bc

Cinta Lama Bersemi Semalam

book_age16+
359
IKUTI
6.5K
BACA
HE
escape while being pregnant
drama
city
like
intro-logo
Uraian

Dipublikasikan sejak : 08 Januari 2023

_________

Apia Sarantia menyesali pertemuannya kembali dengan sang mantan, bukan seremeh perkara belum move on, tapi pertemuan malam itu membuatnya harus menanggung akibat dari sesuatu yang tak sengaja terjadi.

.

"Anggap saja semalam saya khilaf. Ah, KITA. Bukan hanya saya. Saya perjelas sekali lagi bahwasannya KI-TA KHI-LAF. Lupakan semua yang terjadi semalam dan mari kembali pada kehidupan masing-masing." — Hanafi Kusuma.

.

Tiga tahun kemudian..

.

"Anggap saja kamu tidak melihatnya. Dia anakku. Aku perjelas sekali lagi bahwasannya DI-A A-NAK-KU. Masih ingat dengan kata-katamu sendiri malam itu? Kamu memintaku untuk melupakan semua yang terjadi, kan?" — Apia Sarantia.

.

Apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu?

.

Bagaimana kehidupan Apia dan Hanafi setelahnya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Good Bye
Gemericik air di tengah kesunyian berhasil membangunkan seorang wanita yang sebelumnya tidur pulas sebab aktivitas melelahkan beberapa jam lalu. Saat matanya masih berat untuk terbuka, deheman suara pria membuatnya langsung tersadar sepenuhnya. Dia melotot seraya memeluk selimut erat-erat karena sadar bahwa tubuhnya sedang tidak mengenakan sehelai benang pun. Pertanyaan ‘bagaimana bisa?’ yang muncul di benaknya seketika menyeretnya pada pertemuan dengan sang mantan semalam. Di acara reuni sialan itu, Apia Sarantia atau wanita yang biasa dipanggil ‘Pia’ itu tak mampu menolak ajakan minum salah seorang sahabat wanitanya. Kemudian saat Apia mulai hilang kesadaran, sosok pria tampan yang datang terlambat karena alasan masih bekerja, muncul. Menyita seluruh perhatian Apia. Perlahan namun pasti, Apia mulai mengingat kebodohannya semalam. Tak terkecuali saat dirinya tiba-tiba menyatakan cinta pada sang mantan di depan semua orang. Sontak ingatan itu membuat Apia memukul kepalanya sendiri. “Bodoh!” Tapi, Apia juga ingat bahwa sang mantan merespon ungkapan cintanya dengan senyum manis. Jangan tanya semanis apa senyum Mantan Apia semalam? Kalian pikir Apia bisa berada di ranjang hotel tanpa sehelai baju pun ini karena apa dan siapa? Ya karena Hanafi Kusuma—Sang Mantan Terindah! Sebenarnya sejak putus dari Hanafi saat kelas tiga SMA sampai usia Apia menginjak dua puluh empat tahun Apia tak kunjung menjalin kedekatan dengan pria lain. Hatinya masih untuk Hanafi seorang. Meski begitu, Apia tidak mempunyai niat terselubung saat memutuskan untuk hadir di acara reuni teman SMA ini. Sungguh. Apia menghadirinya sekadar mengisi waktu luang.. Ya jelas luang lha wong Apia pengangguran! Satu tahun yang lalu Apia mengundurkan diri dari kantor tempatnya bekerja karena tak nyaman dengan perlakuan bosnya. Sejak saat itu hingga detik ini Apia tak kunjung mendapat pekerjaan. Setiap lamaran yang ia ajukan selalu mendapat penolakan. Kurang sial apalagi hidupnya? Ketika sudah mengingat semuanya, barulah Apia menghela napas pasrah. Nasi sudah menjadi bubur, mahkotanya sebagai perempuan telah lebur. Apia tidak bodoh untuk mengetahui apa yang terjadi beberapa jam yang lalu. Dia dan Hanafi..melakukan hubungan yang seharusnya dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Walau Apia melakukannya dalam keadaan mabuk, tapi rasanya masih membekas. Satu kata, nikmat. Permainan ranjang Hanafi luar biasa. Jangan-jangan dia.. “APIA!?” Apia tersentak karena Hanafi memanggilnya dengan nada tinggi. Telinganya masih normal, jelas Apia tak terima dan melawan, “Apa sih teriak-teriak? Pelan-pelan bisa kali, Han. Aku enggak budek.” Mendapat perlawanan dari Apia, Hanafi menghela napas sebelum akhirnya menjelaskan, “Sebelumnya saya sudah memanggilmu pelan beberapa kali, Apia. Tapi kamu terus saja bengong. Apa yang sedang kamu pikirkan?” Bukannya menjawab, Apia malah memprotes cara Hanafi memanggilnya yang menurutnya aneh. “Apia-Apia. Biasanya juga panggil ‘PIA’. Ribet!” Padahal dulu Hanafi suka sekali memanggilnya ‘PIA’. Simple dan manis, kata Hanafi kala itu. Apia tak sadar bahwa dulu dan sekarang berbeda. Hanafi pun..bukan lagi sosok yang sama seperti dulu. “Jangan protes, hak saya mau memanggilmu apa,” balas Hanafi dingin sekali. Sedingin air yang telah mengguyur tubuhnya. Pasti itu. Apia yakin. Hanafi mandi pukul dua pagi, oh Tuhan.. ‘Seperti tidak ada hari esok! Kenapa harus sepagi ini sih mandinya?’ Pria yang bertelanjang dadaa dan hanya menutupi bagian bawahnya menggunakan lilitan sehelai handuk itu kemudian meraih pakaiannya yang berceceran di lantai kamar hotel ini. Lalu dengan tingkat kepercayaan diri yang teramat tinggi, pria itu memakai pakaiannya di hadapan Apia yang spontan menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangannya. “KENAPA PAKAI BAJU DI SINI, SIH!? KAN DI KAMAR MANDI BISA!” seru Apia yang panik luar biasa. Bagaimana tidak panik? Pria dewasa mempesona seperti Hanafi tiba-tiba berganti pakaian di depan sana. Oh astaga..ini bukan rezeki, ya. Bukan. Apia masih waras walau sedikit menyesal telah melewatkan pemandangan yang..argh Apia gila! Tahu apa jawaban Hanafi? Lebih gila lagi. “Kenapa harus di kamar mandi jika di sini bisa? Kamu kan sudah melihat semuanya.” Dalam hati Apia mengumpat, ‘SIAL! Benar lagi.’ Entahlah, Apia tiba-tiba menjadi sangat bodoh bila berhadapan dengan Hanafi oh Hanafi. “Y–ya tapi kan—” Belum selesai Apia berbicara dalam kondisi gugup, Hanafi yang sudah berpakaian lengkap itu menyela, “Syukurlah jika kamu sudah bangun. Jika masih mengantuk atau lelah, lanjutkan saja tidurmu. Tapi maaf, saya harus segera pergi, Apia.” “Kamu mau kemana?” tanya Apia secepat kilat. Sontak hal itu membuat Hanafi tersenyum samar. Rupanya sang mantan benar-benar belum move on darinya. Keingintahuan Apia ini dapat Hanafi kategorikan sebagai bentuk kepedulian. Kini, Hanafi tahu betul bahwa Apia masihlah Apia yang dulu—yang mencintainya. Hati Hanafi sebenarnya menghangat, tapi Hanafi sadar bahwa untuk ‘bersama’ merupakan hal yang mustahil. “Pulang ke rumah. Hari ini kekasih saya pulang ke Indonesia. Dia landing pagi,” jawab Hanafi jujur sejujur-jujurnya. ‘Berengsek!’ Tak mendengar respon apapun dari Apia, Hanafi meliriknya. Karena gerakannya sekilas, Hanafi tidak yakin bahwa yang dilihatnya benar. Saat ini, wajah Apia memerah. ‘Apa dia marah?’ tanya Hanafi dengan bodohnya, padahal ungkapan cinta Apia semalam masih tersimpan rapi di benaknya. Dalam keadaan hening itu, bukannya mengkhawatirkan Apia, Hanafi justru membuat suatu pernyataan yang amat keji. “Anggap saja semalam saya khilaf. Ah, KITA. Bukan hanya saya. Saya perjelas sekali lagi bahwasannya KI-TA KHI-LAF. Lupakan semua yang terjadi semalam dan mari kembali pada kehidupan masing-masing.” Masih tak ada respon apapun dari Apia. Tapi apa peduli Hanafi? Hanafi yang sebelumnya duduk manis di sofa, kini bangkit dari duduknya, bersiap pergi. Sebelum pergi Hanafi mengatakan, “Kamar ini sudah saya bayar. Tenang saja. Nanti kamu tinggal check-out.” Baru saat Hanafi hampir menggapai pintu kamar hotel ini, Apia berteriak, “KAMU MEMANG BISA BAYAR KAMAR INI! TAPI KAMU ENGGAK BISA BAYAR HARGA DIRIKU!” Rupanya sejak tadi Apia menahan amarahnya. Hanafi menghela napas dan tersenyum tipis karena akhirnya Apia memberi respon. Walau responnya sudah pasti ngamuk. Bagaimana tidak? Sehabis tidur bersama, Hanafi pamit. Bahkan secara tidak langsung memberitahukan statusnya yang merupakan kekasih orang. Lalu, apa arti kejadian semalam? Apa ini yang disebut cinta lama bersemi semalam? Hanafi berbalik badan agar bisa bertatapan dengan Apia saat berbicara. Bukankah itu etika berbicara yang baik? Dan, mungkin saja ini terakhir kalinya ia dan Apia bisa berbicara empat mata. Sayangnya saat membalikkan badan Hanafi hanya mendapati punggung telanjang Apia. Ya, wanita itu duduk menyamping membelakanginya. Detik itu juga Hanafi merasa bersalah. “Apia..semalam—” “KESALAHAN! Oke kalau kamu nyuruh aku buat lupain semuanya! Fine!” potong Apia masih berapi-api. Kemudian secara tak terduga dengan masih memeluk selimutnya Apia menoleh pada Hanafi dan berucap, “Kamu enggak seberharga itu, Hanafi.” Entah mengapa Hanafi tak suka mendengar ucapan Apia yang satu itu? Hanafi mengurungkan niatnya yang hendak meninggalkan kamar hotel ini. Dengan santainya, pria itu malah menyandarkan tubuhnya di dinding dan melipat kedua tangannya di depan, mengungkit kejadian semalam dimana Apia mengungkapkan perasaan cintanya padahal status mereka MANTAN KEKASIH. “Tapi semalam kamu bilang—” “Aku mabuk! Aku hilang kesadaran.” Alasan Apia barusan memang benar adanya, tapi Hanafi mempunyai pemikiran lain tentang mabuk. “Orang yang mabuk biasanya bicara jujur, Apia.” Toh setelahnya Apia tak bisa lagi menyanggah. Membuat Hanafi menang darinya. Tak ingin kejadian semalam berbuntut panjang, Hanafi sekali lagi memberi pernyataan yang menyakitkan untuk didengar Apia. “Maaf, saya akan bertunangan dalam waktu dekat.” “Siapa juga yang minta tanggung jawab kamu!?” Katakanlah Apia bodoh. Bagaimana bila nanti Apia mendapat kejutan lain? Misalnya, mengandung anak Hanafi karena hubungan satu malam. Arrghhh..Apia mana sempat berpikir sepanjang itu? Karena yang saat ini Apia pikirkan adalah menjaga sisa harga dirinya agar tidak diinjak-injak Hanafi. Setelah semua yang terjadi, perasaan Apia masih tetap sama. Bukannya membenci Hanafi, Apia tetap mencintai Hanafi. Dalam kasus ini, cinta dan bodoh itu beda tipis. Kembali pada perbincangan memanas mereka, Hanafi kembali angkat bicara walau berbalas teriakan pengusiran dari Apia. “Kemarahanmu membuat saya merasa harus bertanggung jawab, Apia. Tapi maaf, saya sungguh tidak bisa melakukannya. Lagi pula, perasaan saya untukmu sudah—” “PERGI SANA! AKU ENGGAK MAU DENGAR KATA-KATAMU LAGI!” Sakit. Sakit sekali hati Apia.. Apia benar-benar tak sanggup mendengar kelanjutan dari pernyataan Hanafi barusan. Mengapa kesialan terus menimpa hidupnya? Apa salahnya? Menjadi pengangguran! Ditiduri mantan tersayang tapi bajingann! Lalu setelah ini apalagi? “Good bye, Apia..” gumam Hanafi sebelum benar-benar pergi. Gumaman itu dapat didengar jelas oleh Apia yang langsung membalasnya dengan bergumam pula, “I hate you, Hanafi.” Tanpa Apia ketahui, nasib naas menimpa Hanafi di perjalanan pulang. Mobil yang Hanafi kendarai terlibat kecelakaan dengan truk besar. Hanafi merupakan satu dari beberapa korban kecelakaan hebat yang sedang berjuang agar tetap hidup. Selamatkah Hanafi? ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
203.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.5K
bc

My Secret Little Wife

read
115.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook