama. Aku tidak bisa semudah itu melakukan pernikahan itu." Aku memeluk Moondy. Aku tau dia terpukul dengan perjodohan ini. Begitupun aku. Cintaku padanya sudah memuncak, bahkan aku tidak tahu lagi bagaimana cara mencintai lelaki lain selain Moondy. Cinta kami tidak pernah pudar selama ini. Tidak pernah ada orang ketiga, kejujuran selalu kami jadikan fondasi utama untuk hubungan kita. Tapi kenapa takdir Tuhan harus memisahkan kami dengan cara seperti ini ? Aku pernah ingat saat 3 tahun lalu saat Moondy pertama kali mengajakku ke Solo, ketempat orang tuanya, mereka sangat baik padaku. Papa mama Moondy orang yang ramah, begitu juga kakak perempuan Moondy, kak Starla. Keluarga mereka sungguh sangat baik. Setiap 6 bulan sekali Moondy selalu mengajakku untuk berkunjung ke rumah orang tuanya, kata Moondy agar kami semakin akrab, agar saat menikah nanti kami tidak canggung lagi. Moondy juga selalu mengajakku setiap kali ada acara keluarga. Termasuk saat pernikahan kakaknya 1 tahun yang lalu. Moondy pernah bilang, bahwa taun ini dia akan melamarku. Dia akan mengajak orang tuanya kerumahku untuk melamarku. Tentu sebelum peristiwa perjodohan ini terjadi. "Baju rancangan kamu bagus sekali Lan, cocok di badan Starla." Puji mama Moondy. "Iya tante. Bulan seneng banget bisa ikut andil dalam pernikahan kak Starla." Jawabku saat acara pernikahan kak Starla. Aku tak menyangka kalau ternyata kedekatan kami tidak sedikitpun membantu hubunganku dengan Moondy. Lalu kakek Moondy? Aku tau orangnya. Moondy pernah mengajakku berkunjung padanya saat lebaran 2 tahun yang lalu. Saat itu kakeknya masih sehat. Kakek Moondypun tahu bahwa aku sudah menjalin cinta dengan cucunya selama 2 tahun. Yang bikin aku kecewa, bagaimana bisa kakeknya menjodohkannya dengan orang lain sementara kakeknya mengenalku ? Aku ingat betul kecelakaan itu terjadi 6 bulan yang lalu. Saat kakek Moondy sedang pergi ke Solo untuk survey bisnis cafe baru Moondy di dekat kampus swasta terkenal di Solo. Saat itu Moondy sedang mengantarku bertemu dengan klienku di Pati, dia ditelpon oleh papanya dan meminta Moondy untuk pulang seketika itu juga. Dan Moondypun meminta ijin padaku untuk pulang, awalnya dia mengajakku, tapi karena urusan pekerjaanku belum selesai dan Moondy juga harus segera pulang akupun memutuskan untuk tidak ikut. Moondy pulang dan aku melanjutkan pekerjaanku. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN