Bab 13. Caroline Menyamar

1192 Kata
Rian menjelaskan semua secara mendetail mengenai Kerajaan Hazelmuth. Tidak hanya itu, ada tiga kerajaan lainnya yang memiliki kekuasaan di Tanah Dien. Tiga kerajaan itu adalah, Baizo, Qunedy, dan Horanmust. Namun kerajaan-kerajaan itu bermusuhan satu sama lain. Jika ditaruh di piramida, maka Kerajaan Hazelmuth memiliki kekuasaan mutlak dari pada kerajaan lainnya. “Lantas, kau dari mana?” tanya Caroline penasaran. “Aku dan kakak berasal dari Kerajaan Horanmust.” Ada raut kesedihan tercetak jelas di wajah Rian. Caroline sepertinya salah bicara dan langsung meminta maaf. “Kau tak perlu minta maaf,” sela seorang pria bersandar di pintu masuk. “Tidak ada yang tersisa dari kerajaan-kerajaan itu karena semuanya sudah di kuasai oleh Hazelmuth.” Caroline tak menyangka bahwa Hazelmuth melebarkan sayapnya begitu cepat. “Apakah kalian akan menjadi pelarian untuk selamanya?” “Hidup kami sudah tak berarti lagi, karena kami orang bayaran.” Apakah sebegitu rendah menjadi orang bayaran? Kenapa mereka seperti memiliki kesedihan tiada kahir? Pertanyaan itu tak mampu dikeluarkan dari mulut Caroline. “Aku ingin bertanya, siapa kau sebenarnya?” Jeff mendekati Caroline. “Adikku terlalu polos membawa gadis asing sepertimu.” Caroline mengangkat kedua tangannya. “Tenang saja. Aku tak berniat jahat. Namaku Caroline. Dan aku terdampar di tempat ini.” Adik dan kakak itubsaling pandang satu sama lain, tak mengerti perkataan Caroline sama sekali. Tapi, Rian langsung angkat bicara. “Jadi, kau bukan orang sini?” “Iya. Mungkin tak masuk akal karena tiba-tiba aku berada di tempat ini. Ingatanku bahkan mulai mengabur.” Terpaksa Caroline berbohong demi keselamatannya. “Kau istirahatlah... aku akan bicara dengan Rian.” Jeff menarik lengan Rian untuk menjauh, keduanya bicara empat mata. “Dia aneh. Kau harus segera mengusirnya,” kata Jeff memulai pembicaraannya. “Kak, dia hanyalah gadis biasa.” “Rian,” panggil Jeff sedikit khawatir. “Apakah kau tak lihat warna mata dan rambutnya. Dia bukan gadis biasa. Aku tak mau kita terlibat urusan kerajaan.” “Apa yang kakak bicarakan? Aku tak mengerti sama sekali.” Rian terlihat kebingungan dengan pembicaraan mereka. “Penyihir..., dia keturunan penyihir. Aku yakin itu. Aku tak salah. Jika penyihir ada, maka ras dragon akan bangkit. Kita semua dalam bahaya, termasuk Kerajaan Hazelmuth. Apakah kau tak tahu alasan Kerajaan Hazelmuth berperang?” Rian menggelengkan kepala lagi, karena memang dia tak tahu sama sekali. “Dasar kau, sangat naif dan bodoh! Cepat usir dia.” Jeff kesal setengah mati karena kebodohan adiknya. “Tapi, Kak. Aku tak tega.” Itulah Rian, selalu iba dengan orang lain. “Jika kau tak tega, kita akan mati.” Jeff memberikan selembar buronan kepada Rian. “Kau lihat itu, raja saja mencari keberadaanya. Rian meraih selembaran kertas itu, “Jelas selembaran ini tak masuk akal. Jika pelarian, biasanya langsung dibunuh. Ini malah bertuliskan dengan keadaan utuh tanpa cedera sedikitpun.” “Hais... kau ini.” Jeff merebut kertas itu dengan paksa, lalu merobeknya. “Pasti Caroline mau di jadikan koleksi oleh raja. Bukankah kakak mendengar rumor kalau raja sangat menyukai kecantikan?” Rian menduga, tapi dugaan itu benar adanya. “Aku akan membantu dia melarikan diri.” Lihatlah, Rian terlalu polos sampai membuat Jeff pusing setengah mati. Pria muda itu bergegas menuju ke pondoknya dengan tergesa-gesa. “Caroline..., kau harus pergi dari sini.” Rian membantu Caroline berkemas, memasukkan sesuatu ke dalam tasnya. “Cepat pergi...” usir nya dengan halus. Caroline terlihat kebingungan, perlahan bangkit dari ranjang. “jadi, endingnya kau mengusirku.” “Aku sudah memasukkan beberapa ramuan ajaib agar cedera mu cepat sembuh.” Rian sibuk memasukkan beberapa botol di dalam tasnya. Ia juga mengambil satu set pakaian pria dan juga sebuah topeng miliknya. “Kenapa kau jadi heboh, Rian?” tanya Caroline menatap pria itu kemanapun dia pergi. “Kau sudah jadi buronan. Jika kau ingin selamat, pergi menjauh dari ibu kota.” Rian memberikan tas itu kepada Caroline. “Pakai baju dan topeng itu agar kau selamat.” Brak Pintu ditutup kasar oleh Rian, membuat Caroline kaget seketika. “Cepat sekali dia pergi.” Tidak ada pilihan lain, jadi gadis itu memakai baju yang disiapkan oleh Rian. “Cukup pas juga.” Terakhir gadis itu memakai topeng mirip manusia. Ajaibnya topeng itu menyesuaikan diri,d an wajahnya berubah menjadi seorang pria, bahkan suaranya juga. “Astaga... ini lebih jenius dari penelitian milik Bryan!” pekiknya tertahan karena tak percaya. Caroline memegang wajahnya sendiri, tak percaya atas apa yang terlihat di kaca, sungguh benda ajaib. “Aku harus berterimakasih kepada Rian.” Gadis itu pun mengambil tas, bergegas keluar pondok. Sayangnya, orang yang dicari tak ada, alias menghilang. “Kemana mereka pergi?” Caroline celingak-celinguk, memanggil Rian berulang kali tapi tak ada sahutan sama sekali, lalu memutuskan untuk berkeliling rumah hingga dua kali. “Mereka sedang pergi.” Gadis itu menatap pondok tersebut cukup lama. Ketika hendak melangkahkan kaki, ia menginjak sebuah kertas. “Apa ini?” Caroline terkejut melihat dirinya terpampang sebagai buronan di kertas itu. Jangan-jangan Rian dan Jeff sedang melaporkannya. Tidak mau tertangkap, gadis tersebut lari menuju ke hutan. Kerajaan Hazelmuth Nampaknya, Eugene tak puas dengan kinerja para menteri. Dapat dilihat beberapa berkas berserakan di lantai, dan semua menteri menunduk takut. “Aku tahu kalian hidup dengan kemewahan! Tapi, kalian lupa dengan jati diri kalian!” Menteri keuangan terlihat gemetar, sontak kakinya langsung lemas. “Saya sudah mengalokasikan dana sebaik mungkin, Yang mulia.” “Jika kau mengalokasikan dana sebaik mungkin, jembatan penghubung tambang emas tak akan hancur seperti ini!” teriak Eugene menggema di seluruh ruangan. “Ini karena para b***k membludak, dan mereka berupaya melarikan diri!” tambah menteri pertahanan. “Kalian bubar! Dan kau,” tunjuk Eugene kepada Keith yang bersikap acuh. “... tinggal di tempat.” Derich yang berada di sana hanya melengos, seperti menghina Keith karena Eugene akan menjadikan jenderal berpangkat emas itu sebagai pelampiasan. Setelah ruangan itu benar-benar kosong, sang raja turun dari singgasana. “Aku sudah mencari gadis itu, tapi hilang jejak seperti di telan bumi.” Eugene menatap Keith tanpa berkedip sekalipun. “... apakah kau sudah menemukannya?” Keith menggeleng, duduk di tempat tak jauh dari Eugene berdiri. Pandangan mata pria itu menatap ke arah luar ruangan. “Sepertinya dia ingin bebas. Jika kau ingin mencarinya lebih lanjut, cari saja.” “Ah... sayang sekali! Gadis cantik seperti dia harus menghilang begitu saja.” Eugene duduk tepat di depan Keith. “... jika dia kembali, aku pastikan dia menjadi milikku.” Wajah Keith langsung gelap, bangkit melengos begitu saja meninggalkan Eugene tanpa berkata sedikitpun. Auranya yang mendominasi, bak singa yang menguasai hutan. Punggung lebar itu terus menjauh, tak gentar dan tak menoleh meskipun Eugene bilang kalau Caroline akan menjadi miliknya. “Aku ingin lihat, seberapa kau peduli dengan gadis itu, Keith.” Pria itu mengibaskan jubah rajanya, berjalan menuju tahta dengan arogan. Ada sebuah kertas di atas meja, yang menyatakan bahwa Reta meminta bantuan kepada Eugene untuk minta ijin perihal pernikahan sang jenderal. “Haruskah aku menyetujuinya? Ini sangat menarik. “Caroline... Caroline... Caroline, kenapa kau begitu menarik?” Suara itu terngiang di telinga Caroline hingga langkah kakinya berhenti seketika. “Suara siapa itu?” Gadis tersebut menoleh kesana-kemari, tapi tak ada orang sama sekali. ‘Mungkin hanya perasaanku.” Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN