Dengan setengah kesadaran yang tersisa aku mendorong d**a Gavin saat bibir pria itu terasa makin buas mencumbu dan memagut bibir milikku. Aku juga melayangkan pukulan ke arah perut pemuda itu, bermaksud memberinya pelajaran setimpal atas tindakan amoral yang baru saja dia lakukan. Namun sayang, sepertinya gerakanku mudah terbaca sehingga dia bisa dengan lihainya menghindar. Aku semakin tidak bisa mengerti apa yang ada didalam pikiran pria ini, sesaat dia teramat terlihat membenciku namun disisi lain bisakah seorang yang membenci melakukan ini? Ah.. iya bisa. Bisa, jika niatan terdalam hatinya hanya untuk merendahkanku. Karena sejak awal dia memang tidak benar-benar memiliki niatan untuk menolongku. Itulah yang aku percayai selama bersama dengannya.
Kedua mataku menatapnya nyalang, napasku
